Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dipicu Efek Gas Rumah Kaca

Pemanasan global memicu musim kemarau menjadi lebih panas daripada biasanya. Presiden Jokowi memperingatkan ancaman kebakaran hutan.

11 Mei 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pemanasan global ikut mendorong peningkatan suhu di kota-kota Indonesia pada hari ini.

  • Ancaman kemarau bertahan hingga bulan depan.

  • Suhu bumi naik 1,5 derajat Celsius pada 2026.

JAKARTA — Pemanasan global memicu musim kemarau menjadi lebih panas daripada biasanya. Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dodo Gunawan, mengatakan pemanasan global telah menyebabkan kondisi cuaca atau iklim ekstrem seperti El Nino yang makin sering terjadi. "Hal inilah yang menyebabkan mudahnya kebakaran lahan meluas meski awalnya karena dibakar. Dan sebaliknya, kebakaran hutan menyumbangkan emisi CO2 ke atmosfer, penyebab perubahan iklim," kata Dodo saat dihubungi Tempo, Selasa, 10 Mei 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perubahan iklim terjadi karena peningkatan konsentrasi gas rumah kaca. Sebagian besar gas rumah kaca berupa karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil atau aktivitas manusia. Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca, kata dia, menyebabkan radiasi matahari yang seharusnya kembali ke angkasa terperangkap seperti di dalam rumah kaca .

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Persis seperti kita berada di dalam rumah kaca atau di dalam mobil untuk gampangnya. Panas kan," kata Dodo. "Begitulah bumi dengan kehadiran gas rumah kaca akibat pembakaran bahan bakar fosil menjadi panas dan merata ke seluruh bumi, makanya pemanasan global." Dengan terperangkapnya radiasi matahari yang seharusnya ke angkasa, Dodo melanjutkan, radiasi akan bolak-balik terpantul kembali ke bumi.

Sebagai upaya mitigasi, Dodo mengajak masyarakat menghindari penggunaan bahan bakar fosil dan menggalakkan energi terbarukan yang rendah emisi gas rumah kaca.

Petugas Stasiun Klimatologi BMKG Kelas II Tangerang Selatan mengamati penyinaran matahari dengan menggunakan alat Campbell Stokes di Taman Alat Stasiun Klimatologi BMKG Pondok Betung, Tangerang Selatan, Banten, 10 Mei 2022. ANTARA/Muhammad Iqbal

Cuaca panas pada musim kemarau tahun ini mulai dirasakan di sejumlah daerah. BMKG mencatat suhu panas yang tinggi menerjang sejumlah daerah, seperti Banten, Jabodetabek, dan Kalimantan. Berdasarkan data hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum terukur selama periode 1-7 Mei 2022 sebesar 33-36,1 derajat Celsius. Suhu tertinggi hingga 36,1 derajat Celsius terjadi di wilayah Tangerang, Banten; dan Kalimarau, Kalimantan Utara.

Suhu panas pada musim kemarau juga dirasakan pada 2018 dan 2019. Data BMKG menyebutkan suhu maksimum di Indonesia pada April selama 4-5 tahun terakhir sekitar 38,8 derajat Celsius di Palembang pada 2019, sedangkan pada Mei sekitar 38,8 derajat Celsius di Temindung, Samarinda, pada 2018.

Cuaca panas juga dirasakan di sejumlah negara lain. Bahkan gelombang panas yang menerjang India menyebabkan korban jiwa. Sebanyak 25 orang dilaporkan tewas sejak Maret lalu akibat gelombang panas di India.

Seperti ditulis Reuters, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) melaporkan bumi ada kemungkinan akan makin panas akibat kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius pada 2026. Sekretaris Jenderal WMO, Petteri Taalas, menyatakan ancaman kenaikan suhu bumi melebihi 1,5 derajat Celsius dalam waktu singkat telah meningkat sejak 2015. Para ilmuwan memperkirakan peluang suhu bumi meningkat 1,5 derajat Celsius adalah 50 persen.

Menurut WMO, kenaikan suhu 1,5 derajat Celsius dalam satu tahun akan memberikan dampak yang mengerikan, antara lain banyaknya terumbu karang di lautan yang akan mati dan melelehnya es di Arktika. "Kerugian dan kerusakan yang diperburuk oleh krisis iklim sudah terjadi. Beberapa di antaranya tidak dapat diperbaiki untuk masa depan," kata Direktur Iklim WMO, Maxx Dilley.

Pemimpin agama Kristen, Islam, dan Yahudi bergabung dengan pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak institusi keuangan berhenti mendanai kegiatan yang memicu perubahan iklim. Para pemimpin dari Dewan Gereja Dunia, Dewan Tetua Muslim, dan Dewan Rabi New York menandatangani pernyataan yang mengatakan bank dan perusahaan asuransi memiliki kewajiban moral untuk tidak berkontribusi dalam perubahan iklim yang berdampak pada kehidupan bumi di masa depan.

Para pemimpin agama itu mengatakan akan meminta para penyedia jasa keuangan menghentikan investasi bahan bakar fosil dan menanam modal untuk energi terbarukan demi mencegah pemanasan global. "Sudah terlalu lama sektor jasa keuangan memicu kecanduan dunia pada bahan bakar fosil," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. 

MAYA AYU PUSPITASARI | REUTERS
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus