Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan tak perlu ada gerakan non-blok seperti seperti zaman dahulu. Dia menekankan yang paling penting ada langkah konkret dari Indonesia di tengah persaingan geopolitik dan ekonomi global saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kita nggak perlu banyak bentuk gerakan lagi yah. Saya kira sudah banyak (gerakan) ya, yang penting bahwa Afrika ini sekarang melihat ke kita,” kata Prabowo di Istana Kepresidenan Jakarta, pada Kamis, 13 Juni 2024. “Nanti terlalu banyak gerakan yang tidak efektif."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prabowo mengklaim Indonesia dilihat oleh negara-negara Afrika karena keberhasilan sebagai negara yang berkembang. Presiden RI terpilih ini mengatakan Indonesia melakukan langkah konkret seperti hilirisasi dan keberpihakan pada rakyat-rakyat yang sedang mengalami kesulitan di dunia.
Prabowo mengunjungi Istana untuk melaporkan hasil kunjungannya ke Yordania untuk konferensi tingkat tinggi "Call for Action: Urgent Humanitarian Response for Gaza” pada 10-13 Juni 2024. Prabowo mengatakan Indonesia terus melakukan upaya diplomasi untuk gencatan senjata Israel dan Hamas, serta siap memberikan bantuan kemanusiaan.
Dalam tulisan di Majalah Newsweek, Prabowo mengatakan akan ada fokus khusus pada Afrika saat dia menjabat sebagai Presiden. Prabowo mengatakan Indonesia dan Afrika dapat saling mendukung, berbagi pengalaman, dan dengan membangun sinergi dan kemitraan, bekerja untuk mentransformasi negara kita.
“Afrika adalah sebuah benua yang dekat dengan hati saya dan saat ini, sama seperti Indonesia, merupakan sebuah negeri yang penuh peluang,” kata Prabowo.
Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955 menjadi proses awal lahirnya Gerakan Non-Blok (GNB). GNB terbentuk melalui Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I di Beograd, Yugoslavia, pada 1 - 6 September 1961.
GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pembentukannya. Di tengah persaingan Amerika Serikat dan Uni Soviet kala itu, GNB lebih banyak beraktivitas dalam isu politik, seperti dukungan bagi hak menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan, dan integritas nasional negara-negara anggota.
“Saya mempunyai rencana besar untuk negara yang saya cintai, namun saya tidak melihat pembangunan Indonesia sebagai kompetisi zero-sum-game dengan negara-negara lain di dunia. Kami terbuka,” kata Prabowo dalam tulisan di Newsweek yang dipublikasikan pada Rabu, 12 Juni 2024.