Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Pernyataan Kepala BPIP Yudian Wahyudi Picu Polemik Netizen

Pernyataan Kepala BPIP Yudian Wahyudi dianggap membenturkan antara agama dan Pancasila.

12 Februari 2020 | 18.51 WIB

Yudian Wahyudi melambaikan tangan dilantik sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 5 Februari 2020. TEMPO/Subekti
Perbesar
Yudian Wahyudi melambaikan tangan dilantik sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 5 Februari 2020. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Nama Kepala Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menjadi trending di jagat Twitter. Yudian menjadi bulan-bulanan akibat ucapannya yang dianggap membenturkan antara agama dan Pancasila.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Musuh terbesar Pancasila adalah Yudian Wahyudi," tulis pemilik akun Twitter @bmb**t, Rabu, 12 februari 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejumlah politikus menyayangkan pernyataan Yudian soal agama dan Pancasila. "Pernyataan radikal Ketua BPIP itu ahistoric&irrasional. Presiden Sukarno&Suharto tak jadikan agama sebagai musuh Pancasila," tulis politikus PKS Hidayat Nur Wahid dalam akun Twitternya @hnurwahid.

Ucapan Yudian memancing polemik setelah dia berbicara soal hubungan agama dan Pancasila di salah satu media. Di situ ditulis Yudian menyebut agama jadi musuh terbesar Pancasila.

Dalam keterangan tertulisnya, Yudian mengatakan bahwa Pancasila dan agama tidak saling bertentangan. "Pancasila dan Agama tidak bertentangan. Bahkan saling mendukung," kata Yudian dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu, 12 Februari 2020.

Yudian mengatakan Pancasila sebagai konsensus tertinggi bangsa Indonesia harus dijaga sebaik mungkin. Pancasila itu, kata dia, agamis karena kelima sila dapat ditemukan dengan mudah dalam kitab suci enam agama yang diakui secara konstitusional oleh NKRI.

Namun, pada kenyataannya, Pancasila sering dihadap-hadapkan dengan agama oleh orang-orang tertentu yang memiliki pemahaman sempit dan ekstrem. Yudian menilai, orang-orang seperti mereka itu lah sebetulnya yang minoritas.

"Dalam konteks ini lah, agama dapat menjadi musuh terbesar karena mayoritas, bahkan setiap orang, beragama, padahal Pancasila dan agama tidak bertentangan, bahkan saling mendukung," ujarnya.

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus