Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
INFOJABAR-Pemerintah Provinsi Jawa Barat menginisiasi Jabar Peduli Anak Yatim, sebuah gerakan kolaborasi pemerintah daerah dengan berbagai stakeholder untuk menangani anak-anak yang kehilangan orang tua mereka akibat meninggal karena Covid-19. Pemprov Jabar akan memulai kick off program tersebut pada Selasa 28 September 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Provinsi Jabar Atalia Praratya Ridwan Kamil menyatakan, ada 6.614 anak di Jabar yang kehilangan orang tua karena Covid-19. Dari jumlah tersebut, 2.500 anak di antaranya akan mendapatkan bantuan melalui program Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Yatim, Piatu, dan Yatim Piatu Dampak Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Namun baru sekitar 2.500 yang baru bisa kita bantu secara langsung dari kumpulan orang baik yang ada di wilayah Dinsos, Forum Zakat dan DP3AKB," kata Atalia dalam JAPRI (Jabar Punya Informasi) bertema "Inspirasi Anak Yatim" di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin 27 September 2021.
Atalia menjelaskan, salah satu kegiatan dalam program tersebut yaitu mengumpulkan wali asuh bagi anak yatim, piatu, dan yatim piatu, terdampak Covid-19. Dia mengajak masyarakat berkolaborasi dengan pemerintah membantu pemenuhan kebutuhan anak-anak tersebut.
"Masih banyak anak yatim yang masih perlu dibantu karenanya melalui program wali asuh yang akan kick off besok, masyarakat Jabar bisa terlibat agar nanti anak tidak ada yang tidak mendapatkan hak tumbuh kembangnya secara maksimal," ujarnya.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat Dodo Suhendar mengatakan, program bantuan bagi anak yatim piatu yang orang tuanya meninggal karena Covid-19 merupakan inisiatif bersama Pemprov Jabar dan berbagai stakholders.
Bertindak sebagai motor program ini Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) termasuk para organisasi filantropis maupun individu yang berniat membantu dalam bentuk material uang tunai atau barang, maupun pendidikan dan fasilitasi yang lain.
Dodo menjelaskan ada beberapa strategi pendampingan bagi anak yatim korban Covid-19. Jangka pendek santuan uang tunai dan barang-barang bermanfaat. "Untuk santunan kepada anak yatim piatu, pemerintah berkolaborasi dengan rekan- rekan CSR perusahaan, dari ada forum zakat, dari asosiasi sayang anak," katanya.
Untuk jangka menengah, pendampingan psikososial dan pemenuhan kebutuhan pendidikan dan kesehatan sebagai hak dasar anak yang telah dijamin konstitusi. "Di situ juga ada anak- anak yang masih balita, anak sekolah, ada yang di atas 19 tahun. Mereka juga harus diberdayakan. Termasuk ibunya yang ditinggal suami supaya punya kemandirian,"ujarnya.
Sementara program jangka panjang, pencarian beasiswa agar para yatim dan piatu bisa bersekolah. “Yang berprestasi nanti lanjut ke perguruan tinggi dan dapat beasiswa ada program JFLS di Disdik. Bagi yang memiliki keterampilan, Dinsos memiliki Pansos Remaja. Nanti jadi barbershop, barista, sehingga keluar dari situ punya kemandiri," kata Dodo.(*)