Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SECARA diam-diam sejak pertengahan tahun kemaren pesawat Twin
Otter bermesin dua milik Merpati telah mengisi kesibukan udara
Aceh. Dimulai dengan penerbangan perdana membawa Marsekal Ramli,
Dirut MNA dan Dirjen Perhubungan Udara Kardono, pesawat
berbaling-baling dua itu banyak membantu menembus kekosongan
angkutan penumpang di daerah ini. Paling tidak untuk Aceh bagian
barat penerbangan perintis ini jelas punya andil.
Mulanya ada nada sumbang untuk mengisi penerbangan ke wilayah
ini. Dalam hal mobilitas penumpang, misalnya, apakah bisa
menutupi biaya eksploitasi untuk menghilir-mudiki kawasan Aceh
yang bukan terbilang lin gemuk. Sebab hal ini pernah menampar
pihak Garuda di awal penerbangan tahun-tahun lalu. Tapi bagi
Merpati persoalan ini tak begitu menggusarkan. Pokoknya
penerbangan perintis bukan untuk menumpuk penumpang tapi untuk
menjelajahi tempat-tempat terpencil di seantero nusantara,
begitu helah Kardono.
Dan ternyata rute penerbangan di beberapa kawasan Aceh ini cukup
menggembirakan Merpati. Untuk beberapa jurusan arus penumpang
tak sekurus dugaan semula. Trayek Medan-Meulaboh, Lhok
Seumawe-Banda Aceh pulang-pergi setiap hari Sabtu Merpati punya
dua kemungkinan. Yaitu rute Medan-Meulaboh di Aceh Barat dan
sebaliknya adalah lin gemuk, sedang Meulaboh-Banda Aceh-Sabang
serta Medan-Lhok Seumawe serta Lhok Seumawe-Banda Aceh terbilang
kurus.
Menurut agen Merpati di Pasar Bina Usaha Meulaboh, jumlah
penumpang ke Banda Aceh tak lebih dari 10 kursi dan umumnya
diisi oleh para pejabat daerah. Setidaknya penumpang untuk
jurusan ini agaknya karena perbandingan ongkos yang cukup
menyolok dengan tarif kendaraan bus yang sudah dapat ditempuh di
atas jalan yang cukup mulus. Yaitu Rp 15.000 dengan pesawat
sedang bus hanya Rp 1.000. Untuk jurusan Medan tak ada masalah,
hampir tak ada kursi lowong. Sebab selain jaraknya pendek, juga
jika dihitung-hitung kantong pun tak begitu robek.
Namun demikian, lapangan terbang di Seunagan dengan nama Cut
Nyak Dien ini, sesungguhnya belum resmi. Tapi Bupati Aceh Barat,
Syamsunan agaknya tak mempedulikan benar hal ini. "Resmi tak
resmi kita telah manfaatkan", katanya. Tapi di balik itu Dirjen
Kardono pernah berjanji untuk datang sendiri membaptis lapangan
Cut Nyak Dien. Namun hingga tutup tahun lalu sang Dirjen tak
muncul. Padahal jika Kardono datang, Bupati Syamsunan ada
permintaan lain kepada Kardono. Yaitu agar sebuah rute
penerbangan diadakan lagi bagi daerahnya. "Simeulu pernah
dijalani", ucapnya, "karena daerah ini potensiil namun
terisolir". Untuk niat itu Syamsunan dari jauh hari sudah
menyediakan lokasi seluas 40 x 100 meter di Simeulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo