Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mengusut Terus Sitorus

Mahasiswa surabaya bertekad menuntut kol. m.m. sitorus, laksusda diy dan kedu, yang mengatakan bahwa aksi mahasiswa di surabaya tanggal 10 nop'77 ada cukongnya. (nas)

21 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAHASISWA Surabaya tetap bertekad menuntut Kol. M.M. Sitonis. Dan Rem 072/Pamungkas selaku Laksusda DIY dan Kedu ke pengadilan. Minggu sore 15 Januari. "Tim Penuntut dari Surabaya menuju Yogya. Tuntutan ini akan membuktikan apakah keadilan untuk semua orang masih tetap sama." ujar Totok Anwar Santoso dari DM Unair yang mengetuai tim. Cerita bermula ketika harian Sinar Harapan 8 Desember 1977 memuat interpiu singkat Sitorus: Dalam aksi mahasiswa Surabaya 10 Nopember lalu telah diketemukan bukti adanya cukong yang menyediakan dana Rp 29 juta. Mahasiswa Surabaya kontan tersinggung. Memahami kemarahan mahasiswa, Sitorus memperbaiki ucapannya. Katanya, ia tidak menuduh langsung mahasiswa dibantu cukong. Ia cuma menghitung dan memperkirakan, mungkin gerakan tersebut menghabiskan Rp 29 juta, karena ada mahasiswa luar daerah yang naik pesawat terbang dan menginap di hotel. Dilarang Ngomong Belakangan ia menyalahkan koresponden SH di Yogya yang dianggapnya salah kutip. Meski koresponden SH kemudian memperbaiki beritanya, toh Sitorus didamprat oleh atasannya. Ketika menghadiri upacara Praseya Prewira ABRI di Yogya 16 Desember 1977. Menhankam/Pangab Jendral M. Panggabean marah kepadanya. Dan sejak itu ia tak boleh ngomong. Persoalannya sudah di tangan Laksusda Jawa Tengah. Menurut Panggabean jalan pikiran Sitorus begini: kegiatan mahasiswa di Surabaya itu jelas makan biaya. misalnya untuk transpor. Ia menghitung-hitung jumlahnya, hingga sampai Rp 29 juta. Tentu ada yang membiayai. Bisa spontan dari mahasiswa, fakultas, orangtuanya atau sumber macam-macam. Tapi menurut penilaiannya, ya dikasih orang itu. kata Panggabean tanpa menjelaskan siapa orang itu. Yang jelas, mahasiswa tetap menuntut. Awal Januari kemarin, diantar oleh wakil DM-DM Yogya 3 utusan yang yang mewakili 31 DM se-Surabaya menemui Pangkowilhan II Letjen Widodo dan Sitorus. Tapi gagal. Widodo lagi di Jakarta, Sitorus bertahun baru di Semarang. Dalam pertemuan dengan Kasi I Korem 072 Mayor Wahjoe Soewardhie, mahasiswa mendesak agar Sitorus tunjuk hidung. Kalau tak bisa membuktikan, agar mencabut ucapannya dan minta maaf. Bila sampai 10 Januari tak bisa melakukan apa yang diminta mahasiswa, Sitorus akan diadukan ke pengadilan. Menjelang batas waktu yang ditentukan, Sitorus tak bersedia menanggapi tuntutan mahasiswa. Silakan berbuat apa saja, katanya. Selain ia merasa sudah meralat, kasus itu sudah diserahkan pada atasannya. Turun pangkat ya turun pangkat. Masuk penjara ya masuk penjara. Pokoknya saya sekarang dilarang ngomong tambahnya. Sementara itu, Senin pekan kemarin di IKIP Rawamangun Jakarta muncul ratusan poster. Ada satu yang berbunyi "Urus terus kasus Sitorus sampai mampus". Menurut ketua DM IKIP demisioner Hudori. Hamid, biaya poster itu berasal dari mahasiswa baru. Setiap mahasiswa din inta menyumbang karton Manila selembar, katanya. Tiket Pesawat Berapa dana kegiatan mahasiswa IKIP? Tahun anggaran 77/78 ini DM IKIP punya Rp 20,5 juta, berasal dari anggaran rutin, anggaran pembangunan, SPP dan uang Posma. Ini malahan berlebih, kata Hudori. Ia tertawa ditanya apa pernah naik pesawat terbang. Ke Surabaya dulu saya naik bus, tidur di kampus, makan tanggung sendiri. Baru naik pesawat kalau kegiatan dikoordinir oleh Rektor. Mahasiswa Surabaya berusaha lebih terperinci. Kegiatan 10 Nopember itu (diikuti 60 mahasiswa luar Surabaya) semula direncanakan makan Rp 225.000, tapi meleset jadi Rp 286.500. Itu lantaran ada heberapa mahasiswa yang menginap di hotel Himalaya ialan Pandegeling lebih dari sehari, @ Rp 700. Untuk transpor disediakan 6 colt carteran @ Rp 17.500. Belum lagi nasi bungkus (sehari makan 4 kali) dan makanan kecil. Kalau pun 60 wakil mahasiswa itu semuanya numpang pesawat, biayanya cuma Rp 2,5 juta, kata Tutut Wahab, bendahara DM ITS. Nyatanya yang datar, dengan pesawat cuma Bambang Pranoto (Undip). Amiruddin dan Tutik Iriani (Universitas Jakarta). Sumber dana itu menurut M. Sholeh sekjen DM ITS, berasal dari DM dan SM se Surabaya. Setiap SM menyumbang Rp 15.000, sementara DM ITS, IKIP dan Unair masing-maing menyerahkan Rp 40.000. Adapun kegialan mahasiswa UI dibiayai dengan Rp 25,4 juta lebih untuk anggaran 77/78. Sumbernya: anggaran rutin, pembangunan dan SPP. Menurut Pembantu Rektor III Sri Edi Swasono, dana itu tidak cukup. Meski begitu, DM UI berusaha tidak minta bantuan luar. Mereka menambah dana dengan kegiatan lain seperti pemutaran film, bazar, malam dana dan sebagainya. Kami tidak makan uang pemerintah, tapi kami kembangkan watak wiraswasta, kata ketua DM UI Lukman Hakim. Sebagian dana itu sempat pula dipergunakan menyelenggarakan pertemuan 67 DM-SM se Indonesia yang makan Rp 90.000, sedang untuk peringatan Tritura di UI Rp 56.000. Bandingkan dengan peringatan Tritura di Kuningan yang Rp 10 juta, kata Lukman. Bram Zakir, wakil ketua DM UI mengaku pernah 2 kali ke Surabaya bersama Lukman: sekali naik mobil Combi UI, sekali naik kereta api sayur. Ke Yogya juga naik Combi. Tidur di rumah kenalan atau di kampus, tapi lebih sering tidur di mobil. DM-DM lain seperti UGM dan ITB ternyata setali tiga uang. Dana mereka bersumber dari kantong sendiri. Jadi siapa sebenarnya cukong mahasiswa? Mungkin pemerintah sendiri meski bukan untuk aksi-aksi. Untuk tahun anggaran 77/78, Direktorat Kemahasiswaan Departemen P dan K menyediakan Rp 48,5 juta untuk anggaran rutin dan pembangunan. Itu dibagikan untuk 40 perguruan tinggi negeri dn swasta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus