Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Janji Rumah Minim Realisasi

Komitmen Pemerintah Kabupaten Sigi untuk membangun rumah bagi korban banjir bandang belum terealisasi. Meski sudah tiga tahun, warga tetap berharap. Liputan ini kerja sama Tempo, Tempo Institute, Kompas TV Palu, serta dukungan International Media Support.

21 Februari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Ratusan warga Desa Bangga, Kabupaten Sigi, Sulteng, yang menjadi korban banjir bandang 2018 masih tinggal di hunian sementara.

  • Mata pencaharian korban banjir bandang di Desa Bangga, Kabupaten Sigi, hilang akibat lahan pertanian mereka tertimbun lumpur setinggi 2 meter.

  • Pemkab Sigi akan merealisasi janji pembangunan rumah bagi sebagian korban banjir, tahun ini.

RATUSAN rumah sementara terbangun di area dataran tinggi di Dusun Dua, Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Hunian sementara itu merupakan tempat tinggal korban air bah di Dusun Dua. Kampung mereka hilang akibat banjir bandang berulang setiap tahun, yang berawal sejak 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagian besar rumah itu terbuat dari bahan kayu seadanya. Ada juga rumah yang dibangun semipermanen dari kayu dan batu. Petak rumah ini rata-rata berukuran 5 x 6 meter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Di sini kami masih menunggu pembangunan hunian tetap dari pemerintah. Artinya, kami masih menumpang di tanah warga lainnya,” kata Ihsan Tandirante, Kepala Dusun Dua, Desa Bangga, pada bulan lalu.

Sebanyak 170 keluarga Dusun Dua menghuni rumah sementara di lokasi tersebut. Pondok mereka yang berada di permukiman sudah tak bisa lagi ditempati karena tertimbun endapan lumpur dan pasir akibat berkali-kali dilanda banjir bandang. Kini hanya atap-atap rumah itu yang terlihat. Jarak antara permukiman penduduk dan lokasi hunian sementara sekitar 200 meter.

Mesjid Alkhairaat yang tertimbun lumpur di Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Aldrim Thalara

Warga Dusun Satu, Desa Bangga, juga menjadi korban banjir bandang berturut-turut tersebut. Saat ini, 81 keluarga Dusun Satu juga bermukim di hunian sementara karena rumah mereka tak bisa lagi didiami. Pondok mereka tertimbun tanah saat banjir bandang. Bencana air bah di Desa Bangga ini terjadi akibat longsor di barisan pegunungan Gawalise--tak jauh dari Bangga--setelah gempa Palu pada 2018.

Nasib serupa dialami korban banjir bandang di Desa Poi dan Rogo, Kecamatan Dolo Selatan. Sebagian warga kedua desa itu juga masih tinggal di pondok sementara hingga kini.

Warga Rogo, Rusdin, mengatakan ada 20 keluarga di desanya yang tak bisa lagi menempati rumah mereka akibat tertimbun lumpur. Permukiman mereka memang berada tak jauh dari Sungai Palu, yaitu hanya berjarak sekitar 300 meter. Saat bah datang pada 2020 dan 2021, permukiman mereka terendam air sekitar dua meter. Banjir ini disertai tanah dan pasir yang berasal dari bekas longsoran di deretan pegunungan sebelah barat Desa Rogo.

Kini Rusdin dan keluarga tinggal di pondok sementara milik korban banjir lainnya. “Orang itu sudah dapat bantuan perbaikan rumah, jadi saya pinjam hunian sementara mereka,” kata Rusdin.

Rusdin di belakang rumahnya yang tertimbun lumpur di Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Aldrim Thalara

Setelah bah pada 2018 dan 2019, pemerintah kabupaten menjanjikan akan membangun rumah hunian bagi korban banjir pada April 2019. Tapi agenda itu belum terealisasi hingga kini.

Bupati Sigi, Irwan Lapata, mengakui bahwa pemerintah Sigi memang berencana membangun hunian satelit bagi korban banjir. Namun, belum dapat terealisasi. “Pembangunan ini, kami butuh biaya,” kata Irwan.

Ia mengatakan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Sigi akan segera membangun 50 unit hunian satelit bagi korban bencana di Desa Bangga. Jumlah hunian itu jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah korban banjir yang melebihi 200 keluarga.

Baik Rusdin maupun Kristina, warga Dusun Dua, Desa Bangga, tetap menanti janji pemerintah daerah untuk membangun rumah bagi korban banjir di tempat yang aman dari bencana. Mereka tak peduli jika janji itu baru terealisasi dua tahun mendatang. “Kami masih menunggu,” kata Kristina.

Saat ini Kristina memilih tinggal di rumahnya yang tertimbun tanah. Dari dua lantai rumahnya, lantai satu sudah tertimbun lumpur bercampur pasir. Kristina bersama suami dan tiga anaknya tinggal di lantai dua yang sudah diperbaiki seadanya.

Berbeda dengan Kristina dan Rusdin, banyak korban banjir di Bangga dan Poi maupun kampung lainnya memilih hijrah ke Kota Palu. Khusus di Dusun Dua, Desa Bangga, sekitar 100 keluarga korban banjir di kampung ini sudah hijrah ke Palu atau daerah lainnya.

Mereka hijrah ke luar kampung karena berusaha mencari pekerjaan baru setelah lahan pertanian dan perkebunan mereka rusak akibat banjir dan tertimbun lumpur. Adapun korban banjir yang memilih bertahan tetap bekerja sebagai petani. Mereka memanfaatkan endapan tanah bercampur pasir sisa banjir untuk bercocok tanam.

Berbagai pihak, termasuk lembaga swadaya masyarakat, membantu korban banjir bandang agar bisa kembali berkebun dan bertani. Salah satunya, warga difasilitasi membuat kelompok tani. Mereka diharapkan mendapat bantuan dari berbagai program pemerintah lewat kelompok tani tersebut nantinya. “Kami dapat bantuan dan sementara dibuatkan kelompok pertanian,“ kata Ihsan Tandirante.

RUSMAN PARAQBUEQ | ALDRIM THALARA (KABUPATEN SIGI)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus