Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Raja Kadipaten Pakualaman yang juga Wakil Gubernur DI Yogyakarta Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (KGPAA) Paku Alam X, mendorong difabel memanfaatkan peluang kerja yang masih luas di area Yogyakarta International Airport atau Bandara YIA di Kulon Progo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Monggo teman disabilitas berkarya di kawasan Bandara YIA atau di manapun, tapi jangan menjual empati," ujar Paku Alam X di sela pertemuan dengan kelompok difabel yang mengelola usaha jasa transportasi premium, PT. Pelita Nusantara Transportasi di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Jumat 3 Juli 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Paku Alam X mendorong penyandang disabilitas memiliki keterampilan khusus dalam mengakses lapangan kerja. Dengan begitu, semua pekerjaan dan penghasilan diperoleh berdasarkan kinerja dan profesionalitas, bukan belas kasihan. "Rasa belas kasihan hanya akan melukai harga diri difabel," kata dia.
Paku Alam X menuturkan pelayanan oleh kelompok disabilitas sebagai nilai tambah. Pelayanan yang mereka tawarkan tidak boleh kalah prima dari layanan yang diberikan oleh kelompok non-difabel. "Ayo, menangkan hati para loyal buyers," ujar Paku Alam X.
Kesetaraan bagi penyandang disabilitas, Paku Alam X melanjutkan memang harus terus diperjuangkan, termasuk dalam akses lapangan pekerjaan. Dia menyampaikan esensi dari kesetaraan bukan berarti sama, melainkan tersedia akses yang sama dan sesuai dengan kebutuhan sesuai ragam disabilitas.
Tokoh disabilitas yang juga juru bicara PT Pelita Nusantara Transportasi, Triyono mengatakan sedang menyiapkan layanan transportasi prioritas roda empat di Bandara YIA. "Jasa transportasi yang kami buka menyasar wisatawan yang memerlukan layanan premium," ujar Triyono yang selama ini dikenal aktif sebagai pendiri ojek difabel, Difa Bike itu.
Untuk tahap awal, Triyono menuturkan, ada 30 armada roda empat yang bakal melayani pelanggan. Dia menjelaskan bukan difabel yang turun langsung sebagai pengemudi, tapi ada andil penyandang disabilitas dalam operasional perusahaan. Misalkan difabel menjadi petugas penjualan tiket dan customer service.
Triyono sepakat dengan Paku Alam X dalam hal kemandirian. Bagi difabel, yang paling menyedihkan adalah selalu dikasihani. "Kami ingin mandiri dan bersaing. Ketika dikasihani, rasanya hidup hancur berantakan," ujar Triyono.
PT Pelita Nusantara Transportasi yang dikelola oleh para penyandang disabilitas ini sudah berjalan dan memiliki klien papan atas. Beberapa perusahaan BUMN dan kementerian menjadi pelanggan tetap mereka.
Ketika ada tamu dari luar negeri, seperti dari Kerajaan Denmark, para penyandang disabilitas inilah yang melayani dengan prima. Sebab itu, Triyono mencoba mengembangkan usahanya dengan melayani penumpang pesawat yang singgah di Bandara YIA.