Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Menyimak Lagi Kritik Megawati untuk Ibu-ibu yang Suka Pengajian

Megawati berharap kritik ini tidak membuat dia di-bully alias dihakimi.

20 Februari 2023 | 06.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden ke-5 Indonesia Megawati Soekarnoputri mengkritik sebagian ibu-ibu yang suka mengikuti pengajian, namun lalai dalam mengurus anak-anak mereka. Kritikan tersebut disampaikan Mega saat berbicara tentang upaya pencegahan stunting dan peran ibu terhadap perkembangan anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum menyampaikan kritik, Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini dua kali menyebutkan ucapan beribu maaf kepada yang mendengar. Ia berharap kritik ini tidak membuat dia di-bully alias dihakimi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya lihat ibu-ibu tuh ya, maaf ya, sekarang kan kayaknya budayanya, beribu maaf, jangan lagi nanti saya di-bully, kenapa toh senang banget ngikut pengajian. Iya lho, maaf beribu maaf," kata Mega di Jakarta, Kamis, 16 Februari 2023.

"Saya sampai mikir gitu, ini pengajian ki sampai kapan to yo, anakke arep diapake (anaknya mau diapain?)" ujar Ketua Umum PDI Perjuangan ini.

Mega tidak mempersoalkan ibu-ibu mengikuti pengajian karena dirinya pun juga pernah ikut pengajian. Ia hanya ingin ibu-ibu tetap memperhatikan anak-anak mereka. Untuk itu, Mega berencana menyampaikan permintaan khusus ke Menteri Sosial Tri Rismaharini serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Puspayoga.

"Tolong bikin manajemen rumah tangga kekeluargaan," kata Mega dalam acara Kick Off Meeting Pancasila Dalam Tindakan Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana.

Kegiatan ini dibuat oleh BPIP, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan sejumlah kementerian lain. Selain di BPIP, Mega juga sekarang menjadi Ketua Dewan Pengarah BRIN.

Sebelum Mega, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa sekarang jumlah anak muda lebih banyak dari orang tua sejak program Keluarga Berencana (KB) dimulai pada 1972. "Saat inilah yang namanya bonus demografi," kata mantan Bupati Kulon Progo 2011-2019 yang diusung PDIP ini.

Bila anak mudanya tidak stunting, cerdas, ceria, dan produktif, kata Hasto, maka Indonesia akan memetik bonus demografi. Bila tidak maka sebaliknya. Salah satu tantangan saat ini adalah stunting.

Ukuran tubuh yang pendek adalah salah satu indikator stunting, meskipun bukan satu-satunya. "Memang stunting itu pendek, tapi pendek belum tentu stunting," kata Hasto.

Oleh sebab itu, dia menyebut angka persentase stunting yang saat ini ada itu sebenarnya baru mengukur tinggi badan saja. "Stunting beneran belum tahu, harus periksa kecerdasannya," kata dia.

Barulah setelah Hasto, Mega yang berbicara. Mega bercerita bahwa sebenarnya dia meminta acara ini hanya dihadiri ibu-ibu saja. Tapi kemudian acara ini dihadiri juga oleh peserta pria. "Karena ada sedikit rahasia untuk ibu-ibu," kata Mega berkelakar yang disambut tawa peserta acara. 

Mega pun bicara panjang lebar, salah satunya soal dirinya sendiri. Seorang wanita yang sudah 3 kali menjadi anggota DPR, wakil presiden, presiden, hingga ketua umum partai. Dalam acara, Mega tampak kecewa karena ibu-ibu yang hadir tidak semangat ketika diteriakkan kata merdeka.

Upaya pencegahan stunting

Mega bercerita bahwa dirinya pernah ditugasi mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur untuk mengatasi bencana konflik. Saat itu dia harus tidur di kapal perang karena tidak diizinkan tidur di darat. "Gitu buk, semua harus selalu siap, jangan melempem," kata Mega mengenang momen itu.

Setelah itu, Mega lanjut cerita soal upaya Indonesia mencegah stunting. Mega bercerita obrolannya dengan mantan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa soal revisi aturan penerimaan taruna.
Akhir 2022, Andika merevisi aturan Panglima TNI Nomor 31 Tahun 2020 berkaitan dengan penerimaan calon taruna untuk mengakomodasi kondisi umum remaja Indonesia. 

Dalam peraturan yang baru, minimum tinggi badan calon taruna turun dari 163 cm menjadi 160 cm sementara taruni turun dari 157 cm menjadi 155 cm. "Perubahan itu sebetulnya lebih mengakomodasi," kata Andika dalam kanal YouTube pribadinya.

Aturan ini yang dikritik Mega. Kepada Andika, Mega menyebut dirinya telah mengembar-gemborkan tinggi pemuda Indonesia 180 cm. Lantas, Andika membuat aturan tinggi minimum 160 cm. Andika pun beralasan saat ini TNI sudah mencari taruna dengan tinggi 180 cm. "Tapi mbok yo jangan 160, 170 lah, sampai nawar gitu," kata Mega.

Menurut Mega, stunting ikut berkontribusi pada kondisi tubuh anak Indonesia yang pendek ini. Bagi Mega, urusan ini mesti dibicarakan dan peran ibu-ibu pun harus dipertanyakan. Isu ini juga yang jadi obrolan Mega dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang kerap mendorong Indonesia Negara Maju dan Indonesia Emas 2045.

Berawal dari situasi inilah, Mega akhrnya ikut andil dalam program penanganan stunting setelah berkomunikasi dengan Jokowi. Dari sinilah kemudian Mega bicara soal ibu-ibu yang suka ikut pengajian, tapi lupa memperhatikan anak mereka.

Mega kemudian bercerita, bahwa dirinya sekarang punya 7 orang cucu. Sebagai nenek, Mega berpesan kepada cucunya agar tidak mudah memutuskan ketika ada lawan jenis yang tertarik dengan mereka.

"Dijejer-jejer aja, liatin dulu supaya tanding, jangan cari yang pendek ya, bener lho, dari sisi ilmu genetika itu ngerusak banget, yo ketawa to. Saya pokoknya ceplas-ceplos, maunya 180, saya omongin ke cucu," ujar Mega.

Di sisi lain, Mega merasa risih ketika melihat sebagian anak-anak yang muncul dalam pemberitaan televisi akibat kenakalan mereka. Mega menyaksikan di televisi 20-an anak-anak berpakaian seragam sekolah dirazia oleh polisi karena bermain game.

"Pakai seragam, artinya kan sudah berani banget. Kemana orang tuanya, kemana ibunya? Katanya surga di bawah telapak kaki ibu, jadi kalian ini sekarang kemana? Anak sudah (gabung) geng, bawa ini semua, saya lihat di tv, senjata keras," ujarnya.

Bagi Mega, situasi ini menandakan tidak ada ikatan yang kuat antara ibu dan anak. "Artinya pasti ibunya juga enggak tahu anaknya di mana, antara ibu dan anak enggak bonding," kata Mega.

Megawati pun mencontohkan bagaimana dirinya saat menjadi presiden, masih memasak untuk keluarganya. Ia masih meladeni sang almarhum suaminya. Bagi Mega, inilah yang disebut manajemen kekeluargaan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus