Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Semarang - Muliaman Darmansyah Hadad akan dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Diponegoro. Muliaman melengkapi jumlah guru besar Undip yang kini 113 orang. Dalam pengukuhannya pada Sabtu, 13 Januari 2018, Muliaman akan berorasi mengenai “Stabilitas Vs Pertumbuhan: Peranan Sektor Jasa Keuangan dalam Perekonomian dan Tantangannya di Masa Depan”.
"Krisis yang terjadi pada 1997 belum selesai hingga sekarang," kata mantan Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK) itu di Rektorat Undip, Tembalang, Jumat, 12 Januari 2018. Pemerintah, ucap Muliaman, berfokus pada kestabilan ekonomi.
Baca:
Muliaman Hadad Ucap 'Salam Perpisahan' ke Jokowi
Pensiun dari OJK, Muliaman Hadad Kini Bisa...
Krisis, ujar Muliaman, terjadi akibat dua faktor. Pertama, fundamental, seperti defisit besar dan struktur keuangan yang dangkal. Faktor kedua adalah perilaku. Perilaku seperti spekulasi akan memperburuk situasi. Hal lain yang juga mempengaruhi adalah pemerintah yang tidak mengedepankan prinsip pemerintahan yang baik.
Fokus dalam penyebab krisis yang diteliti, ucap Muliaman, adalah penyebab krisis pada perilaku. Ada tiga hal yang tidak bisa lepas dari perilaku saat terjadi krisis, yakni industri keuangan, akses keuangan, dan edukasi keuangan. “Kita mengupayakan agar ikatan itu tidak lepas satu sama lain. Semua harus dilaksanakan.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Jika pemerintah hanya menyehatkan industri keuangan dan kredit, akan banyak kredit yang keliru. “Itu pilihan tidak bagus. Jadi keduanya harus diikat dan bisa mempengaruhi perilaku.” Perilaku yang memperburuk keadaan tidak hanya perilaku masyarakat, tapi juga dari kalangan industri keuangan.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Industri keuangan, ujar Muliaman, membutuhkan kepercayaan dari masyarakat luas. “Jangan sampai pemerintah terjebak pada situasi yang mudah berubah seiring dengan perkembangan teknologi,” ucap Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Diponegoro itu.
Soal pertumbuhan ekonomi, Indonesia sekarang berada pada posisi yang masih mendorong pertumbuhan. Sentimen negatif terhadap pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya akan membuat ekonomi akan tumbuh sekitar 5,2 persen.