Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pembukaan Asian Para Games 2018 yang berlangsung pada Sabtu malam, 6 Oktober 2018 mengusung konsep We Are One. Konsep ini terlihat pada koreografi yang menonjolkan beragam budaya dan agama di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"We Are One adalah filosofi, cara hidup, manifesto, kehidupan yang inlkusif," begitu tertulis dalam keterangan resmi panitia penyelenggara Asian Para Games 2018 atau Indonesian Para Games Organizing Comitee (INAPGOC). Seluruh rangkaian acara dilakukan di logo berbentuk lingkaran yang merepresentasikan keharmonisan negara-negara di Asia. Maknanya, mengukuhkan Asia, yang terdiri dari berbagai bangsa namun tetap satu. Serta tetap berbagi mimpi yang sama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam koreografi pembukaan, setiap budaya dan agama disimbolkan melalui bangunan khas masing-masing. Misalnya Islam dengan masjid, dan Protestan atau Katolik dengan gereja. Sama halnya dengan budaya, suku Betawi ditunjukan dengan simbol monas, suku Jawa disimbolkan dengan rumah adat Jawa.
Pesta kembang api menyemarakkan Upacara Pembukaan Asian Para Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (6/10). ANTARA/Aprillio Akbar
Upacara pembukaan ini melibatkan 849 orang yang memerankan 2.604 karakter. Sebanyak 40 diantaranya akan diisi oleh penyandang disabilitas dibantu tim panggung sebanyak 207 orang. Pembukaan Asian Para Games 2018 ini ditunjang 4.816 properti, 1.304 kostum, dan 514 topi.
Presiden Komite Paralimpik Asia, Majid Rashed menyatakan Asian Para Games 2018 ini merupakan perhelatan dengan jumlah atlet terbanyak, negara peserta terbanyak, dan dengan media peliput terbanyak. "Semua itu membuat kita bangga," kata Majid Rashed saat pembukaan Asian Para Games 2018. Selama lebih dari 7 hari ke depan, Asian Para Games 2018 diikuti sekitar 3000 atlet dari 43 negara yang akan memperebutkan lebih dari 500 medali dari 18 cabang olahraga.