Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Golkar Menggeser Dominasi Gerindra di Jawa Barat.
Efek Muhaimin Dongkrak Suara PKB di Jawa Timur.
Dukungan ke Anies Ikut Dongkrak Suara PKS di Jakarta.
JAKARTA – Perolehan suara Atalia Praratya paling melejit di daerah pemilihan Jawa Barat 1 pada Pemilu 2024 ini. Perolehan suara calon legislator dari Partai Golkar itu unggul jauh ketimbang 122 caleg lainnya di daerah pemilihan yang meliputi Kota Bandung dan Kota Cimahi tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil rekapitulasi suara sementara pemilihan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat di situs web KPU hingga pukul 24.00 WIB, kemarin malam, menunjukkan suara Atalia mencapai 84.397. Rival terdekat istri mantan Gubernur Jawa Barat itu adalah Ledia Hanifa, caleg dari Partai Keadilan Sejahtera. Ledia meraih 48.518 suara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski proses rekapitulasi masih berlangsung, hampir pasti Atalia akan meraih satu dari tujuh alokasi kursi DPR di Jawa Barat 1. Bahkan partainya berpeluang meraih dua kursi DPR di dapil ini, yaitu lewat Nurul Arifin, caleg inkumben yang kini meraih 23.057 suara.
Jawa Barat merupakan provinsi di Indonesia dengan jumlah pemilih paling banyak. Pemilih di Jawa Barat mencapai 35,7 juta, tersebar di 11 daerah pemilihan. Alokasi kursi DPR di Jawa Barat sebanyak 91.
Raihan suara Atalia itu menjadi cerminan kenaikan signifikan perolehan suara Partai Golkar di Jawa Barat. Partai berlambang beringin ini diprediksi mampu menggeser perolehan suara Partai Gerindra, yang tercatat sebagai pemenang pemilu legislatif di Jawa Barat pada Pemilu 2019.
Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Ace Hasan Syadzily mengatakan suara partai beringin memang naik signifikan pada pemilu ini. Faktor utama perolehan suara partainya melejit adalah kerja keras kader dan calon legislator mereka. “Dalam pemilu ini, posisi kami sudah di papan teratas,” kata Ace, Jumat, 23 Februari 2024.
Pada Pemilu 2019, Golkar berada di peringkat keempat di Jawa Barat. Partai beringin hanya meraih 13,26 persen suara dari total pemilih di sini. Posisi teratas diraih Partai Gerindra dengan 17,67 persen suara. Disusul PDI Perjuangan dan PKS masing-masing dengan 14,3 persen dan 13,35 persen suara.
Ketua Tim Kampanye Daerah Prabowo-Gibran wilayah Jawa Barat Ridwan Kamil Baliho janji politik calon legislatif di simpang Jalan BKR dan Moch Toha di Bandung, Jawa Barat, 5 Desember 2023. Sejumlah jalan arteri harus steril dari pemasangan atribut kampanye politik. Pemasangan alat kampanye juga dilarang menempel dengan memanfaatkan fasilitas umum atau dipaku ke pohon. Ribuan alat kampanye menyebar di seluruh Bandung Raya tanpa memperhatikan aturan. TEMPO/Prima mulia
Menurut Ace, perolehan suara sementara partainya di Jawa Barat menjadi pertanda bahwa Golkar akan kembali menjadi penguasa Jawa Barat. Mereka berkali-kali memenangi pemilu legislatif di sini, apalagi pada masa Orde Baru.
Ace melanjutkan, faktor Ridwan Kamil, mantan Gubernur Jawa Barat, ikut mempengaruhi kenaikan perolehan suara Golkar. Emil—sapaan Ridwan Kamil—baru bergabung ke Golkar pada Maret tahun lalu.
Saat bergabung, Emil ditugaskan khusus untuk memenangkan Golkar di Jawa Barat. Emil juga mendapat posisi penting di DPP Golkar, yaitu sebagai wakil ketua umum bidang penggalangan pemilih.
Menurut Ace, pilihan Golkar yang mengusung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon presiden-wakil presiden, ikut mempengaruhi kenaikan perolehan suara partainya. Dalam kampanye Golkar, mereka menegaskan bahwa Prabowo lahir dari rahim Golkar. “Kami juga konsisten menyampaikan kesuksesan Presiden Joko Widodo yang tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahannya sangat tinggi,” ujarnya.
Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Barat Bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan Buky Wibawa mengatakan partainya masih optimistis dapat kembali menjadi pemenang pemilu legislatif di Jawa Barat. Ia mengatakan perolehan kursi DPR di Jawa Barat untuk Gerindra akan tetap yang tertinggi, meski perolehan suara partainya menurun.
"Kami masih yakin akan menjadi pemenang lagi (di Jawa Barat),” kata Buky, kemarin.
Menurut Buky, ada beberapa faktor sehingga perolehan suara Gerindra di Jawa Barat turun. Faktor pertama, perolehan suara partai pengusung Prabowo-Gibran lainnya naik signifikan, di antaranya Partai Golkar. Selain Gerindra dan Golkar, pengusung Prabowo-Gibran adalah Partai Amanat Nasional, Partai Demokrat, Partai Solidaritas Indonesia, dan Partai Bulan Bintang.
"Sebagai partai koalisi, Golkar juga bersungguh-sungguh memenangkan Prabowo-Gibran,” ujar Buky. “Variabel lain mungkin memang Golkar juga gencar dan merata mengkampanyekan partainya."
Di samping itu, Buky menduga perolehan suara partainya di Jawa Barat tergerus oleh partai pengusung Anies Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar, pasangan calon presiden dari Koalisi Perubahan. Dua dari tiga partai pengusung calon presiden nomor urut 01 itu, yaitu PKS dan PKB, mengalami tren kenaikan perolehan suara di Jawa Barat.
"Di Jawa Barat, Amin (Anies-Muhaimin) ada penerimaan, tapi di beberapa zona. Misalnya di Jawa Barat 1, ada kenaikan perolehan suara PKS dan PKB,” kata Buky.
Di samping Jawa Barat, pergeseran papan atas partai di daerah padat pemilih lainnya terjadi. Misalnya di Jawa Timur, sesuai dengan hasil rekapitulasi sementara KPU hingga Jumat kemarin, PKB mampu mendominasi perolehan suara di lima daerah pemilihan dari total 11 dapil di sana.
Secara umum, PKB meraih 2,6 juta suara atau setara dengan 19,15 persen. Partai ini unggul sementara sekitar 400 ribu suara ketimbang PDI Perjuangan, yang berada di posisi kedua. Pada pemilu terdahulu, PDI Perjuangan memenangi pemilu legislatif di Jawa Timur.
Jawa Timur merupakan provinsi kedua di Indonesia yang memiliki jumlah pemilih terbanyak. Total pemilih di sini mencapai 31,4 juta, dengan alokasi 87 kursi DPR.
Ketua DPP PKB Daniel Johan mengatakan efek ekor jas dari Muhaimin Iskandar mampu mengerek perolehan suara partainya. Ketua Umum PKB itu menjadi calon wakil presiden Anies Baswedan dalam pemilihan presiden ini.
Di samping itu, kata dia, Jawa Timur merupakan kantong suara partainya. Provinsi ini menjadi basis warga Nahdlatul Ulama, yang sekaligus menjadi pemilih loyal PKB.
Ia melanjutkan, kenaikan perolehan suara PKB di Jawa Timur ikut dipengaruhi kesolidan pengurus dan kader partainya. “Tapi memang peningkatan suara kami sangat dipengaruhi ekor jas pencalonan Gus Imin (Muhaimin),” kata Daniel.
Pelaksana tugas Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Budi Sulistyono Kanang, mengakui terjadi penurunan perolehan suara partainya di Jawa Timur. Ia juga menduga partai berlambang banteng moncong putih itu ada kemungkinan tidak akan menjadi pemenang di sana.
Budi menyebutkan sejumlah penyebab suara PDIP tergerus di Jawa Timur. Salah satu penyebabnya adalah adanya indikasi kecurangan pemilu dan intimidasi terhadap kader partainya. “Masalah yang paling utama adalah kantong-kantong suara kami mendapat tekanan dan money politic yang begitu masif,” katanya.
Baca juga:
Menurut Budi, perolehan suara PKB naik signifikan di Jawa Timur karena adanya pergeseran suara dari Partai Persatuan Pembangunan ke partai tersebut. Adapun perolehan suara PDI Perjuangan lebih banyak tergerus oleh Partai Gerindra dan Partai Golkar. “Kami berpotensi kehilangan tiga kursi DPR dari Jawa Timur,” ujarnya.
Di DKI Jakarta, perolehan suara PDI Perjuangan juga turun. Peraih suara terbanyak sementara pemilu legislatif di provinsi dengan 8,2 juta pemilih itu adalah PKS, disusul PDI Perjuangan dan Gerindra.
Calon presiden-calon wakil presiden Indonesia nomor urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, dalam kampanye akbar di Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta, 10 Februari 2024. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.
Juru bicara PKS, Ahmad Mabruri, mengatakan perolehan suara partainya memang meningkat signifikan di Jakarta. Salah satu penyebabnya adalah efek ekor jas dukungan PKS terhadap Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta.
“Figur Anies sangat berpengaruh di Jakarta dan PKS selama ini adalah partai yang mendukung kepemimpinan Anies di Jakarta, lalu berlanjut di pilpres 2024,” kata Ahmad.
Selain itu, kata dia, suara PKS terdongkrak oleh komitmen mengangkat isu yang sejalan dengan visi-misi Anies-Muhaimin. Misalnya, menentang pemindahan ibu kota negara ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
“Tapi yang terpenting dari kenaikan suara PKS di DKI Jakarta karena struktur partai yang kuat dan solid untuk memenangkan partai,” ujarnya.
Peneliti dari Indikator Politik Indonesia, Kennedy Muslim, mengatakan hasil survei mereka memang menunjukkan bahwa PKS paling menikmati efek ekor jas dari pasangan Anies-Muhaimin. “Karena PKS konsisten mendukung Anies,” katanya.
Hasil riset lembaganya juga menunjukkan perolehan suara PKB naik secara nasional. Faktor utamanya adalah pengaruh Muhaimin yang menjadi calon wakil presiden Anies.
Menurut Kennedy, selain efek ekor jas pasangan calon presiden, ada dua faktor utama yang mampu mendongkrak perolehan suara partai. Kedua faktor itu adalah popularitas dan sosialisasi personal calon legislator.
“Dalam data survei exit poll kami, mereka yang hanya mencoblos partai jauh lebih rendah ketimbang mereka yang mencoblos calon legislator,” katanya.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, melihat dominasi perolehan suara partai di daerah padat pemilih lebih banyak dipengaruhi efek figur ataupun elite partai yang ikut kontestasi pemilu. Misalnya, suara PKB terdongkrak akibat efek ekor jas Muhaimin sebagai cawapres.
“Perolehan suara PDIP turun karena terlihat digembosi oleh kekuatan Jokowi dan partai pengusung anaknya,” kata Ujang.
Menurut Ujang, selain efek ekor jas dan kekuatan calon legislator, kekuatan finansial partai ataupun caleg ikut mempengaruhi kemenangan partai bersangkutan. Ia mencontohkan, rata-rata partai menempatkan mantan kepala daerah dalam daftar calegnya. Harapannya, mantan kepala daerah itu dapat mengerek suara partai sekaligus menjadikan pemilu ini sebagai tahapan untuk berkontestasi kembali dalam pemilihan kepala daerah serentak 2024. “Modal pemilu itu, yang didorong adalah caleg yang punya elektabilitas, popularitas, atau isi tas,” katanya.
IMAM HAMDI | AMINUDIN (BANDUNG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo