Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Langkah Kuda Prabowo Merangkul Rival

Prabowo menyambangi Surya Paloh di kantor NasDem. Apa yang ingin dicapai kedua ketua umum partai itu?

23 Maret 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Prabowo Subianto bertemu dengan Surya Paloh, dua hari setelah penetapan dari KPU.

  • Ditengarai menjadi cara awal untuk memperbesar koalisi kubu 02.

  • Tim hukum Anies-Muhaimin menyatakan pertemuan Prabowo Subianto dengan Surya Paloh tak mempengaruhi pemilu.

SURYA Paloh menyambut langsung Prabowo Subianto di kantornya di NasDem Tower, Jakarta Pusat. Ketua Umum Partai NasDem itu tampaknya mempersiapkan betul kedatangan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) tersebut ke markasnya. Hamparan karpet merah untuk Prabowo dipasang hingga depan gerbang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Iring-iringan rombongan Prabowo tiba sekitar pukul 13.36 WIB pada Jumat siang, 22 Maret 2024. Surya didampingi pejabat teras Partai NasDem menjemput Prabowo di luar pagar. Keduanya berpelukan dan saling melempar senyum. “Sehat?” ujar Prabowo yang mengenakan kemeja safari putih kepada Surya sembari bersalaman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suasana pembacaan pemenang Pemilu 2024 di gedung KPU, Menteng, Jakarta, 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna

Kunjungan ke markas Partai NasDem itu berselang dua hari setelah Komisi Pemilihan Umum menetapkan pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memenangi kontestasi pemilihan presiden 2024. Pertemuan kedua petinggi partai itu ditengarai sebagai manuver Prabowo membujuk NasDem bergabung dalam koalisi pemerintahannya nanti. Pasangan Prabowo-Gibran dilantik pada Oktober mendatang.

Diskusi tertutup antara Prabowo dan Surya tak berlangsung lama, hanya sekitar satu jam. Seusai pertemuan, Surya mengungkit persahabatan lamanya dengan Prabowo. Ia juga mengatakan pertemuannya dengan Prabowo mencapai kesepakatan. Kedua ketua umum partai itu bersepakat menjaga stabilitas nasional selepas pemilihan presiden 2024. “Antara Gerindra dan NasDem terjadi kesepakatan. Stabilitas nasional harus kita jaga,” kata Surya seusai pertemuan, kemarin sore.

Dalam kesempatan ini, Surya sekali lagi mengucapkan selamat kepada Prabowo dan Gibran atas kemenangannya pada Pemilu 2024. Surya sebelumnya telah mengucapkan selamat tak lama setelah penetapan hasil pemilu oleh KPU pada Rabu, 20 Maret lalu.

Meski pertemuan keduanya dilihat sebagai sinyal berkoalisi, Surya enggan mengungkapkan bersedia atau tidak akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. “Itu 50:50 possibility-nya,” ujarnya. Ia juga tidak menjawab saat ditanyai apakah NasDem mendapat tawaran kursi di kabinet dan pembahasan ihwal rencana hak angket kecurangan pemilu.

Dalam pidatonya seusai pertemuan, Prabowo mengatakan mengunjungi markas Partai NasDem untuk mengucapkan terima kasih kepada Surya Paloh yang telah menyampaikan selamat kepadanya. Ia ingin elite politik Indonesia bekerja sama setelah kontestasi pemilu. Pidato Prabowo mengisyaratkan ajakan kepada pihak yang kalah dalam kontestasi pemilihan presiden untuk bergabung dengan pemerintahannya. 

“Kita harus berpandangan bahwa pertandingan itu baik, persaingan itu bagus, kompetisi itu kita butuhkan, rakyat perlu pilihan. Tapi, sesudah pertandingan, sesudah persaingan, saatnya kita bekerja sama,” ucap Prabowo.

Tak Pengaruhi Gugatan ke MK

Pertemuan Surya Paloh dengan Prabowo berlangsung sehari setelah tim hukum pemenangan nasional pasangan calon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendaftarkan gugatan sengketa perselisihan hasil pemilu ke Mahkamah Konstitusi. Dalam kontestasi pilpres 2024, pasangan calon Anies-Muhaimin diusung Koalisi Perubahan yang terdiri atas Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Keadilan Sejahtera.

Tak lama setelah pertemuan Prabowo dengan Surya, Anies menemui Ketua Umum NasDem di NasDem Tower. Anies enggan berbicara banyak perihal isi pertemuannya dengan Surya ataupun bercerita soal pertemuan Surya dengan Prabowo. 

Presiden PKS Ahmad Syaikhu (kiri), calon presiden-calon wakil presiden nomor urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri, dan Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya setelah menggelar pertemuan dengan pimpinan parpol Koalisi Perubahan di Wisma Nusantara, Jakarta, 23 Februari 2024. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

Anies mengatakan saat ini masih berkonsentrasi dengan proses gugatan pemilu di Mahkamah Konstitusi. Menurut dia, isu bergabungnya NasDem ke kubu Prabowo-Gibran sampai saat ini belum pasti karena pelantikan belum digelar. Dengan begitu, pembentukan komposisi dan jabatan kabinet masih spekulatif. “Siapa pun yang nanti terpilih baru dilantik pada 20 Oktober 2024. Kemudian baru dibentuk kabinet sesudah dilantik. Jadi, membicarakan hal tersebut untuk sekarang itu masih panjang,” kata Anies.

Ketua tim hukum Anies-Muhaimin, Ari Yusuf Amir, memastikan pertemuan Surya dengan Prabowo tidak akan mempengaruhi proses gugatan hasil pilpres 2024 ke Mahkamah Konstitusi. Sebab, gugatan perselisihan hasil pemilu ke Mahkamah Konstitusi tidak ada kaitannya dengan partai politik pendukung. "Partai politik sama sekali tidak ada hubunganya karena kewenangan ke MK itu berhubungan dengan pasangan calon," ujarnya di Posko Timnas Anies-Muhaimin di Jalan Diponegoro 10, Jakarta, pada Jumat, 22 Maret 2024.

Menurut Ari, langkah kedua ketua umum partai politik itu politis. Dia menyatakan tak bisa berkomentar ataupun menilai sepak terjang petinggi partai itu dalam pertemuan pada Jumat siang tersebut. Meski begitu, kata Ari, Partai NasDem menyatakan tetap memberi dukungan dengan mengirimkan sejumlah pengacara yang akan membantu dalam persidangan nanti. 

Ari juga mengatakan tidak ada perubahan rencana perihal gugatan tim hukum ke Mahkamah Konstitusi karena dinilai tidak ada kaitannya dengan partai politik pasangan calon. "Sampai tadi pagi, saya menghubungi Sekjen NasDem. Ia masih bilang tetap mendukung gugatan," ujarnya.

Di tempat terpisah, calon wakil presiden pendamping Anies, Muhaimin Iskandar, enggan menanggapi pertemuan Surya dengan Prabowo. Pria yang disapa Cak Imin itu memenuhi undangan berbuka bersama Anies dan relawan AMIN di posko pemenangan di Jalan Diponegoro X, Jakarta Pusat, kemarin. "Tidak ada tanggapan. Sudah, ya," ucapnya. Dia terlihat irit bicara saat ditanya awak media. Muhaimin langsung meninggalkan lokasi acara sekitar pukul 18.20 WIB. 

Langkah NasDem yang membuka peluang masuk ke pemerintahan Prabowo-Gibran mengancam nasib hak angket yang diwacanakan sebelumnya. Padahal tiga sekretaris jenderal partai dari Koalisi Perubahan pengusung Anies-Muhaimin—PKB, PKS, dan NasDem—berjanji memulai hak angket dalam rapat paripurna setelah penetapan hasil pemilu.

Dihubungi secara terpisah, Dewan Pengurus Pusat PKB Luluk Nur Hamidah juga enggan mempersoalkan pertemuan Surya dengan Prabowo. Ia mengatakan saat ini PKB masih berfokus mengawal sengketa pemilu di Mahkamah Konstitusi. Ia juga menyangsikan NasDem akan bergabung dengan kubu Prabowo-Gibran karena tidak ada pernyataan langsung dari NasDem. 

Menurut Luluk, PKB sampai sejauh ini tetap mendukung hak angket pemilu. Menurut dia, hak angket penting untuk mengoreksi dugaan penyimpangan pemilu dan NasDem sepakat dengan hal tersebut. “Hak angket ini penting agar demokrasi kita benar. Kita lihat saja apakah fraksi lain akan serius, termasuk khususnya PDIP dan NasDem,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.

Luluk mengatakan belum memastikan apakah rencana para sekretaris jenderal untuk memulai hak angket tetap berlanjut atau tidak setelah pertemuan Surya dengan Prabowo. Dia menegaskan PKB tidak bisa bergerak sendirian untuk memulai hak angket.

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan hak angket tetap perlu dilakukan agar rakyat mengetahui kualitas pemilu saat ini. Menurut dia, partai politik seharusnya tidak perlu menunggu siapa lebih dulu memulai, melainkan bisa langsung berinisiatif apabila menganggap hak angket penting. Ia tidak mempermasalahkan hak anget berpotensi gagal tanpa dukungan NasDem. “Ini bukan kalah atau menang. Tapi ini tanggung jawab publik. Mulai dulu saja, nanti hasil akan ikut,” katanya. 

Menanggapi hal tersebut, pakar politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengatakan pertemuan Surya dengan Prabowo akan mempengaruhi hak angket. Sebab, kata dia, PKS pernah mengatakan hak angket sebaiknya tidak usah bergulir di Senayan apabila jumlah pengusul dan pendukunganya di paripurna DPR sedikit. Ujang memprediksi hak angket ini  sulit dan layu sebelum berkembang.

“Apalagi Prabowo sudah bertemu dengan Surya Paloh. Itu sudah tanda-tanda NasDem masuk koalisi Prabowo-Gibran. Pada saat yang sama hak angket itu akan hilang bersamaan dengan peristiwa-peristwa politik yang lain,” katanya. 

Ujang mengatakan indikasi NasDem akan bergabung dalan koalisi Prabowo-Gibran mulai terlihat sejak pertemuan Surya dengan Presiden Joko Widodo di Istana pada 18 Februari lalu. Tanda lainnya saat Fraksi NasDem tidak mengajukan interupsi saat paripurna digelar pada 6 Maret lalu. Saat itu interupsi dilakukan tiga anggota DPR dari tiga fraksi yang berbeda, yakni PDI Perjuangan, PKB, dan PKS. Indikasi lain adalah ketika Surya Paloh mengucapkan selamat kepada Prabowo-Gibran. “Pertemuan Prabowo dengan NasDem itu kemungkinan ingin adanya koalisi tambahan buat Prabowo."

Menurut Ujang, bergabungnya NasDem ke koalisi Prabowo-Gibran tidak akan berpengaruh terhadap gugatan pemilu yang diajukan tim hukum AMIN ke Mahkamah Konstitusi. Sebab, gugatan ke Mahkamah merupakan upaya hukum yang diberikan kepada pihak yang kalah atau dirugikan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. 

Dengan begitu, kata Ujang, NasDem ingin masuk ke pemerintahan Prabowo walaupun tim hukum pasangan calon Anies-Muhaimin mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. “Sebab, NasDem sudah mengukur perjuangan di Mahkamah Konstitusi itu akan berat juga dan sulit menang,” tuturnya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Adinda Jasmine Prasetyo dan Hendrik Yaputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Eka Yudha Saputra

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus