Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Difabel

Menilik Koleksi Buku Buat Difabel di Perpustakaan Nasional

Koleksi bacan untuk difabel di Perpustakaan Nasional terletak di Layanan Lansia dan Disabilitas.

19 September 2019 | 10.00 WIB

Petugas Perpustakaan Nasional menunjukkan koleksi buku Braille di Layanan Lansia dan Disabilitas Perpustakaan Nasional. Antaranews
Perbesar
Petugas Perpustakaan Nasional menunjukkan koleksi buku Braille di Layanan Lansia dan Disabilitas Perpustakaan Nasional. Antaranews

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Perpustakaan Nasional memiliki ribuan boleksi buku Braille dan dalam format audio book untuk difabel. Koleksi buku tersebut tersusun rapi di lemari-lemari Layanan Lansia dan Disabilitas Perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Di layanan itu terdapat area khusus kursi roda, alat pembaca audio book, dan komputer khusus untuk low vision dan tunanetra. Komputer khusus itu memungkinkan pengguna memperbesar gambar pada buku menggunakan pemindai dan dilengkapi aplikasi pembaca layar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Staf Layanan Lansia dan Disabilitas Perpustakaan Nasional, Arum Nugrahanti menjelaskan di sana tersedia 3.276 judul buku edisi Braille dan 462 audio book atau buku yang disuarakan. Buku-buku itu meliputi biografi, fiksi, non-fiksi, buku agama, dan buku pengetahuan. Beberapa koleksi novel fiksi edisi Braille milik Perpustakaan Nasional antara lain 'Dilan' karya Pidi Baiq dan 'Bumi Manusia' dari Pramoedya Ananta Toer.

Para pengguna audio book dan pembaca layar harap maklum jika logat yang mereka dengar agak berbeda karena aplikasi itu berasal dari Swedia. Menurut Arum, umumnya penyandang disabilitas lebih memilih menggunakan audio book. Namun tidak sedikit pula yang menikmati buku-buku berhuruf Braille.

Salah satu koleksi buku yang berkesan bagi arum adalah novel Harry Potter. Kisah penyihir Harry Potter terdiri dari tujuh buku. Dan satu bukunya dipecah dalam beberapa edisi Braille. "Bayangkan dari tujuh buku ini jadi banyak buku Braille," ucap dia.

Menurut Arum, biasanya teman difabel berkunjung ke Layanan Lansia dan Disabilitas Perpustakaan Nasional secara berkelompok. Mereka biasanya datang bersama komunitas dengan menggunakan kendaraan khusus, seperti TransJakarta Cares.

Kendati akses literasi bagi difabel sudah tersedia, anggota Persatuan Tunanetra Indonesia atau Pertuni, Furqon Hidayat mengatakan ketersediaan bacaan edisi Braille atau audio book masih terbatas. Bahan bacaan yang bisa mereka dapatnya cuma-cuma secara daring pun, menurut dia, terkadang formatnya tidak memungkinkan untuk dibaca menggunakan aplikasi pembaca layar.

"Sebenarnya yang dikehendaki tunanetra itu adalah ketersediaan bahan bacaan yang terjangkau. Misalnya terjangkau dari rumahnya atau tidak terlalu jauh," kata Furqon, yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Pertuni. Dia mengapresiasi layanan yang disediakan oleh Perpustakaan Nasional. Hanya saja, komunitas penyandang disabilitas tidak terpusat di daerah sekitar perpustakaan saja. Masih banyak difabel yang tinggal jauh dari perpustakaan dan tak mudah menjangkau layanan itu.

Satu lagi kondisi yang terjadi di kalangan difabel adalah masih rendahnya minat baca sebagaimana masyarakat Indonesia pada umumnya. "Tunanetra belum sepenuhnya bisa mengikuti pendidikan karena menghadapi kesulitan bahan bacaan atau tantangan lain," katanya. "Ke depan semoga tunanetra bisa mengikuti pendidikan dengan lebih bermakna."

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus