Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan lima orang Nahdliyin atau warga Nahdlatul Ulama (NU) dengan Presiden Israel, Isaac Herzog mendapatkan kecaman sejumlah pihak. Nama NU, yang merupakan organisasi Islam terbesar di dunia, pun ikut terseret. Sejumlah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) cepat tanggap memberikan pernyataan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lantas apa kata para pembesar PBNU ihwal lima orang Nahdliyin yang bertemu dengan Presiden Israel ini?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Polemik ini bermula dari beredarnya sebuah foto di lini massa Instagram yang menarasikan lima orang Nahdliyin bertemu dengan Presiden Israel. Pengunggah adalah Zainul Maarif di akun @zenmaarif, salah satu Nahdliyin yang ikut persamuhan itu. Pertemuan tersebut dikatakan untuk membahas konflik Hamas-Israel dan hubungan Indonesia-Israel.
“Alih-alih demonstrasi di jalanan, saya lebih suka berdiskusi dan mengungkap gagasan. Terkait konflik antara Hamas-Israel, dan relasi Indonesia-Israel. Saya bersama rombongan berdialog langsung dengan Presiden Israel, Isaac Herzog,” tulis Zainul Maarif, yang diunggah ulang dalam bentuk tangkapan layar oleh Ismail Fahmi di akun X miliknya, @ismailfahmi.
Pertemuan warga NU dengan pimpinan Israel itu menuai kecaman dari warga internet alias warganet. Pasalnya, saat ini pemerintah Indonesia mendukung kemerdekaan bagi Palestina sesuai amanat UUD 1945. Juga, sejauh ini Indonesia dan Israel tidak pernah memiliki hubungan diplomatik. Lantaran nama NU terseret, PBNU akhirnya buka suara.
Berikut deretan tanggapan para petinggi PBNU ihwal lima orang Nahdliyin yang bertemu dengan Presiden Israel:
1. Ketua PBNU Savic Ali
Ketua PBNU Savic Ali, membenarkan lima orang yang bertemu dengan Presiden Israel tersebut adalah warga Nahdliyin, bahkan di antaranya ada pengurus. “Lima orang itu setahu saya memang anggota NU, ada yang tercatat pengurus ada yang bukan pengurus,” kata Savic saat dihubungi Tempo, Senin, 15 Juli 2024.
Savic mengaku kecewa atas kunjungan dan pertemuan itu. Menurutnya, mereka bukan dalam kapasitas menekan atau bernegosiasi dengan Israel. Ia khawatir pertemuan itu justru digunakan Israel untuk menunjukkan bahwa ada kalangan muslim yang berpihak mereka.
“Pertemuan itu akan dipakai Israel untuk menunjukkan bahwa ada kalangan muslim yang berdiri di sisi mereka,” kata Savic.
Bagi Savic, pertemuan itu justru melukai perasaan rakyat Palestina. Pun membuat buruk citra NU di mata internasional. Savic mengatakan, belum mengetahui alasan lima orang itu bertemu presiden Israel. Namun, pihaknya memastikan akan memanggil pengurus PBNU yang ikut dalam pertemuan itu setiba di Indonesia.
“Untuk pengurus akan kami panggil saat tiba di indonesia. Kami juga belum tahu mereka masih di Israel atau sudah balik Indonesia,” kata Savic.
2. Ketua PBNU bidang Keagamaan Ahmad Fahrur Rozi
Ketua PBNU bidang Keagamaan Ahmad Fahrur Rozi turut merespons foto yang diduga memperlihatkan lima Nahdliyin bertemu Presiden Israel. Pihaknya menegaskan pertemuan itu merupakan kehendak pribadi mereka. PBNU tak pernah memberikan mandat bertemu dengan Presiden Israel.
“Tidak ada mandat dari PBNU. Berangkat atas kemauan sendiri. Tidak ada kaitannya dengan PBNU,” kata Fahrur saat dihubungi, Senin 15 Juli 2024
Fahrur mengatakan PBNU tidak mengetahui kunjungan tersebut. Ia lantas mengingatkan semua pihak untuk tidak mengatasnamakan NU tanpa ada surat tugas dari Ketua Umum PBNU terkait dengan dinas resmi. “Harus dibuktikan, dia datang sebagai apa dan siapa yang memberikan mandat,” kata Fahrur.
3. Sekretaris Jenderal PBNU Gus Saifullah Yusuf alias Gus Ipul
Sekretaris Jenderal PBNU Gus Saifullah Yusuf alias Gus Ipul mengatakan kunjungan lima warga Nahdliyin ke Israel, menemui Presiden Israel, merupakan tindakan yang sangat tidak bijaksana di tengah situasi yang memanas antara Israel dan Palestina.
NU sebagai organisasi, kata dia, selalu berada di barisan depan mengutuk serangan Israel. Kunjungan mereka ke Israel, menurut dia, sangat melukai hati Nahdliyin.
“Kepergian mereka ke Israel mendapatkan banyak kecaman yang nyata. Kunjungan itu juga melukai perasaan kita semua,” kata Gus Ipul dikutip dari NU Online, pada Selasa, 16 Juli 2024.
4. Wakil Ketua Badan Pengembangan Jaringan Internasional (BPJI) PBNU Achmad Munjid
Wakil Ketua BPJI PBNU Achmad Munjid mengecam serta mengkritik keras kunjungan lima Nahdliyin yang menemui Presiden Israel. Menurut dia, langkah tersebut sangat tidak tepat di tengah situasi global yang mengecam tindakan Israel terhadap Palestina. Munjid mempertanyakan tujuan dan manfaat dari kunjungan tersebut. Ia mengaku sangat menyayangkan kunjungan ke Israel yang tidak berafiliasi dengan PBNU itu.
“Seluruh tindakan dan wacana yang bisa dipakai sebagai justifikasi kekerasan Israel akan mereka pakai. Buat apa ada orang-orang kita yang mendekat? Apa tujuannya? Atas nama siapa? Apa manfaatnya? Tak ada jawaban masuk akal yang bisa diterima,” ujar Peneliti Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada (PSKP UGM) ini, dilansir dari nu.or.id pada Selasa, 16 Juli 2024.
5. Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia)
Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) akan melakukan sidang etik kepada salah satu dosennya, Zainul Maarif. Sidang itu digelar karena Zainul menjadi salah satu dari lima warga Nahdlatul Ulama atau nahdliyin yang mengunjungi Presiden Israel Isaac Herzog.
“Unusia akan menggelar sidang etik terhadap saudara Zainul Maarif untuk mempertanggungjawabkan aktivitas yang bersangkutan,” kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat Unusia Dwi Putri melalui keterangan di Jakarta, Senin, 15 Juli 2024.
Sidang etik akan dilakukan lantaran kunjungan tersebut berdampak langsung bagi reputasi Unusia dan bertentangan dengan dengan nilai-nilai yang dianut. Dia menegaskan pihaknya mendukung secara penuh kemerdekaan Palestina dan mengecam keras praktik genosida oleh Israel terhadap bangsa Palestina yang hingga kini masih terus berlangsung.
“Pertemuan saudara Zainul Maarif dengan Presiden Israel adalah aktivitas individual dan tidak memiliki keterkaitan apapun dengan Unusia sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan perkumpulan Nahdlatul Ulama yang menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Indonesia,” ujarnya.
HENDRIK KHOIRUL MUHID I HENDRIK YAPUTRA | IMAM HAMDI | DEVY ERNIS