Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kematian Janggal Anak Perwira TNI Angkatan Udara

Kematian anak perwira TNI Angkatan Udara di sekitar Lanud Halim Perdanakusuma masih menjadi misteri. 

28 September 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kematian anak perwira TNI Angkatan Udara di Lanud Halim Perdanakusuma masih misterius.

  • Polisi belum bisa menyimpulkan penyebab kematian.

  • Spekulasi yang muncul, anak perwira TNI itu menjadi korban pembunuhan atau bunuh diri.

JAKARTA – Polisi belum memiliki kesimpulan tentang penyebab kematian CHR, anak seorang perwira TNI Angkatan Udara, yang mayatnya ditemukan di Pos Spion Ujung Landasan 24 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Ahad lalu. Namun menilik kondisi fisik mayat, muncul spekulasi remaja itu dibunuh atau bunuh diri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan hasil pemeriksaan tim forensik RS Polri Kramat Jati, pada tubuh CHR ditemukan enam luka tusuk benda tajam, masing-masing tiga di dada kanan bawah dan tiga lainnya di bagian kiri. “Luka tusuk itu yang menyebabkan perdarahan di rongga perut,” kata Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati Brigadir Jenderal Hariyanto, kemarin. “Perdarahan itulah yang menyebabkan kematian korban,” kata Hariyanto.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Luka yang paling parah berada di bagian kanan karena mengenai pembuluh darah di perut. “Bekas tusukan itu dalamnya sekitar 6,5 sentimeter dan lebar 2-3 sentimeter,” ujar Hariyanto. Luka ini menyebabkan perdarahan parah.  

Selain itu, tubuh CHR mengalami luka bakar dengan tingkat keparahan hingga 91 persen. Menurut Hariyanto, remaja itu masih bernapas saat tubuhnya terbakar. Kesimpulan ini didasarkan atas jelaga yang ditemukan menempel di kerongkongan.  

Pos yang menjadi lokasi penemuan jasad anak Pamen TNI AU di kawasan Lanud Halim Perdanakusuma. Istimewa

Hariyanto mengatakan untuk menyimpulkan penyebab kematian CHR adalah tugas penyidik. “Itu menjadi pekerjaan rumah penyidik, apakah akan menyimpulkan dibunuh atau bunuh diri,” ujarnya. Yang pasti, kata dia, remaja itu tidak mungkin membakar diri, lalu menusuk-nusuk tubuhnya sendiri.

Penemuan mayat CHR, 16 tahun, diawali dengan kebakaran Pos Spion Ujung Landasan 24. Sejumlah warga datang ke lokasi untuk memadamkan api. Setelah kobaran api bisa diatasi, ditemukan sesosok tubuh yang hangus dan sudah tidak bernyawa. Belakangan diketahui jasad itu adalah CHR, anak seorang perwira menengah TNI Angkatan Udara. 

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia, Ade Firmansyah Sugiharto, mengatakan tanda-tanda khas pada luka memang bisa digunakan sebagai dasar untuk menyimpulkan kematian seseorang. Pada kasus bunuh diri menggunakan benda tajam, posisi luka biasanya berada pada bagian tubuh yang terjangkau tangan. “Kalau sulit terjangkau tangan, lazimnya terjadi dalam kasus pembunuhan,” ujarnya. “Misalnya, di punggung atau dada bagian samping.

Untuk kematian CHR, Ade menduga bukan kasus bunuh diri meski lukanya terdapat di dada. Alasannya, tusukan berkali-kali pada dada tidak lazim dilakukan oleh orang yang ingin mengakhiri hidup. Selama menjadi dokter forensik, Ade belum pernah menemukan kasus orang bunuh diri dengan menusukkan senjata tajam di dada. “Meski hal itu mungkin, saya belum pernah menemukan,” ujarnya. “Apalagi sampai membakar diri setelah menikam dada atau sebaliknya, membakar diri dulu.”

Ade cenderung berpendapat CHR tewas dibunuh. Apalagi dalam sejumlah kasus pembunuhan, pelaku sering membakar korbannya untuk menutupi jejak kejahatan. “Dari pola tusukan sampai ada pembakaran, sangat tidak lazim untuk kasus bunuh diri.” 

Kapolres Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Polisi Leonardus Harapantua Simarmata Permata saat memberi keterangan pers di kantornya soal anak pamen TNI AU tewas di Halim Perdanakusuma, 27 September 2023. Tempo/M. Faiz Zaki

Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Leonardus Harapantua Simarmata Permata mengatakan penyidik masih memeriksa 18 rekaman kamera pengintai (CCTV) yang berada di sekitar lokasi kejadian. Tim Fisika Forensik dan Kimia Biologi Pusat Laboratorium Markas Besar Polri juga dikerahkan untuk mencari bukti-bukti di tempat kejadian perkara. "Kami juga berkoordinasi dengan Asosiasi Psikolog Forensik (Apsifor) untuk mengetahui motif dari kejadian," ujarnya.

Penyidik telah memeriksa delapan saksi yang berada di lokasi kejadian saat mayat CHR ditemukan. Sedangkan untuk pemeriksaan guru dan teman-teman sekolah CHR telah dijadwalkan. "Hari ini, kami juga mengirim handphone, PC (komputer), dan tablet serta laptop korban untuk diperiksa Puslabfor Bareskrim Mabes Polri," ujar Leonardus. 

Dari hasil penelusuran sementara, kata dia, penyidik menemukan status terakhir korban pada akun Roblox—aplikasi game online—yang berbunyi "Hi, if you see this, I'm probably already dead". "Dia memang hobi main game," ujar Leonardus.

Hingga saat ini, polisi telah menyita barang bukti yang ditemukan di lokasi kejadian berupa sebilah pisau, satu pasang sandal berwarna biru, satu baju bekas terbakar, dan satu celana bekas terbakar. Kemudian ada satu map bekas terbakar, tiga kantong serpihan atau abu bekas terbakar, dan satu buah tutup botol berwarna merah. “Sampai saat ini kami belum bisa menyimpulkan penyebab kematian korban,” katanya. “Kami sangat berhati-hati untuk mengambil kesimpulan.”
 
IMAM HAMDI | M. FAIZ ZAKI 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus