Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Munas Ulama NU Rekomendasikan Warga NU Tidak Golput

Munas Ulama NU merekomendasikan warga NU tak golput.

1 Maret 2019 | 16.30 WIB

Suasana sidang Komisi Bahtsul Masail Waq'iyah, Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Banjar, Jawa Barat, 27 Februari - 1 Maret 2019. Foto: PBNU
Perbesar
Suasana sidang Komisi Bahtsul Masail Waq'iyah, Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Banjar, Jawa Barat, 27 Februari - 1 Maret 2019. Foto: PBNU

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas Ulama NU) menghasilkan sejumlah rekomendasi yang ditujukan untuk internal organisasi maupun eksternal. Salah satu rekomendasi yang muncul adalah anjuran agar warga NU tidak golput.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ya, maksudnya untuk nyoblos, tidak golput. Karena orang NU punya hak pilih dan hendaknya hak pilih itu digunakan dengan baik," kata Ketua Tim Perumus Rekomendasi, Masduki Baidlowi, lewat pesan singkat pada Tempo, Jumat, 1 Maret 2019.

Berdasarkan dokumen hasil pleno rekomendasi yang Tempo terima, dan sudah dibenarkan oleh Masduki, dorongan agar Nahdliyyin menggunakan hak pilihnya termuat dalam bagian rekomendasi internal nomor C.1.3.

"Warga NU perlu terlibat dan berpartisipasi aktif dalam proses pemilu. Bukan hanya hadir ke TPS untuk memilih calon presiden, DPR, DPD, DPRD I/II, tapi juga tidak mengotori pemilu dengan politik uang, penyebaran hoaks dan fitnah, serta berkonflik karena perbedaan politik," tulisnya.

NU menilai Pemilu harus disukseskan guna meningkatkan kualitas demokrasi Indonesia. "Pemilu 2019 harus dipastikan berjalan dengan aman dan menghasilkan pemimpin yang legitimate. Seluruh elemen dan warga NU harus menjadi bagian dari gerakan tersebut,".

Dalam politik praktis, Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) menyatakan netral. Namun tak dipungkiri jika dalam pemilihan presiden 2019 NU cenderung merapat ke kubu Joko Widodo atau Jokowi-Ma'ruf Amin. Alasannya, Ma'ruf merupakan mantan Rais Aam PBNU yang kini menjabat sebagai Mustasyar.

"PBNU sebagai organisasi netral tapi kalau orang-orang NU dan tokoh NU berharap warganya pilih Kiai Ma’ruf," ucap Masduki.

Ahmad Faiz

Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Pernah ditempatkan di desk bisnis, politik, internasional, megapolitan, sekarang di hukum dan kriminalitas. Bagian The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2023

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus