Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Neno Warisman Minta Massa Aksi 22 Mei Tenang

Neno Warisman meminta massa aksi 22 Mei untuk tetap tenang.

22 Mei 2019 | 19.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Massa Aksi 22 Mei di depan gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) terlibat bentrok dengan polisi. Kericuhan ini berawal ketika massa pengunjuk rasa dari Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat akan berjalan pulang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekumpulan pengunjuk rasa kemudian memprovokasi polisi dengan menyanyikan lagu yang menyindir keberpihakan polisi dalam pemilu. "Pak polisi tugasmu mengayomi, Pak Polisi jangan ikut kompetisi," seru demonstran di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu, 23 Mei 2019.

Sekitar pukul 18.20, lempar dari kerumunan massa sudah mengarah ke blokade polisi anti huru-hara. Selain itu, massa juga mulai menembakkan mercon dan petasan ke arah polisi dan Kantor Bawaslu.

Pada pukul 19.36, dari arah mobil komando yang telah mundur 50 meter terdengar suara Neno Warisman. Dia pun mengajak pengunjuk rasa bersahabat. "Pelan-pelan saja, dan mari doakan rakyat Indonesia yang tidak ada di sini," kata Neno.

Salah satu pimpinan pengunjuk rasa, Bernard Abdul Jalal mencoba menenangkan massa dengan memperingatkan dari atas mobil komando. "Aksi kita, aksi damai, tenang karena risiko besar seperti kemarin, saat tujuh orang teman kita menjadi mujahid," ujar Bernard.

Massa semakin brutal dengan mulai membakar beberapa benda di pintu samping kantor Bawaslu. Lemparan dan mengarahkan kembang api ke arah kantor Bawaslu. Terdengar suara teriakan bakar dari arah kerumunan yang mengarah ke Pasar Tanah Abang. Nyala api semakin membesar yang berada di sekitar pagar Bawaslu.

Kepala Kepolisian Resor Jakarta Pusat, Komisaris Besar Harry Kurniawan meminta tolong kepada pimpinan aksi yakni Bernard dan koordinator lapangan Jumhur Hidayat untuk menenangkan massa. "Tolong Pak Bernard, Pak Jumhur kami juga rakyat, wartawan sampai ada yang kena batu ini, kasian mereka," ujar Harry melalui pengeras suara.

Sebagian massa kemudian mencoba memadamkan api yang sudah mulai membesar. Kondisi sempat tenang. Pukul 19.00, Bernard mencari Jumhur yang tidak berada di atas mobil komando. "Karena Korlap sudah tidak berada di mobil komando, sekarang mobil komando harus mundur," kata dia.

Massa Aksi 22 Mei tetap bertahan di Jalan Thamrin dan kembali menyanyikan lagu-lagu. Beberapa mencoba menggoyang pembatas kawat duri dengan melapisi terpenuhi dahulu dengan spanduk. Sampai saat ini massa masih bertahan di Jalan Thamrin.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus