Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
TNI mengirim pasukan khusus untuk mengejar kelompok teroris pimpinan Ali Kalora di Poso.
Pasukan khusus itu akan bergabung dengan Satgas Tinombala, yang lebih dulu mengejar kelompok Ali Kalora
Polisi juga berjaga di lokasi pembantaian satu keluarga oleh teroris di Sigi, Sulawesi Tengah.
"Besok pagi (hari ini) akan diberangkatkan pasukan khusus dari Lapangan Udara Halim Perdanakusuma menuju Palu dan ditugaskan di Poso," kata Hadi setelah rapat bersama Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md., kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hadi mengatakan penambahan pasukan itu diharapkan dapat memperkuat Satgas Tinombala yang sudah berada di Poso. Meski menambah pasukan, ia memastikan operasi pengejaran terhadap kelompok Ali Kalora tetap berada di bawah kendali Kepala Kepolisian RI Jenderal Idham Azis. Hadi optimistis tambahan pasukan akan mempermudah penangkapan para teroris di Poso.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengiriman pasukan khusus itu merupakan respons atas aksi pembantaian oleh kelompok Ali Kalora di Desa Lembantongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pada 27 November lalu. Empat orang dalam satu keluarga tewas dibunuh. Kelompok teroris juga membakar sejumlah rumah penduduk dan merampok bahan makanan milik korban.
Ali Kalora adalah pemimpin Mujahidin Indonesia Timur sejak 2016. Ia menggantikan Santoso alias Abu Wardah yang tewas tertembak pada 2016. Kelompok teroris ini beroperasi di Gunung Biru, yang terbentang dari Poso, Sigi, hingga Parigi Moutung. Saat ini diduga tersisa 13 anak buah Ali Kalora.
Mahfud Md. juga menyikapi insiden ini dengan menggelar rapat bersama Polri, Kejaksaan Agung, Badan Intelijen Negara, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, dan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.
Kepala Polri Jenderal Idham Azis sudah memerintahkan anak buahnya menembak mati anggota Mujahidin Indonesia Timur yang melawan petugas. Ia mengatakan negara tidak boleh kalah oleh kelompok teroris. "Saya sudah bilang ke anggota, tindak tegas mereka. Jika ketemu lalu mereka melawan, tembak mati saja," kata Idham lewat keterangan tertulis.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Awi Setiyono menambahkan, personel gabungan dari Satgas Tinombala, yang terdiri atas Densus 88 Antiteror, Brigade Mobil Polri, dan TNI, terus mengejar kelompok Ali Kalora. Selain itu, polisi bersama tentara menjaga rumah penduduk Lembantongoa, Sigi.
"Satu peleton anggota Brimob serta 20 personel gabungan dari reserse dan intelkam, baik dari Polda Sulteng serta Polres Sigi, yang dikerahkan (melakukan penjagaan)," kata Awi.
Awi menuturkan sebanyak 49 keluarga saat ini mengungsi di Balai Desa Lembantongoa setelah peristiwa pembantaian tersebut. Polri membagikan bahan pokok kepada pengungsi serta memulihkan korban dan pengungsi dari trauma.
Kepala Pusat Studi Keamanan dan Pertahanan (PSKP) Universitas Gadjah Mada, Muhammad Najib Azca, berpendapat bahwa peristiwa pembunuhan empat orang di Sigi itu menunjukkan operasi Tinombala belum berhasil. Padahal anggota Mujahidin Indonesia Timur relatif kecil. Mereka bergerilya di gunung dengan medan yang sulit.
Najib mengatakan operasi pengejaran kelompok Ali Kalora seharusnya bisa ditangani dengan cara yang lebih baik, sistematis, dan cermat. "Bisa pakai teknologi yang bagus dan bisa diisolasi pergerakannya," kata Najib.
Menurut Najib, aparat harus memantau dengan ketat kelompok yang bersimpati kepada Ali Kalora dan anak buahnya. "Ada kelompok yang dukung karena bersimpati, ada juga yang mendukung karena takut. Aparat harus bisa mendapat dukungan publik agar bisa memutus ini," ujarnya.
ANDITA RAHMA | EGI ADYATAMA | DIKO OKTARA
TNI Kirim Pasukan Khusus Buru Kelompok Ali Kalora
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo