Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJAK hujan turun awal Desember lalu, Sungai Negara di Kabupaten
Hulu Sungai Utara (HSU) selalu meluap.
Penduduk pun bersorak kegirangan. Karena di beberapa bagian
sungai yang selama musim kering sempat menjadi lapangan bola,
kini berkedalaman 6 hingga 7 meter.
Hampir berbarengan dengan luapan air yang semakin tinggi, sebuah
jembatan berharga Rp 200 juta lebih diresmikan Gubernur
Kalimantan Selatan. Jembatan yang bernama Negara Dipa itu,
diakui Gubernur Subardjo sebagai sangat terlambat
penyelesaiannya. "Makan waktu 5 tahun lebih" ujarnya. Panjang
jembatan sendiri hanya 75 meter dengan lebar 9 meter.
Keterlambatan itu diakui karena kekeliruan sewaktu melakukan
survey di tahun 1971. Akibatnya bukan hanya terlambat saja, tapi
juga harus dilakukan perubahan-perubahan dari rencana semula.
Warga HSU boleh bangga memandang jembatan yang termasuk paling
megah di Kalimantan Selatan itu. Tapi jika pandangan mereka
menyelusuri jalan yang dihubungkan sang jembatan, terutama
jurusan Amuntai-Kelua, rasa bangga seperti hendak punah. Sebab
tak kurang dari 20 Km jalan ke jurusan itu sudah hancur dan tak
mungkin dilewati kendaraan apapun. Ir. Rosma Najib, Kepala DPU
Kalimantan Selatan mengakui keadaan jalan yang parah itu. Tapi
tentu ia punya alasan dan tak salah lagi ia menunjuk ke Jakarta
dari mana biayanya akan bersumber. Sebab, kata Rosma, untuk
memperbaiki jalan itu idealnya diperlukan biaya Rp 40 juta tiap
kilometer. Jadi, mubairkah jembatan itu? Tentu tidak. Sebab ir.
Rosma berharap agar bersabar.
Tapi dengan keadaan jalan serupa itu akan berarti pula putuslah
hubungan darat propinsi ini dengan Kalimantan Timur dan
Kalimantan Tengah. Padahal ketika ketiga propinsi itu mulai
dihubungkan oleh jalan darat beberapa tahun lalu berbagai pihak
memuji hal itu sebagai kerja luar biasa yang pernah ada di Pulau
Kalimantan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo