Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Hasil sigi teranyar lembaga survei Indikator Politik mencatat elektabilitas kedua pasangan calon presiden-wakil presiden, Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, sama-sama naik. Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, menyebutkan kenaikan elektabilitas kedua pasangan calon itu disebabkan menurunnya jumlah pemilih mengambang. "Pemilih sudah memiliki preferensi tentang capres-cawapres yang mereka dukung," kata Burhanuddin saat memaparkan hasil survei di kantornya, di Cikini, Jakarta Pusat, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari hasil survei yang dilaksanakan pada 16-26 Desember 2018 itu, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf mencapai 54,9 persen. Angka ini meningkat 1,9 persen dari survei yang dilakukan pada Oktober 2018. Sedangkan elektabilitas Prabowo-Sandiaga Uno naik 4,8 persen dari 30 persen menjadi 34,8 persen. Jumlah pemilih yang belum menentukan sikap menurun dari 17 persen menjadi 9,2 persen. Sedangkan jumlah pemilih yang menyatakan tidak menyalurkan hak pilihnya pada survei kali ini adalah 1,1 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seluruh populasi survei merupakan warga negara Indonesia yang sudah memiliki hak pilih dalam pemilihan umum. Sebanyak 1.220 responden diwawancarai tatap muka. Pemilihan responden menggunakan metode multistage random sampling. Margin of error ukuran sampel tersebut +/- 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Aktifnya kedua kubu dalam berkampanye di Internet berimbas pada penentuan sikap pemilih. Mendekati perhelatan pemilu, berbagai informasi tentang calon presiden dan wakil presiden makin banyak beredar. Tak hanya informasi mengenai kinerja atau tawaran program, tapi juga informasi yang bersifat pribadi kerap digunakan untuk menjatuhkan lawan.
Burhanuddin memperkirakan jumlah kelompok yang tidak memilih atau golput pada pemilu tahun ini akan berada di kisaran 20 persen. Prediksi itu merujuk pada hasil pemilihan presiden 2014 yang mencapai 24,89 persen. Selain itu, Burhanuddin melanjutkan, pada sigi terbaru lembaganya telah menemukan adanya kecenderungan kenaikan kelompok yang tidak memilih dari 0,9 persen menjadi 1,1 persen. "Angka ini (hasil survei) berpotensi bias karena responden cenderung tak terus terang bakal golput," ujarnya. Kelompok yang belum menentukan pilihan juga memiliki kecenderungan besar untuk tidak memilih. "Jadi faktualnya golput pasti akan lebih tinggi dibanding yang ada di survei."
Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Hasto Kristiyanto, mengatakan timnya terus bekerja dengan merangkul sebanyak mungkin pemilih untuk menaikkan elektabilitas jagoannya. Salah satunya dengan menghindarkan masyarakat dari hoaks dan fitnah yang menyerang pasangan calon nomor 01. "Kita harus menimbulkan optimism bahwa pemilih Indonesia cerdas, tidak sekadar menelan hoaks," katanya.
Adapun Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Mardani Ali Sera, mengatakan kedua kubu harus mengedukasi publik agar tidak menentukan pilihan dari informasi yang salah. "Karena keseluruhan diksi yang substansial menjadi hilang ketika yang muncul hanya emosi," ujar dia. BUDIARTI PUTRI UTAMI | ARKHELAUS WISNU | MAYA AYU PUSPITASARI
Massa Mengambang
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo