Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden Prabowo Subianto yang menyebut pemerintahan Presiden Joko Widodo ugal-ugalan mengelola negara saat menjelaskan konsepnya "Make Indonesia Great Again", menuai kontroversi, dijelaskannya dalam akun Facebook-nya. "Perlahan-lahan mimpi untuk mengembalikan kejayaan Indonesia luntur oleh cara ugal-ugalan dalam mengelola Negara." Prabowo menulis pada Selasa, 16 Oktober 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gagasan "Make Indonesia Great Again" dan "Indonesia First" disampaikannya pertama kali di Rapat Kerja Nasional Lembaga Dakwah Islam Indonesia, Kamis, 11 Oktober 2018. Dua slogan ini lekat dengan seruan yang dilontarkan Donald J. Trumps semasa kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat 2016. Trump ketika itu menjual gagasan "America First" dan "Make America Great Again."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, kata Ketua Umum Partai Gerindra ini, gagasan kejayaan Indonesia tidak muncul spontan. Prabowo mengklaim, dia telah menuliskan gagasan mengembalikan kejayaan Indonesia sebelum Trump mempopulerkan "Make America Great Again".
Gagasan itu, kata dia, tertulis di bukunya yang berjudul "Kembalikan Indonesia" (2004) dan "Membangun Indonesia Raya" (2007/2008). Prabowo mengatakan pemikiran itu didasari semangat para pendiri bangsa dalam merumuskan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Prabowo kemudian membeberkan kiprah beberapa presiden RI di antaranya Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dan Joko Widodo atau Jokowi. Ia memuji kinerja SBY. Menurut mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu, perubahan-perubahan mulai dirasakan pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Perubahan-perubahan itu sebagian kita rasakan dengan cepat, sebagian lainnya terus tumbuh dan berproses," kata Prabowo tentang kepemimpinan SBY, sekutunya di pilpres 2019.
Para presiden terdahulu dinilainya meninggalkan jejak perubahan untuk Indonesia. Sebab, kata dia, mereka memiliki kesamaan karakter menyangkut kepemimpinan yang kuat, kepastian hukum, dan harmoni hubungan antarlembaga. "Sesuatu hal yang langka kita temukan sekarang."
Akan halnya pengelolaan negara dalam empat tahun kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla ini dianggapnya ugal-ugalan. Dia menyinggung beberapa hal, di antaranya soal kebijakan pemerintah yang bisa direvisi atau berubah dengan cepat dan saling tuding antarkementerian atau lembaga.
"Empat tahun terakhir kita melihat bagaimana sebuah keputusan bisa dengan mudah direvisi atau dibatalkan tanpa memikirkan dampak hingga rakyat bawah.” Hukum dijadikan alat tawar-menawar politik tanpa pernah mempedulikan rasa keadilan. “Dan kita terus menyaksikan bagaimana riuhnya kabinet kerja."
Ia menyebut ada pihak-pihak yang takut dengan narasi mengembalikan kejayaan Indonesia yang diserukannya. Dia menuding pihak-pihak yang takut dan tidak setuju dengan narasi itu sebagai pencari rente, para pengambil untung di tengah-tengah kondisi ekonomi yang tengah susah.
"Kita, bangsa Indonesia, seharusnya tidak memberi tempat untuk orang-orang ini."
Di akhir tulisan, Prabowo mengatakan bahwa "Make Indonesia Great Again" bukan retorika yang perlu diperdebatkan. Dia menyebut hal itu merupakan tanggung jawab petinggi bangsa.