Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pak Guru Belajar Menulis

Untuk membina guru-guru yang tulisannya jelek, kakandep p dan k kotamadya medan r.m soesetyo mengadakan lomba menulis untuk guru. kepada guru-guru yang tulisan jelek akan diharuskan berlatih menulis.

4 Juli 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAHWA guru mengeluh tentang tulisan tangan para murid yang ruwet, bukan hal aneh. Tapi kalau murid yang mengeluh (tulisan guru mereka "kecil-kecil, miring, susah dibaca"), ini gawat. Dan Medan barangkali hanya salah sebuah contoh. Kegawatan itu terungkap berkat pengamatan Kepala Kantor Departemen (Kakandep) P&K Kotamadya Medan, Drs. RM. Soesetyo. Sejak sebelum menduduki jabatannya, bapak 50 tahun ini menyimpan ketidakpuasan. Bila ia melihat tulisan tangan guru muda SD, atau kebetulan menerima surat salah seorang guru yang baru diangkat, pasti ia geleng-geleng kepala. Bukan saja soal kerapian. Perbedaan huruf satu dengan yang lain sering tak jelas. "Huruf 'u' dan 'n' tak ada bedanya. Juga 'o' dan 'e' sering sama," tutur Soesetyo. Maka bersama beberapa Kakandep P&K tingkat kecamatan di Medan, Soesetyo merencanakan usaha pembinaan guru-guru muda SD itu. Dari 1.462 guru SD yang pegawai negeri (baik yang di SD Negeri maupun yang diperbantukan pada SD swasta), sekitar 500 adalah guru IIa dan IIb. Usia rata-rata mereka di bawah 30 tahun. Lomba diadakan di libur panjang ini. Topiknya: menulis indah. Dan berbeda dari lomba untuk para murid (diadakan sebelumnya dimaksud untuk melengkapkan gambaran dan hasilnya memang menyedihkan), lomba untuk guru ini boleh dikerjakan di rumah masing-masing. Yang disuruh tulis pendahuluan dan penutup Eka Prasetya pegawai negeri. Yang menarik, mereka boleh menulis dengan "gaya bebas." Boleh miring, boleh tegak. "Toh pemerintah sebetulnya tak menghapus tulisan miring," kata Soesetyo pula. "Lagipula mungkin ada guru yang berbakat menulis miring." Yang dimaksud oleh Kakandep itu adalah anjuran Departemen P&K, sejak 1970, untuk memakai tulisan 'tegak bersambung' -- menggantikan tulisan miring yang tebal-tipis yang diwarisi dari zaman Belanda dulu. Ketentuan itu kemudian diresmikan lewat Kurikulum 1975. Sebabnya tulisan tegak bersambung konon lebih gampang dipelajari anak-anak, dan memenuhi syarat 'jelas gampang dibaca dan cepat' (TEMPO, 10 Januari). Tapi tulisan para guru dewasa ini memang bukan hanya tidak 'tegak bersambung'. Tapi 'sempoyongan dan tidak jelas'. Dan kejelasan, itulah yang pertama kali dituju oleh Departemen P&K maupun lomba itu. Sebetulnya tak hanya Kakandep P&K Medan itu yang menyimpan ketidakpuasan. Sejumlah kepala sekolah SD di kota tersebut, yang berusia di atas 40 tahun, pun sering pusing. "Dulu, di zaman Belanda," tutur R.P. Butar-butar, 57 tahun, Kepala SDN Desa Sunggal, "seorang murid tak bisa naik kelas kalau tulisannya jelek." Dan kata Pak Usman, 43 tahun, Kepala SDN Agenda, Medan Barat "Dari 13 guru yang saya bawahkan, hanya 2 yang tulisannya cantik. Yang lain, wah, macam cakar ayam. Ada yang di papan tulis seperti naik-turun gunung, tidak lurus." Maka para bapak kepala sekolah itu pun gembira menyambut inisiatif lomba itu. Selama ini rupanya mereka merasa sungkan juga menganjurkan guru-guru bawahannya belajar menulis. "Habis di SPG tentunya 'kan sudah diberi pelajaran menulis," kata Syamsul Qamar yang telah 29 tahun menjadi guru SD. "Tapi guru-guru muda itu biasanya tak mau melatih diri. Kurang rajin," katanya. Hasil lomba itu sampai awal pekan ini memang belum diumumkan. Siapa yang menang, memang tak begitu penting. Yang penting, seperti dikatakan Pak Soesetyo pula, "Tulisan yang rapi dan indah mencerminkan watak yang tertib, rapi dan teratur." Itulah mengapa, katanya, sampai sekarang masih banyak kantor yang mengharuskan surat lamaran ditulis tangan. Telah direncanakan, guru-guru yang tulisannya jelek akan diharuskan berlatih menulis -- di bawah pengawasan Kakandep P&K kecamatan, penilik pendidikan dan kepala sekolah. Kursus menulis rapi dan indah, begitulah kira-kira. Dan ini memang boleh ditiru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus