Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kekuatan Tiga Capres di Jawa Timur

Keberadaan Khofifah di kubu Prabowo akan mengubah persaingan di Jawa Timur. Tiga capres mempunyai basis pendukung di sana.

13 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Faktor Khofifah dan Jokowi makin menguatkan elektabilitas Prabowo-Gibran di Jawa Timur.

  • Kubu Anies-Muhaimin menduga ada penggembosan dukungan pesantren kepada kubu 01.

  • Kubu Ganjar tetap yakin menang di Jawa Timur.

JAKARTA – Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka optimistis dapat meraih suara maksimal di Jawa Timur setelah Khofifah Indar Parawansa mendukung pasangan nomor urut dua tersebut. Mereka yakin Prabowo-Gibran akan mampu meraih suara signifikan dari nahdliyin—sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama—karena Khofifah adalah Ketua Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Setelah Khofifah bergabung dengan kami, pasti akan menambah elektabilitas Prabowo-Gibran, khususnya di Jawa Timur,” kata juru bicara TKN Prabowo-Gibran, Viva Yoga Mauladi, Jumat, 12 Januari lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan Khofifah mempunyai basis massa yang kuat di Jawa Timur. Terbukti, Khofifah yang berpasangan dengan Emil Elistianto Dardak mampu memenangi pemilihan Gubernur Jawa Timur pada 2018.

Ketua TKN Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani, menargetkan jagoannya akan meraih sekitar 65 persen suara dari 31,4 juta pemilih di Jawa Timur setelah Khofifah resmi bergabung dengan tim pemenangan mereka, Desember lalu. Khofifah menjadi juru kampanye nasional Prabowo-Gibran. “Kami sangat bersyukur karena Ibu Khofifah bergabung bersama kami di TKN,” kata Rosan.

Jawa Timur akan menjadi medan laga perebutan suara ketiga pasangan calon presiden 2024. Jumlah pemilih di Jawa Timur merupakan yang terbanyak kedua setelah Jawa Barat. Total pemilih di Jawa Barat mencapai 35,7 juta.

Wakil Komandan Alpha (Teritorial) Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Fritz Edward Siregar (kanan); Sekretaris TKN Prabowo-Gibran, Nusron Wahid; dan Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Juri Ardiantoro, saat memberikan keterangan pers perihal Khofifah Indar Parawansa di Media Center TKN Prabowo-Gibran, Jakarta, 11 Januari 2023. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Komandan Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar wilayah Jawa Timur, Abdussalam Sohib, tetap optimistis dapat meraih suara signifikan di Jawa Timur meski berseberangan dengan Khofifah. Abdussalam mengatakan kubunya sudah lama memprediksi bahwa Khofifah bakal mendukung Prabowo.

Meski begitu, ia memastikan peta perebutan suara di Jawa Timur, khususnya di kalangan nahdliyin, akan semakin sengit di antara ketiga calon presiden setelah Khofifah bergabung ke tim pemenangan Prabowo. Sebab, Anies-Muhaimin juga mempunyai basis kuat di kalangan nahdliyin. Apalagi Muhaimin merupakan cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama, KH Bisri Syansuri.

“Masuknya Khofifah memang ada pengaruhnya, tapi kami akan terus berusaha bekerja di bawah untuk mengkonsolidasikan dan mengkapitalisasi warga NU,” kata Gus Salam—sapaan Abdussalam.

Ia menambahkan, selama ini memang banyak nahdliyin di Jawa Timur yang belum mengenal Anies. Sebab, mantan Gubernur DKI Jakarta itu awalnya relatif sulit menjangkau basis nahdliyin sebelum memilih Muhaimin sebagai calon wakil presiden. Apalagi awalnya Anies sudah lama dekat dengan Partai Keadilan Sejahtera, yang mempunyai basis massa berbeda dengan Partai Kebangkitan Bangsa—partai yang pendukungnya banyak dari kalangan nahdliyin. PKS, PKB, dan Partai NasDem bergabung dalam Koalisi Perubahan mengusung Anies-Muhaimin.

Ketika tim Anies-Muhaimin bersosialisasi di masyarakat, di antara mereka masih ada yang mempertanyakan perbedaan ideologi antara PKB dan PKS. “Tapi itu bukan penolakan, hanya pertanyaan,” katanya. 

Ia pun menegaskan, PKS dan PKB sesungguhnya sudah berkali-kali berkoalisi dalam pemilihan presiden. Kedua partai ikut mendukung Abdurrahman Wahid menjadi presiden ke-4 dalam pemilihan di Majelis Permusyawaratan Rakyat pada 1999. Lalu kedua partai berkoalisi mengusung Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pemilu 2009. 

Menurut Gus Salam, selama tiga bulan bersosialisasi di Jawa Timur, elektabilitas Anies-Muhaimin terus naik. Awalnya elektabilitas pasangan nomor urut satu ini hanya 7 persen di Jawa Timur, tapi kini naik hingga 22 persen. “Kami yakin elektabilitas Anies-Muhaimin akan semakin meningkat seiring dengan pembentukan simpul relawan laskar santri yang sudah sampai tingkat tempat pemungutan suara,” katanya.

Gus Salam juga khawatir akan adanya upaya untuk menggembosi elektabilitas Anies-Muhaimin di Jawa Timur. Indikasinya, kata dia, adanya dugaan tekanan dari aparat penegak hukum kepada pesantren hingga tokoh agama di Jawa Timur yang mendukung Anies-Muhaimin. “Bahkan sudah ada yang ditelepon oleh orang yang mengaku dari polda,” ujarnya.

Di samping itu, penggembosan dukungan terhadap Anies-Muhaimin terlihat dari pemecatan Marzuki Mustamar sebagai Ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Timur. Marzuki merupakan pendukung pasangan nomor urut satu. 

“Di lingkup internal pengurus NU sudah paham semua ini politis,” ujar Gus Salam. “Kalau punya alasan Marzuki memang mau diberhentikan karena sudah ada surat peringatan yang sudah lama, mengapa tidak dari dulu diberhentikannya? Mengapa baru hari ini?”

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Amin Said Husni mengatakan pemberhentian Marzuki itu merupakan masalah internal organisasi. “Jangan dibesar-besarkan. Ini sifatnya internal organisasi. Siapa pun, apalagi yang tidak memahami masalahnya, tidak perlu ikut berkomentar,” katanya pada 28 Desember lalu.

Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud Md. juga optimistis bisa meraih suara maksimal di Jawa Timur. Juru bicara TPN Ganjar-Mahfud, Cyril Raoul Hakim, mengakui keberadaan Khofifah dan Emil Dardak dalam tim kampanye Prabowo-Gibran memang akan mempengaruhi peta perebutan suara di Jawa Timur. Sebab, keduanya merupakan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur. 

“Untuk ketokohan, PDIP mempunyai sepuluh kepala daerah di kabupaten-kota di Jawa Timur,” katanya. “Mereka siap bergerak untuk membantu pemenangan. Dari berbagai survei elektabilitas, PDIP yang paling tinggi di Jawa Timur.”

Pasangan nomor urut tiga itu juga optimistis akan meraih suara maksimal di Madura karena Mahfud berasal dari sana. Selain itu, Mahfud berasal dari kalangan NU.

Adapun Ganjar Pranowo tidak khawatir atas bergabungnya Khofifah ke kubu Prabowo. “Kami tetap confident,” katanya. “Tim Pemenangan Nasional dan Tim Pemenangan Daerah Ganjar-Mahfud di Jawa Timur terus bergerak dan solid bekerja memenangi pilpres 2024.”

Peneliti senior dari Lingkar Survei Indonesia (LSI), Rizka Halida, mengatakan masuknya Khofifah ke TKN Prabowo-Gibran sangat strategis untuk meningkatkan dukungan warga Jawa Timur kepada pasangan calon nomor urut dua itu. Sebab, Jawa Timur merupakan salah satu wilayah kunci untuk menentukan kemenangan dalam pemilihan presiden. 

Ia mengatakan keberadaan Khofifah di kubu Prabowo tentu tidak menguntungkan bagi Anies-Muhaimin. Di samping faktor Khofifah, kata Rizka, tokoh NU di Jawa Timur terbagi kepada tiga pasangan calon presiden. 

Ia memprediksi kekuatan pertarungan di Jawa Timur akan terbagi di empat wilayah, yakni Tapal Kuda, Mataraman, Arek, dan Madura. Wilayah Tapal Kuda meliputi Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi. Lalu Mataraman meliputi Madiun, Magetan, Ngawi, Pacitan, Kediri, Nganjuk, Blitar, Trenggalek, Tuban, Tulungagung, dan Ponorogo. Selanjutnya, wilayah Arek meliputi Surabaya dan Malang. 

Menurut Rizka, Prabowo-Gibran mungkin akan menguasai wilayah Tapal Kuda. Lalu wilayah Mataraman dan Arek menjadi basis massa Ganjar-Mahfud. Sedangkan wilayah Madura akan cenderung dikuasai Anies-Muhaimin. “Basis PKB di Madura lebih solid,” kata Rizka.

LSI, kata dia, telah memetakan peta elektoral di Jawa Timur. Hasil survei LSI pada 16-28 Desember lalu menunjukkan Prabowo-Gibran unggul di Jawa Timur dengan perolehan 46,7 persen, lalu Ganjar-Mahfud 26,6 persen, dan Anies-Muhaimin 16,2 persen. 

Ia mengatakan faktor dukungan Presiden Joko Widodo ikut mendongkrak elektabilitas Prabowo-Gibran di Jawa Timur. “Pendukung Jokowi pada 2019 cenderung ke Prabowo-Gibran.”

Peneliti Indikator Politik Indonesia, Kennedy Muslim, mengatakan dukungan Khofifah secara terbuka bisa semakin mengerek elektabilitas Prabowo-Gibran di Jawa Timur. Elektabilitas Prabowo-Gibran selama ini, kata dia, telah unggul di Jawa Timur karena efek dukungan Jokowi. 

“Popularitas dan tingkat approval Jokowi di Jawa Timur, terutama di kalangan NU, masih sangat tinggi,” kata Kennedy.

Hasil survei lembaganya pada 23-34 Desember lalu menunjukkan tingkat keterpilihan Prabowo-Gibran mencapai 47,1 persen, Ganjar-Mahfud 29,5 persen, dan Anies-Muhaimin 16 persen. 

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion Dedi Kurnia Syah mengatakan elektabilitas Prabowo akan semakin kuat setelah mendapat dukungan Khofifah. “Prabowo sudah dikenal dan memang punya basis dukungan sendiri di Jawa Timur,” kata Dedi.

Menurut dia, persaingan ketat ketiga pasangan capres tetap akan terjadi di Jawa Timur. Sebab, Anies-Muhaimin juga mempunyai dukungan kuat dari kelompok santri dan pesantren di sana. Sedangkan Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran mempunyai basis massa di akar rumput. 

IMAM HAMDI | HAN RAVENDA PUTRA | ANTARA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus