Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pidato Lengkap SBY dalam Pembekalan Caleg DPR Menuju Pemilu 2019

Dalam pidatonya, SBY mengatakan Partai Demokrat tengah menghadapi tantangan besar dalam kontestasi Pemilu 2019.

11 November 2018 | 07.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan pidato untuk membekali calon legislatif DPR RI dari partainya hari ini, Sabtu, 10 November 2018. Ceramah disampaikan di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta.

Baca: Di depan Caleg Demokrat, SBY Beberkan Tiga Tantangan Pemilu 2019

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam pidatonya, SBY mengatakan Partai Demokrat tengah menghadapi tantangan besar dalam kontestasi pemilihan umum (Pemilu) 2019. Setidaknya ada tiga tantangan yang menghadang. Misalnya persaingan suara dengan dua partai pemilik calon presiden, seperti PDIP dam Gerindra.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, adanya model sistem penghitungan suara anyar Saint Lageue yang memungkinkan merugikan partai yang tak memiliki capres. Kemudian, diberlakukannya presidential thresehold 20 persen yang mengacu hasil suara Pemilu 5 tahun yang lalu.

SBY, dalam akhir poin pidatonya, juga memberi wejangan untuk capres dan cawapres. Ia mengimbau pasangan capres lebih menarasikan hal-hal substansial ketimbang mengurusi persoalan-persoalan yang kurang menguntungkan rakyat.

Presiden RI 2004-2014 itu menyampaikan pidatonya di sejumlah kader Demokrat dan elite partai. Turut hadir pula dalam acara pembekalan tersebut Hinca Pandjaitan, E.E Mangindaan, Agus Yudhoyono, Ferdinand Hutahaean, dan Edhie Baskoro Yudhoyono.

Berikut ini pidato lengkap SBY dalam pembekalan caleg Partai Demokrat.

Alhamdulillah hari ini kita datang bersama-sama berada di tempat ini untuk membulatkan tekat kita serta menserasikan langkah kita untuk menyukseskan Partai Demokrat dalam Pemilihan Umum tahun 2019 mendatang.

Hari ini tanggal 10 November 2018 adalah Hari Pahlawan. Oleh karena itu saya mengajak saudara sekalian para kader demokrat yang saya cintai untuk berdiri dan bersama-sama saya mengheningkan cipta.

Baca: Demokrat Atur Strategi untuk Bertarung di Pemilu 2019

Marilah kita mengheningkan cipta untuk menghormati para pejuang dan pahlawan bangsa. Baik pejuang dan pahlawan kemerdekaan maupun pejuang dan pahlawan pembangunan.

Mengheningkan cipta mulai. Selesai. Saya silakan duduk kembali.

Kita masih ingat para kader apa yang terjadi tanggal 10 November tahun 1945 yang lalu. Terjadi peristiwa yang amat heroik di Surabaya. Kita juga masih memiliki memori yang kuat. Pidato yang membakar nasionalisme dan patriotisme kita dari Bung Tomo.

Apa yang terjadi 10 November di waktu yang silam itu tiada lain adalah menunjukkan tekat dan semangat berkorban baik jiwa maupun raga dari para patriot bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia dari tangan penjajah.

Semangat dan perjuagan seperti itu masih relevan. Sampai kapan pun kita wajib menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI. Sampai kapan pun kita harus mengubah nasib dan masa depan rakyat Indonesia untuk semakin maju, semakin makmur, semakin mendapatkan keadilan.

Semakin dilindungi hak-hak asasi manusianya dan bebas dari ketakutan termasuk ketakutan untuk berbicara. Semakin mendapatkan perlindungan hukum serta semakin bebas dari kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan.

Intinya, saudara-saudara, dengan evolusi dan transformasi rakyat Indonesia kita harapkan benar-benar bisa keluar dari mimpi buruk penjajahan. Itulah hakikat dan maka yang harus kita junjung tinggi.

Dan sebagai wujud penghormatan pahlawan dan pejuang bangsa, saya mengajak kader Demokrat. Saudara-saudara semua dan kader Demokrat di seluruh Indonesia untuk ikut berperan dalam evolusi dan transformasi besar bangsa yang tengah berlangsung belakangan ini.

Dan untuk menjadi politisi yang amanah dan cakap serta bisa memperjuangkan kepentingan rakyat kita sekarang dan ke depan, utamanya untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

Para kader yang sangat saya cintai, sesuai dengan tema pembekalan caleg yang kita selenggarakan hari ini dan esok hari, kita Partai Demokrat tentu ingin sukses dalam pemili 2019 mendatang.

Partai Demokrat utamanya para caleg yang ada di ruangan ini dan para caleg DPRD, provinsi, dan kota di seluruh Indoensia juga ingin sukses dalam perjuangan mendatang.

Kita tahu bahwa sukses itu tidak datang dari langit. Sukses harus kita perjuangkan dengan bersama dengan kerja keras dan cara-cara yang cerdas. Masa depan itu, para kader, termasuk sukses Demokrat dalam Pemilu mendatang adalah negosiable. Bisa kita negosiasikan. Insya Allah kita berhasil dan sukses.

Baca: SBY ke Caleg Demokrat: Jangan Umbar Janji yang Muluk-muluk

Saya harus mengatakan kita Partai Demokrat punya peluang untuk sukses meskipun tantangan yang kita dihadapi dalam Pemilu 2019 mendatang jauh lebih berat. Saya ulangi, jauh lebih berat.

Saya bukan tipe pemimpin yang suka memberikan angin surga. I have to tell the truth. Kalau tantangan kita berat, haris ada kata demikian tanpa mengurangi keyakinan dan optimisme saya kalau kita sungguh berikhitar terbuka peluang bagi Demokrat untuk sukses di tahun depan.

Mengapa saya katakan tantangannya jauh lebih berat? Setidaknya ada tiga hal.
Pertama, Pemilu 2019 ini dilaksanakan secara serentak. Pilpres bersamaan dengan pileg.

Survei membuktikan bahwa partai politik yang punya capres sangat diuntungkan. Contohnya PDIP dengan Pak Jokowi sebagai capres dan Gerindra dengan Pak Prabowo sebagai capres. Suara kedua partai politil itu meningkat tajam. Sebaliknya, parpol-parpol yg tidak punya capres dan cawapres suaranya menurun, anjlok. Itu realitas.

Kedua, dengan sistem penghitungan suara yang baru, Saint Lageue, kemungkinan perolehan PDIP bersama Pak Jokowi dan Gerindra bersmaa Pak Prabowo juga makin diuntungkan. Itu juga teecermin dari survei-survei saat ini. Itu juga realitas.

Sedangkan faktor yang ketiga ada faktor lain yaitu dengan PT 20 presidential thresehold 20 persen yang mengacu hasil suara Pemilu 5 tahun yang lalu. Partai Demokrat tetap berpendapat bahwa undang-undang itu keliru karena seharusnya jika pemilunya serentak, PT-nya harus 0 persen.

Sehingga dengan PT 20 persen itu menggunakan suara 5 tahun yang lalu, kemungkinan partai-partai yang lebih kecil untuk mengajukan kader-kadernya sebagai capres dan cawapres juga tertutup. Itulah faktanya dan itulah tantangan yang kita hadapi.

Namun Demokrat tidak boleh melawan realitas. To fight the problem. Lets solve it. Mari kita temukan jalan bagi Demokrat untuk tetap sukses dalam Pemilu mendatang. Insya Allah kita punya jalan. Dan ini pulalah tujuan kita melakukan pembekalan caleg selama dia hari ini.

Kalau saudara tekun mengikut dan menyimak apa yang kita niatkan, kita strategikan, dan kita rencanakan untuk memenangkan partai kita, Insya Allah jalan itu terbuka makin lebar.

Bagian akhir dari sambutan saya dalam pembukaan pembekalan caleg ini adalah, ini menurut saya harus menjadi perhatian yang sangat serius dari bangsa Indonesia. Bukan hanya Partai Demokrat.

Apa itu?
Politik indonesia tanpa kita sadari sejak tahun 2017 telah berubah. Sejak berlangsungnya Pilkada Jakarta tahun 2017 yang lalu, saya berani mengatakan bahwa politik kita telah berubah. Pa yang berubah? Yang berubah adalah makin mengemukannya politik identitas atau politik SARA. Dan politik yang sangat dipengaruhi oleh ideolog dan paham.

Kita tahu bahwa identitas dan SARA, agama, etnis, dan suku, kedaerahan, dan identitas yang lain serta ideologi dan paham memang selalu menyertai politik di mana pun. Bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Tidak mungkin dipisahkan dari politik dan itu sesuatu yang natural.

Namun kalau berada dalam tingkatan ekstrem, politik dan demokrasi kita tidak sehat juga berbahaya. Apalagi Indonesia adalah negara yang majemuk dan penuh dengan kerawanan dan akan konflik. Kita pun, Indonesia pun, punya riwayat konflik identitas dan konflik ideologi di masa lalu. Pelajari sejarah bangsa kita sejak Indoensia merdeka 1945.

Di era preseiden pertama kita, Bung Karno. Di era presiden kedua kita, Pak Harto, kemudian reformasi hingga hari ini saya mengukuti dengan saksama memang ada fenomena dan realitas baru yang harus saya katakan makin mengemukanya politik identitas dan politik yang berbasis ideologi dan paham.

Oleh karena itu seiring dengan persiapan kita menuju Pemilu 2019 mendatang, Partai Demokrat mengajak dan menyerukan kepada saudara-saudara kami, para komponen bangsa, juga para elite politik serta pemimpin-pemimpin parpol untuk bersama-sama mencegah terjadinya politik identitas dan benturan ideologi dan paham yang makin ekstrem. Jangan sampai menjadi ekstrem.

Lihat apa yang terjadi di banyak negara di dunia saat ini. Bukan hanya di Timur Tengah, tapi juga negara-negara lain yang mengalami petaka besar karena politik identitas, politik disertai kebencian yang mendalam, benturan ideologi dan paham tentulah terjadi secara ekstrem. Marilah kita cegah hal itu untuk tidak terjadi di negeri kita tercinta ini.

Kita tentu ingin Pemilu 2019 ini termasuk pilpres berlangsung secara damai dan demokratis. Seperti dulu pilpres tahun 2004, pilpres tahun 2009, dan juga pilpres tahun 2014. Memang kompetisi keras, konfrontatif, tapi tetaplah damai dan demokratis. Inilah harapan kami.

Demokrat tidak ingin kontestasi pilpres dan pileg tahun depan yang prosesnya sudah berlangsung sejak sekarang ini tidak menimbulkan perpecahan bangsa. Tidak mengarah ke disentigrasi, kerukunan, dan persatuan bangsa kita. Menangis kita kalau itu terjadi.

Dengan segala kerendahan hari dan dengan segala hotmat, saya dan Partai Demokrat berharap para capres dan para wapres beserta para elite di antara kedua kubu ini dapat memberi contoh dan memainkan peran positif agar kita terhindar dari politik identitas dan politik yang berbasis ideologi dan paham yang ekstrem.

Kita berharap kontestasi pilpres lebih mengedepankan kebijakan, program, dan solusi terhadap apa persoalan rakyat sekarang ini. Mengedepankan apa yang ingin dilakukan oleh beliau-beliau itu kalau insya Allah terpilih memimpin Indonesia 5 tahun mendatang. Apa yang akan dilakukan untuk negaranya, untuk rakyatnya di bidang ekonomi, di bidang keaejahteraan, di bidang penegakan hukum, di bidang pertahanan dan keamanan, di bidang hubungan internasional dan sebagainya.

Ketimbang tanpa disadari yang mengemuka adalah disploitasinya perbedaan identitas, perbedaan ideologi, dan perbedaan paham. Itulah seruan moral dari Partai Demokrat dengan niat yang baik dan kecintaan kepada bangsa dan negara.

Kami sungguh berharap pada pemimpin bangsa yang sedang mengemban amanah, termasuk para capres dan cawapres dengan tim-tim pendukungnya untuk tetap menjaga keutuhan, kerukunan, dan menghindari betul politik identitas dan politik berbasiskan ideologi. Dan kami akan membantu beliau-beliau sebagai tanggung jawab Partai Demokrat untuk bangsa dan negara tercinta.

Demikianlah kader-kader yang saya cintai, yang dapat saya sampaikan.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput untuk kanal ekonomi dan bisnis di Tempo.co.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus