Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mujahidin Indonesia Timur Bertambah Kuat

Anggota Mujahidin Indonesia Timur bertambah banyak. Mereka sulit ditaklukkan karena menguasai lapangan.

15 Februari 2019 | 00.00 WIB

Kepala Sub Satgas Humas Tinombala 2019 AKP Winarto menunjukkan daftar pencarian orang terduga teroris Poso di Markas polda Sulawesi Tengah di Palu, 9
Perbesar
Kepala Sub Satgas Humas Tinombala 2019 AKP Winarto menunjukkan daftar pencarian orang terduga teroris Poso di Markas polda Sulawesi Tengah di Palu, 9

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

JAKARTA - Kekuatan kelompok teror Mujahidin Indonesia Timur semakin kuat dalam beberapa bulan terakhir, sejak pemimpin faksi ini, Santoso alias Abu Wardah, tewas tertembak pada Juli 2016. Selain jumlah anggotanya yang bertambah banyak, pengamat terorisme Nasir Abbas mengatakan volume pasokan senjata dan amunisi ke pengikut Mujahidin Indonesia Timur juga semakin besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dalam hitungan Nasir, jumlah pengikut Santoso awalnya mencapai sekitar 37 orang. Lama-lama pengikut Santoso berkurang karena tewas tertembak maupun tertangkap oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian RI. "Setelah Santoso tewas, mereka tersisa tujuh orang yang dipimpin Ali Kalora. Kemudian jumlah anggota mereka bertambah, di antaranya lima orang dari kelompok Ambon, sehingga sekarang sekitar 13 orang," katanya kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, mengiyakan soal adanya peningkatan kekuatan anggota Mujahidin Indonesia Timur. Misalnya bertambahnya jumlah simpatisan kelompok teror ini, yang dibuktikan dengan penangkapan seorang warga Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, oleh Satuan Tugas Tinombala-tim gabungan Polri dan Tentara Nasional Indonesia untuk mengejar kelompok Mujahidin Indonesia Timur-kemarin. "Yang bersangkutan membawa kebutuhan pokok untuk Ali Kalora dan anggotanya, seperti beras, mi instan, dan telur," kata Dedi.

Polisi juga mendapat informasi bahwa anak kandung Ali Kalora alias Ali Muhammad, pengganti Santoso memimpin Mujahidin Indonesia Timur, ikut bergabung. Dedi masih merahasiakan identitas anak kandung Ali tersebut. "Kami belum tahu apakah dia direkrut atau inisiatif sendiri datang ke lokasi persembunyian bapaknya. Kami masih mengidentifikasinya," katanya.

Mujahidin Indonesia Timur terbentuk seiring dengan gagalnya proyek bersama sejumlah kelompok terorisme Indonesia di pegunungan Jalin Jantho, Aceh, pada 2010. Lalu Santoso dan Mujahidin Indonesia Timur yang ia pimpin membaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada pertengahan 2014, yang berideologi keras jihadis salafi, telah melancarkan serangkaian serangan teror di seluruh dunia. Santoso menyatakan Mujahidin Indonesia Timur adalah ISIS cabang Indonesia dan merupakan kelompok jihadis pertama di Indonesia yang membaiat ke daulah islamiah yang dipimpin Abu Bakar al-Baghdadi itu. Setelah itu, mulailah menjamur dukungan secara individu ataupun kelompok di Malang, Solo, dan Bekasi ke Mujahidin Indonesia Timur.

Setelah Santoso tewas tertembak pada 18 Juli tiga tahun lalu, Ali Kalora menggantikan Santoso memimpin Mujahidin Indonesia Timur. Meski pucuk pimpinan berganti, medan gerilya faksi ini tetap berpusat di kawasan Gunung Biru, seluas 2.400 hektare, yang terbentang dari Napu di Kabupaten Poso hingga Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Direktur Community of Ideological Islamic Analyst, Harits Abu Ulya mengatakan anggota Mujahidin Indonesia Timur saat ini lebih sedikit dibanding saat Santoso memimpinnya. Namun Harits yakin peta kekuatan mereka masih tetap sama. "Sebab, mereka menguasai medan dan mampu survive dalam keterbatasan di hutan, meski jalur logistik mereka banyak yang terputus," katanya.

Menurut Harits, taktik operasi Satuan Tugas Tinombala dengan membuat sekat-sekat di lapangan tidak menjamin kelompok Ali Kalora akan mudah ditaklukkan. Sebab, kata dia, grup teror ini tetap bisa meloloskan diri dari penyergapan dan pengepungan Satuan Tugas Tinombala karena menguasai medan. Namun Dedi Prasetyo optimistis taktik operasi yang dilakukan Satuan Tugas Tinombala dengan memutus empat jalur logistik dapat melemahkan dan mempersempit ruang gerak Ali Kalora serta para pengikutnya.

REZKI ALVIONITASARI | ANDITA RAHMA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus