Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Menyelidik pelaku peristiwa priok

Situasi tanjung priok tenang kembali. pemerintah berhati-hati dan bersikap dingin dalam menghadapi masalah ini. rudini menuding adanya dukungan komunis. (nas)

29 September 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA pekan setelah meledaknya kerusuhan di Tanjung Priok, kabar angin bahwa percikan serupa akan meletup di sana sini ternyata tak terbukti. Namun, sampai pekan lalu, di beberapa tempat di ibu kota, terutama di beberapa pusat perbelanjaan, masih tampak aparat keamanan yang ber)aga-Jaga, dengan tak mencolok. Masjid Al A'raaf di Jalan Tipar Cakung Raya, Tanjung Priok, tempat Amir Biki dimakamkan, keadaannya tenang. Jumat siang pekan lalu, hanya sekitar tiga perempat masjid yang berukuran 25 m X 25 m itu yang terisi oleh jemaah yang bersembahyang. Tindakan cepat aparat keamanan dan pemerintah agaknya telah berhasil mengerem kemungkinan gejolak lain yang timbu. Dalam menangani peristiwa Tanjung Priok ini, tampak sekali bahwa aparat pemerintah pusat dan daerah sangat berhati-hati dan menggunakan kepala dingin. Misalnya saja kondisi sosial ekonomi dan lingkungan Tanjung Priok, yang umumnya miskin dan rendah, yang diduga menjadi salah satu faktor pendorong meledaknya huru-hara tersebut rupanya diperhatikan. Pekan lalu Wakil Gubernur Eddy Nalapraya yang meninjau Tanjung Priok menjanjikan perbaikan fasilitas lingkungan kawasan tersebut. Sikap hati-hati itu juga terlihat dalam penjelasan Pangab/Pangkopkamtib L.B. Moerdani. Misalnya tatkala ia memberi ceramah kepada para rohaniawan/perwira pembinaan mental ABRI segarnisun ibu kota dan komando utama ABRI Jumat pekan lalu. Menurut Jenderal Benny Moerdani, peristiwa Tanjung Priok bukanlah peristiwa keagamaan, dan juga bukan kegiatan yang menyangkut kepentingan hidup beragama. "Peristiwa itu adalah peristiwa di mana emosi umat beragama dan forum-forum beragama dimanfaatkan atau disalahgunakan untuk tujuan-tujuan lain," kata Benny Moerdani. Hasutan tersebut dapat berhasil karena penghasutnya berlindung di bawah aaran agama, dan mendapatkan pamornya dari kesucian rumah-rumah ibadah yang berhasil dipengaruhinya. Pangab menegaskan, umat beragama yang menjalankan agamanya dengan baik perlu dilindungi dan diamankan, agar terhindar dari hasutan, dan peristiwa yang dapat merusakkan sendi kehidupan mereka dapat dicegah sedini-dininya. Seusai peristiwa Tanjung Priok, banyak yang bertanya mengapa hasutan dan agitasi yang berkedok pengajian dan dakwah yang lelas bertentangan dengan aJaran Islam, seperti yang terjadi 12 September di Jalan Sindang, Tanjung Priok, bisa terjadi. Dalam ceramah yang sama, Pangkopkamtib secara tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Katanya, "Pemerintah selama ini tidak pernah melarang ceramah dan dakwah agama dalam bentuk apa pun. Oleh karena itu, ceramah dan dakwah yang bersifat meracuni umat beragama sekalipun dibiarkan berlangsung, karena diharapkan umat beragama sendiri akan menilainya." Karena itu, diharapkannya agar umat beragama sendiri, dengan caranya sendiri, tanpa kekerasan, dapat mengurangi ceramah atau khotbah yang tidak pada tempatnya itu. Kemungkinan penyalahgunaan dakwah juga diperingatkan oleh KASAD Jenderal Rudini. Tatkala melakukan kunjungan kerja ke Situbondo, Jawa Timur, pekan silam, Rudini mengungkapkan adanya bekas erombolan G-30-S/PKI yang memanipuasikan nama Islam untuk melakukan pengacauan. Secara tegas Rudini menuding: peristiwa Tanjung Priok memang didukung komunis. "Sebab, dari beberapa orang yang kini diperiksa, terdapat orang bekas gerombolan G30S/PKI yang menyamar sebagai ulama, serta melakukan pemutarbalikan fatwa saat mereka berdakwah," kata Rudini. Lanjut Rudini, "Jadi, peristiwa itu jelas memperoleh dukungan komunis. Mereka sengaJa menyusupkan dan menggunakan umat Islam untuk melakukan pengacauan. Untuk itu, saya mengimbau agar waspada. Dan apabila kita memandang secara dangkal peristiwa itu, seakan-akan aparat keamanan itu menghantam umat Islam." Sikap menghantam ini, katanya, tidak akan dilakukan bila mereka membatalkan niatnya. "Tapi bila saat kritis itu sudah tak dapat ditanggulangi, maka aparat keamanan harus menghantam habis para pengacau itu," katanya. Rudini secara tegas membantah isu bahwaABRI memusuhi umat Islam. "Mustahil kalau ABRI sebagai pelindung rakyat akan menghantam Islam, karena dalam tubuh ABRI sendiri sebagian besar beragama Islam," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus