Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi Partai Demokrat dan Partai Golkar diprediksi bakal menemui sejumlah kendala dalam koalisi pada Pemilu 2024. Menurut Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs, A. Khoirul Umam, kendala itu terjadi jika Golkar ngotot mengunci nama Airlangga Hartarto sebagai calon presiden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jika Golkar sejak awal negosiasi pembentukan koalisi sudah coba mengunci dengan harga mati agar posisi capres dipegang oleh Airlangga Hartarto, maka hal itu menjadi agak problematik," ujar Khoirul dalam keterangannya, Senin, 9 Mei 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Khoirul menerangkan, kendala itu terjadi lantaran popularitas dan elektabilitas Airlangga masih relatif cukup rendah dibandingkan capres lainnya. Hal ini dapat membuat partai-partai tengah seperti PAN dan PPP yang berpotensi bergabung dalam koalisi, tidak semangat untuk mengusung skema tersebut.
Kecuali, menurut Khoirul, partai-partai itu "dibeli suaranya" dengan model politik transaksional seperti yang dilakukan pasangan Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019.
"Karena itu, alternatif yang bisa dilakukan adalah, Golkar perlu membuka berbagai skema kemungkinan dan tidak langsung mengunci nama Airlangga sebagai Capres "harga mati"," kata Khoirul.
Jika Golkar tidak mengunci nama capresnya, Khoirul menyebut Airlangga bisa memainkan peran sebagai "king maker" dalam proses pembentukan koalisi, dengan tetap membuka peluang dirinya sebagai capres. Airlangga juga diprediksi bisa membuka peluang tokoh-tokoh muda yang lain seperti Anies, Ganjar, atau bahkan AHY untuk maju sebagai capres dalam Pilpres 2024.
Lebih lanjut, Khoirul memprediksi jika koalisi Demokrat - Golkar menguat, tidak menutup kemungkinan Nasdem, PAN, PPP dan juga PKS bisa ikut dalam gerbong tersebut.
Terkait dengan sosok capres potensial yang bisa diusung koalisi ini, jika upaya mendorong Ganjar agak problematik karena berpotensi menciptakan resistensi politik dari PDIP, maka alternatif pasangan Anies-AHY yang terbukti memiliki bekal elektabilitas memadai dalam sejumlah simulasi pasangan Capres-Cawapres di berbagai survei nasional.
"Maka Golkar bisa ikut menjadi jangkar sekaligus motor utama pengusung skema Capres-Cawapres potensial ke depannya, agar memastikan Golkar tetap berada di pihak yang memiliki kemungkinan besar untuk memenangkan pertarungan," ujar Khoirul.
Pembahasan koalisi poros tengah ini terjadi setelah Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY datang ke kediaman Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto pada Sabtu siang pekan lalu. Dalam pertemuan itu, keduanya sempat membahas kemungkinan adanya koalisi di antara kedua partai tersebut.
"Kebersamaan Golkar dan Demokrat sudah ada pengalamannya, jejak rekamnya. Golkar dulu mendukung penggagas dan kader utama Partai Demokrat, Bapak SBY, selaku Presiden RI ke-6," ujar Airlangga dalam keterangannya, Sabtu, 7 April 2022.
M JULNIS FIRMANSYAH