Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Para pengungsi korban kerusuhan yang keluar dari Wamena, Jayawijaya, Papua, mulai kembali ke Wamena. Secara bertahap, mereka yang sempat eksodus mulai bersedia pulang ke Wamena. Pemerintah memfasilitasi pemulangan para pengungsi tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemarin, misalnya, sebanyak 88 pengungsi di Kota Jayapura diterbangkan kembali ke Wamena menggunakan pesawat Hercules Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara. "Sebagian besar pengungsi itu adalah anak-anak dan perempuan yang selama ini ditampung di berbagai penampungan yang ada di Kota Jayapura,” ujar Komandan Landasan Udara Silas Papare, Sentani, Papua, Marsekal Pertama Tri Bowo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rabu lalu, 87 pengungsi juga sudah diterbangkan ke Wamena dari Lanud Silas Papare. TNI memfasilitasi pemulangan pengungsi ke Wamena bagi yang mendaftarkan diri.
Kepala Balai Pembangunan Jalan Nasional XVIII Jayapura, Osman Marbun, juga mengatakan 44 warga Wamena asal Sumatera Utara yang sempat mengungsi sudah kembali ke Wamena. Masih ada 105 orang yang menunggu giliran.
Kemarin, para pengungsi dengan wajah ceria turun dari pesawat Hercules sembari mengangkat barang mereka. Mereka didominasi oleh warga asal Sumatera Utara. Sementara itu, Rabu lalu, sebagian besar warga yang kembali ke Wamena berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan.
Pada 23 September lalu, sekelompok orang tiba-tiba menyerang warga serta membakar rumah warga hingga gedung pemerintah. Peristiwa itu menyebabkan 33 orang meninggal dan puluhan lainnya terluka. Ribuan orang lainnya mengungsi ke Jayawijaya, Sentani, hingga memilih meninggalkan Papua.
Saat kerusuhan terjadi, beredar kabar tentang guru sekolah menengah di Wamena yang melontarkan ujaran rasial kepada siswanya. Belakangan diketahui bahwa kabar tersebut bohong. Pemerintah juga menyatakan bahwa para pelaku kerusuhan bukanlah warga biasa, melainkan anggota kelompok bersenjata yang turun dari gunung dan menyamar sebagai warga setempat, sehingga seolah-olah kerusuhan itu adalah konflik antar-kelompok etnis.
Dalam peristiwa itu, para warga Wamena memang saling melindungi, sehingga jumlah korban jiwa bisa ditekan. Selepas kerusuhan, warga dari berbagi kampung di Jayapura juga mengirimkan bantuan berupa sayuran untuk para pengungsi di lokasi penampungan.
Kondisi keamanan di Wamena saat ini berangsur membaik. Warga mulai beraktivitas seperti biasa. Seperti yang tampak di pasar tradisional Tolikelek, Kota Wamena, kemarin. Sejumlah pembeli dan pedagang telah mengisi pasar. Aktivitas sekolah dan pelayanan pemerintahan juga dilaporkan mulai normal kembali.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basoeki Hadimoelyono, mengatakan Presiden Joko Widodo memerintahkannya untuk segera merehabilitasi bangunan-bangunan yang rusak akibat kerusuhan. Dibantu satuan Zeni TNI, saat ini fokus pembenahan adalah pembersihan lahan.
"Saya kasih waktu untuk pembersihan (lahan) dua minggu," kata Basoeki di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa lalu. Dia menjelaskan, ada sepuluh kantor pemerintah pusat yang rusak berat serta 34 bangunan rusak ringan yang terdiri atas 8 kantor dan 26 sarana pendidikan. Selain itu, 450 ruko dan 165 rumah dilaporkan terbakar.
Rata-rata bangunan di Wamena, kata Basoeki, hanya mengalami kerusakan di bagian atap. Karena itu, dia berharap proses rehabilitasi bisa selesai cepat. Dia juga memerintahkan agar rehabilitasi bangunan rusak menggunakan material lokal dan bekerja sama dengan pengusaha lokal. "Dan pelaksanaan dibantu oleh TNI," ujarnya.
Kepala Bagian Penerangan Umum Polri, Komisaris Besar Asep Adi Saputra, mengatakan kepolisian menjamin keamanan warga Wamena. Saat ini pasukan gabungan TNI dan kepolisian telah bersiaga di sana. Kembalinya para pengungsi ke Wamena juga akan mempercepat pemulihan kondisi di sana. Para tokoh adat ataupun tokoh masyarakat setempat juga terus menganjurkan kepada pengungsi agar kembali ke Wamena.
"Diimbau agar yang sudah kembali ke kampung halamannya untuk kembali ke Wamena. Masyarakat Wamena sudah merindukan mereka. Itu karena jalinan emosional antar-warga Wamena selama ini sudah kuat,” ujar Asep. AHMAD FAIZ | ANDITA RAHMA | ANTARA | REZKI ALVIONITASARI
Pengungsi Mulai Kembali ke Wamena
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo