Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pendukung pasangan nomor urut tiga dan satu memberi sinyal untuk membentuk koalisi baru pada putaran kedua.
Petinggi dari dua kubu tim pemenangan mulai menjajaki kemungkinan untuk berkoalisi.
Tidak mudah menyatukan PDIP dan PKS dalam satu gerbong koalisi.
JAKARTA – Persamuhan itu berlangsung di Jakarta Selatan pada pertengahan Desember 2023. Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto bersama Deputi Politik 5.0 Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud Md., Andi Widjajanto, bertemu dengan Wakil Kapten Tim Nasional Pemenangan Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar, Sudirman Said. Mereka berbincang santai tentang dinamika politik terbaru menjelang pilpres 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perbincangan itu menjadi serius ketika ketiganya membahas kemungkinan pemilihan presiden berlangsung dua putaran. Andi Widjajanto kemudian menanyakan kesiapan partai pendukung pasangan Anies-Muhaimin untuk menghadapi putaran kedua itu. “Lalu muncul pertanyaan tentang kemungkinan membangun koalisi antara kubu 03 dan 01,” kata seorang politikus dari kubu pengusung Ganjar-Mahfud, kemarin. Ia mengaku berada di ruangan yang sama ketika persamuhan itu berlangsung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Politikus itu tidak bisa segera memberikan jawaban atas pertanyaan Andi. Sebab, tiap partai tentu punya sikap untuk memutuskan berkoalisi dalam putaran kedua nanti. “Kami jawab saat itu bahwa kami terbuka dan menghargai keputusan apabila harus membuka koalisi,” ujarnya. “Naif rasanya apabila antarkubu tidak mau bergabung bila berjalan dua putaran.”
Co-captain Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Sudirman Said, memberikan pidato dalam Deklarasi Advokat Tim Hukum Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar Jawa Tengah di Semarang, Jawa Tengah, 5 Januari 2024. ANTARA/Muhammad Adimaja.
Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan tiga pasangan calon yang berlaga dalam pilpres 2024. Mereka adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan nomor urut satu, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dengan nomor urut dua, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. dengan nomor urut tiga.
Pembahasan tentang koalisi antara kubu 01 dan 03 ini, kata politikus itu, sepertinya berlanjut dalam pertemuan berikutnya. Namun dia tidak mengikuti kelanjutannya. “Saya menduga ini diinisiasi oleh Hasto,” katanya.
Andi Widjajanto dan Hasto Kristiyanto belum memberikan konfirmasi atas cerita tersebut. Keduanya tidak menjawab telepon Tempo yang mencoba meminta konfirmasi. Begitu juga dengan pesan yang dikirim melalui aplikasi WhatsApp. Hingga semalam, pesan tersebut hanya menampilkan notifikasi terkirim.
Juru bicara Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud, Yusuf Lakaseng, membenarkan ihwal komunikasi yang terjalin antara pihaknya dan Timnas Amin. Komunikasi ini melibatkan petinggi-petinggi di masing-masing tim pemenangan. “Untuk siapanya, saya tidak bisa katakan,” kata Yusuf. “Tapi ini sudah sering dilakukan. TPN sudah lama berkomunikasi dengan Timnas Amin.”
Sumber Tempo di kubu Anies-Muhaimin juga tidak menampik ihwal pertemuan-pertemuan yang dilakukan Sudirman Said dengan kubu nomor urut tiga, termasuk pertemuan pada Desember lalu di Jakarta Selatan. Namun dia tidak mengetahui topik yang dibahas dalam pertemuan itu. “Saya tahunya pertemuan itu sudah dikoordinasikan dulu di lingkup internal,” kata sumber itu.
Menurut dia, langkah yang ditempuh Sudirman Said itu tidak sepenuhnya didukung oleh anggota tim pemenangan. Salah satu penentangnya adalah Kepala Timnas Amin, Ahmad Ali. Wakil Ketua Umum Partai NasDem itu menolak adanya komunikasi dengan kubu lain dalam proses kontestasi elektoral ini. “Tapi saat ini situasinya sudah kembali normal. Ahmad Ali sudah minta maaf juga,” ucapnya. Sudirman Said hingga semalam belum membalas permintaan konfirmasi Tempo yang dikirim melalui WhatsApp.
Hubungan antara kubu Anies-Muhaimin dan kubu Ganjar-Mahfud belakangan ini menunjukkan kedekatan. Anies, seusai debat ketiga calon presiden, terlihat berjabat tangan dan bercakap-cakap dengan Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Puan Maharani. Juru bicara Timnas Amin, Billy David Nerotumilena, menyatakan pemandangan ini adalah hal yang wajar. Tidak ada pembicaraan serius di antara mereka. “Hanya ngobrol soal kabar, performa debat. Tidak membahas koalisi,” kata Billy.
Ketika PDIP merayakan hari jadi yang ke-51, Anies juga menyempatkan diri untuk memberikan ucapan selamat. Langkah ini diikuti oleh Muhaimin Iskandar. Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa itu juga mengatakan peluang untuk berkoalisi dengan PDIP terbuka lebar. “Semua kita buka peluang untuk koalisi. Kita lihat siapa yang masuk putaran kedua,” katanya. Dia berencana membuka keran komunikasi dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Juru bicara Timnas Amin, Muhammad Ramli Rahim, mengatakan komunikasi yang bakal dilakukan PKB dengan mantan presiden ke-5 itu merupakan komunikasi politik yang umum. “Hanya silaturahmi. Gus Imin menganggap Ibu Mega seperti orang tuanya. Komunikasi wajar,” kata Ramli.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar (kanan) bersalaman dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Jakarta, 14 Mei 2014. TEMPO/Imam Sukamto
Sementara itu, Ahmad Ali menyatakan koalisi pendukung Anies-Muhaimin masih berfokus menghadapi pemilihan presiden bulan depan. Sementara itu, untuk menghadapi kemungkinan pilpres akan berlangsung dua putaran, belum ada pembahasan. Karena itu, rencana membentuk koalisi dengan PDIP untuk putaran kedua masih sebatas kelakar. “Lihat nanti saja. Yang seperti ini kan harus dibicarakan dulu dengan semua ketua partai di koalisi,” katanya.
Pengamat politik Ujang Komarudin mengatakan kubu Anies-Muhaimin dan kubu Ganjar-Mahfud berpeluang besar membentuk koalisi baru untuk menghadapi putaran kedua pilpres. Sinyal-sinyal itu bahkan sudah terlihat saat ini. “Ini simbiosis mutualisme, akan saling menguntungkan,” kata Ujang. Di sisi lain, terbentuknya koalisi ini juga akan menjadi jembatan rekonsiliasi hubungan Anies dengan PDIP.
Ketika Anies masih menjadi Gubernur DKI Jakarta, kata Ujang, PDIP adalah partai yang paling kritis menyikapi kebijakan gubernur. Karena itu, jika koalisi Anies dan Ganjar terbentuk, mereka akan mendapatkan investasi suara dari masing-masing pendukung. “Bukan tidak mungkin membuat kubu lain ketar-ketir,” ucapnya.
Peneliti senior dari Populi Center, Usep Saepul Ahyar, sependapat dengan Ujang. Menurut dia, apabila kubu Anies dan Ganjar benar-benar berkoalisi, tentu akan melahirkan kekuatan politik yang besar. “Anies dan Ganjar ini banyak massa. Ditambah lagi ada dua tokoh nahdliyin, yaitu Gus Imin dan Prof Mahfud,” kata Usep.
Namun, kata Usep, untuk membentuk koalisi yang utuh dari kubu 01 dan 03 ini bukan perkara mudah. Sebab, di kubu 01 terdapat Partai Keadilan Sejahtera yang selama ini selalu berseberangan dengan PDIP di kubu 03. “Dan lagi, NasDem juga belum tampak ingin berkoalisi,” katanya. “Tapi kita tunggu saja ending-nya karena politik itu dinamis. Semua bisa terjadi.”
ANDI ADAM FATURAHMAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo