Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Petani Milenial Jabar Garap Tanaman Hias dan Ubi Jalar

Sebanyak 428 calon petani milenial di Jawa Barat segera diverifikasi oleh perbankan untuk menggarap komoditas tanaman hias dan ubi jalar.

2 Juni 2021 | 19.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFOJABAR-Sebanyak 428 calon petani milenial di Jawa Barat segera diverifikasi oleh perbankan untuk menggarap komoditas tanaman hias dan ubi jalar. Hal itu menyusul tuntasnya tahapan seleksi Program Petani Milenial oleh Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DTPH) Jabar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya dilakukan seleksi pada 1.961 pendaftar Program Petani Milenial. Sebanyak 469 lolos menjadi calon petani milenial (CPM). Dari jumlah tersebut dilakukan Pre-Screening oleh bank bjb. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Diperoleh 428 calon petani milenial. Yang 428 CPM ini sudah mengumpulkan berkas pengajuan KUR bjb, dan saat ini akan segera diverifikasi oleh pihak bjb,” ujar Kepala DTPH Jabar Dadan Hidayat berdasarkan rilis resmi tim Humas Jabar. 

Dadan menyampaikan, pihaknya juga baru menuntaskan pembekalan teknis dan dinamika kelompok yang digelar di tiga lokasi, yaitu Cimenyan untuk 50 orang petani milenial dengan komoditas ubi jalar, Satpel BBH Margahayu Lembang untuk komoditas tanaman hias dengan  198 petani milenial, dan BBH Pasir Banteng Jatinangor untuk 179 orang petani tanaman hias.

Untuk dua komoditas ini DTPH sudah menjalin kerja sama dengan pihak offtaker PT Minaqu Indonesia untuk tanaman hias, dan CV SSMB untuk komoditas ubi jalar. 

Dadan memastikan komoditas tanaman hias memiliki potensi yang menjanjikan untuk tujuan pasar ekspor. Sejauh ini, tanaman hias asal Jabar diminati di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Korea Selatan, Kanada, Siprus dan Inggris. 

Pihaknya sudah menyiapkan 16 jenis tanaman hias sebagai rekomendasi untuk Petani Milenial, yakni aglaonema pictum, cyrtosperma hambalii, crystosperma goeldiana, dracaena jiewhoei, homalomena merah, homalomena hijau, homalomena Papua, dan piper Papua. Berikutnya  raphidophora tenuis hijau, amydrium silver, alocasia brachifolia, alocasia jacklyn, alocasia lauterbachiana, alocasia silver scale, dan alocasia dragon scale

Selain memiliki peluang pasar, tanaman hias juga cukup efisien modal dan luas lahan. Yang dibutuhkan luas shade house 12 meter persegi dan modal usaha Rp 50 juta.  Jika dihitung keuntungan setiap bulan, petani bisa menghasilkan rata-rata sekitar Rp16 juta.

"Ini juga seperti yang dikatakan Pak Gubernur kalau bisa luas lahan seminimal mungkin. Kalau punya luas lahan satu hektare, bisa menampung 500 orang petani milenial yang meminati tanaman hias," katanya. 

Dadan menambahkan, untuk komoditas ubi jalar  akan dikembangkan di lahan seluas 4 hektare di Kecamatan Cikadu, Kabupaten Cianjur, serta masing-masing  2 ha di Tasikmalaya,  Majalengka dan di Plumbon, Cirebon.

Kesemua lahan tersebut termasuk di Cikadu milik Pemprov Jabar dibawah kelola DPTH. Total luas lahan di Cikadu 20 ha, namun yang memiliki sumber air baru 4 ha untuk ubi jalar dan 4 ha sudah ditanami jagung oleh petani milenial. "Nah untuk di Cikadu per hektarenya akan dikelola oleh lima orang. Jadi per orang akan mengelola  2.000 meter lahan," katanya. (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus