Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Angka Kematian Pasien Isolasi Mandiri di Jawa Barat Tinggi

Jumlah kematian pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri di Jawa Barat tinggi. Akibat terlambat ditemukan.

13 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah pasien Covid-19 meninggal tertinggi saat menjalani isolasi mandiri.

  • Berdasarkan pantauan LaporCovid-19 sampai 12 Juli 2021, jumlah kematian pasien isolasi mandiri di rumah di Indonesia mencapai 451 orang dengan 160 orang di antaranya berasal dari Jawa Barat.

  • Tingginya angka kematian pasien isolasi mandiri ini merupakan efek dari telatnya penanganan.

JAKARTA – Ramdhan Abdul Karim, 36 tahun, warga Kota Bogor, merasakan demam pada sekitar 1 Juli lalu. Kemampuan indra penciuman dan pendengarannya berkurang. Pihak keluarga sudah memintanya memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit, tapi Ramdhan menolak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berselang empat hari kemudian, Ramdhan minta diantar oleh adik kandungnya, Hamim Abdul Karim, 32 tahun, ke rumah sakit. Keluarga membawanya ke Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi. Di sana, Ramdhan dipastikan positif Covid-19 dan harus menjalani isolasi. Keluarga meminta Ramdhan dirawat di rumah sakit itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun pihak rumah sakit mengatakan ruang isolasi mereka sedang penuh. Jika pun mau, Ramdhan akan dirawat di tenda darurat di luar ruang isolasi rumah sakit. “Kakak saya berbohong. Dia bilang sudah agak mendingan dan minta dibawa pulang serta isolasi di rumah,” kata Hamim kepada Tempo, kemarin.

Hamim menjelaskan, istri kakaknya sempat menolak Ramdhan dibawa pulang lantaran memiliki bayi berusia 11 bulan. Ramdhan akhirnya dibawa ke rumah pamannya yang memiliki kamar kosong dan lokasinya terpisah dari bangunan utama. Keluarga juga melaporkan hal ini ke puskesmas setempat agar mendapat perhatian.

Rabu pekan lalu, kondisi Ramdhan memburuk. Ia mengalami sesak napas. Perburukan kondisi terus dialami Ramdhan sampai akhirnya meninggal pada Jumat lalu saat sedang menjalani isolasi mandiri di rumah pamannya. “Kami keluarga ikhlas. Tapi, tolong, pemerintah, pasien lainnya dirawat dan disiapkan tempatnya. Semoga kakak saya saja yang tak punya kesempatan dirawat di rumah sakit,” ujar Hamim.

Ramdhan adalah salah satu contoh pasien isolasi mandiri di Jawa Barat yang tutup usia. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah pasien Covid-19 meninggal saat menjalani isolasi mandiri tertinggi berdasarkan data LaporCovid-19. Berdasarkan pantauan LaporCovid-19 sampai 12 Juli 2021, jumlah kematian pasien isolasi mandiri di rumah di Indonesia mencapai 451 orang dengan 160 orang di antaranya berasal dari Jawa Barat, yang memiliki jumlah penduduk sekitar 48 juta berdasarkan data Sensus Penduduk 2020.

Petugas kesehatan memeriksa pasien positif Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumahnya di Bandung, Jawa Barat, 28 Juni 2021. TEMPO/Prima Mulia

Jawa Timur dengan total penduduk 40 juta memiliki angka pasien isolasi mandiri meninggal di rumah sebanyak 50 pasien. Jawa Tengah dengan 36 juta penduduk memiliki angka 33 pasien Covid-19 yang meninggal di rumah saat menjalani isolasi mandiri. Provinsi Banten dengan 11 juta penduduk memiliki 63 pasien, DKI Jakarta dengan 10 juta penduduk memiliki 45 pasien, dan Yogyakarta dengan penduduk 3,6 juta memiliki 84 pasien yang meninggal saat isoman.

Inisiator LaporCovid-19, Ahmad Arif, mengatakan, dari seluruh wilayah Jawa Barat, kasus pasien Covid-19 meninggal ketika isolasi mandiri terbesar ada di Kota Bekasi dengan 81 pasien. “Ini juga bisa menjadi peringatan situasi di Jabar relatif mengkhawatirkan dalam konteks bed occupancy ratio,” kata dia dalam webinar, kemarin.

Menurut Ahmad Arif, jumlah yang terdata ini hanya fenomena puncak gunung es lantaran diduga masih banyak pasien isoman yang meninggal di rumah, tapi tidak terlaporkan atau tidak terberitakan. “Tren belakangan ini pasien meninggal saat isoman juga terjadi di luar Jawa, seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat,” ujar dia.

Sementara itu, berdasarkan data Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), dalam sepekan terakhir, sebanyak 446 pasien isolasi mandiri meninggal di Jawa Barat. Hal ini didasarkan pada pemantauan CISDI terhadap 97 puskesmas di Jawa Barat. Angka positivity rate mingguan di wilayah Jawa Barat dalam sepekan terakhir adalah 32,16 persen.

Pendiri CISDI sekaligus Senior Advisor Gender and Youth for the Director General WHO, Diah Saminarsih, mengatakan penyebab kematian pasien isolasi mandiri adalah pasien terlambat ditemukan, warga lanjut usia dengan komorbiditas hipertensi dan diabetes (kematian paling banyak), serta penurunan saturasi oksigen. Penyebab berikutnya adalah tidak mendapatkan pertolongan karena kondisi rumah sakit yang penuh; pasien terlambat datang ke fasilitas kesehatan dan kondisi sudah memburuk; serta puskesmas tak memiliki kemampuan dalam memberikan pertolongan, seperti keterbatasan tenaga dan tabung oksigen.

Diah mengimbuhkan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat perlu meningkatkan jumlah dan kecepatan tes karena akan membantu menemukan orang sakit di awal jika tes dilakukan secepatnya dan sebanyak-banyaknya. Langkah ini, kata Diah, diharapkan akan menurunkan angka kematian pasien yang menjalani isolasi mandiri karena kondisinya bisa diketahui lebih awal. “Yang harus dilakukan testing dengan rapid antigen yang cepat dan meningkatkan rasio lacak serta melibatkan relawan,” kata Diah dalam webinar yang sama, kemarin.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengakui memang ada fenomena saat ini bahwa mayoritas pasien yang meninggal terjadi ketika sedang menjalani isolasi mandiri. Ia menyebutkan kasus aktif di Jawa Barat per 12 Juli 2021 adalah 89 ribu. Dari angka itu, sebanyak 70 ribu orang melakukan isolasi mandiri. “Mulai pekan ini, kami siapkan akses oksigen subsidi untuk isolasi mandiri supaya yang meninggal saat isoman bisa ditekan,” kata dia, kemarin.

DIKO OKTARA | M.A. MURTADHO

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus