Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Momen

2 Desember 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BONDOWOSO
Korban 'Gerbong Maut' Gugat Belanda

Keluarga korban "Tragedi Gerbong Maut" Bondowoso 1947 segera melayangkan gugatan ke pemerintah Belanda. Seratus keluarga korban bersama Yayasan Komite Utang Kehormatan Belanda meminta Belanda meminta maaf kepada rakyat Bondowoso dan pemerintah Indonesia. Mereka juga meminta santunan bagi keluarga korban.

"Kalau korban Rawagede bisa, kenapa kami tidak?" kata Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia Markas Cabang Bondowoso Mohammad Mujahid dalam acara peringatan 65 tahun "Tragedi Gerbong Maut" di Stasiun Bondowoso pekan lalu. Tindakan Belanda waktu itu dinilai sebagai kejahatan kemanusiaan dan pelecehan kehormatan bangsa Indonesia.

Ketua Dewan Penasihat Yayasan Komite Utang Kehormatan Belanda Laksamana Pertama TNI (Purnawirawan) Mulyo Wibisono mendukung upaya gugatan keluarga korban "Gerbong Maut". Bukti dan saksi-saksi kejadian itu masih ada hingga saat ini. "Saksi mata dan saksi fisik peristiwa 'Gerbong Maut' jelas. Ini modal yang lebih baik daripada di Rawagede," ujar bekas Kepala Badan Intelijen Strategis itu

Peneliti sejarah dari Universitas Jember, Edy Burhan Arifin, mengatakan tragedi "Gerbong Maut" bersifat lokal, tapi kejadian itu berdampak luas secara nasional dan internasional. Faktanya, setelah peristiwa itu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa lantas membentuk Komisi Tiga Negara untuk mempercepat penyerahan kedaulatan dari penjajah kolonial Belanda kepada Indonesia.

Peristiwa itu terjadi pada 23 November 1947. Saat itu, Belanda bermaksud memindahkan tawanan pejuang kemerdekaan dari penjara Bondowoso ke Surabaya. Seratus tawanan dimasukkan ke tiga gerbong tanpa ventilasi, hingga hampir setengahnya meninggal. "Kejadian tragis itu yang membuat nama Belanda tercemar di mata dunia," kata Edy.

Mahbub Djunaidy

SURABAYA
Pabrik Gula Pertama Madura

Perusahaan gula pelat merah, PT Perkebunan Nusantara X, menyiapkan Rp 1 triliun untuk membangun pabrik gula pertama di Madura. Sebuah pabrik gula modern dan terintegrasi akan berdiri di Kabupaten Bangkalan. "Sepertiga dana dari kas perusahaan, kekurangannya kami akan menggandeng mitra strategis," kata Sekretaris Perusahaan PTPN X M. Cholidi, Selasa pekan lalu.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Gamal Nasir mendukung industrialisasi yang direncanakan PTPN X di Pulau Madura. Menurut dia, kondisi agroklimat di Madura sangat memadai. Sinar matahari cukup serta kecepatan angin, suhu, kelembapan udara, air, dan kesesuaian lahan mendukung budi daya tebu.

Potensi lahan yang bisa ditanami tebu mencapai 60 ribu hektare. Sebagian besar berada di Bangkalan dan Sampang. Melihat potensi lahan di Madura, 2-3 pabrik gula modern dengan kapasitas 10 ribu ton tebu per hari bisa didirikan di kawasan tersebut. Pemerintah akan mendukung secara teknis dengan menyediakan tenaga penyuluh pertanian, bibit, dan traktor di area operasi PTPN X.

Diananta P. Sumedi

SURABAYA
Koleksi Kebun Binatang Dilepas ke Habitat

Pengelola Kebun Binatang Surabaya (KBS) berencana mengurangi sejumlah satwa koleksi mereka. Populasi penghuni KBS dinilai sudah berlebih. Beberapa spesies rawan perkawinan saudara (inbreeding), yang menghasilkan keturunan rentan penyakit.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur Ludhvie Achmad mengatakan 24 jenis satwa akan dilepas ke habitat aslinya dalam waktu dekat. Mereka antara lain rusa ke Pulau Bawean (Gresik), burung merak, dan banteng ke Taman Nasional Baluran (Situbondo). "Kami prioritaskan mengembalikan satwa yang habitatnya di Jawa Timur dulu," kata Ludhvie, Kamis pekan lalu.

Tony Sumampau, Sekretaris Tim Pengelola Sementara KBS, mengatakan "pembebasan" satwa sudah melalui sejumlah prosedur. "Kami tidak asal comot yang akan dilepas," ujarnya.

Cara ini juga dianggap efektif mengurangi beban operasional KBS. Kondisi sejumlah binatang mengenaskan, bahkan tak sedikit yang mati kelaparan. Dalam beberapa tahun terakhir, kebun binatang ini selalu merugi. Demonstrasi para mantan karyawan juga kerap mengganggu pengelola.

Sony Wignya Wibawa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus