Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pengamat politik memprediksi ada tiga poros koalisi dalam pemilihan presiden 2024.
PDIP dan Gerindra ada kemungkinan berkoalisi terlihat dari komunikasi yang intens di antara elite kedua partai tersebut.
NasDem, PKS, dan Demokrat terbuka ihwal peluang membentuk poros koalisi tersendiri.
JAKARTA – Pengamat politik memprediksi ada tiga poros koalisi dalam pemilihan presiden 2024. Ketiga poros itu adalah koalisi Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN) atau Koalisi Indonesia Bersatu; koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra; serta koalisi Partai NasDem, Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah, mengatakan ada kemungkinan Demokrat, NasDem, serta PKS membentuk poros sendiri setelah terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu dan ketika Golkar memaksakan mengusung Airlangga Hartarto, Ketua Umum Golkar, sebagai calon presiden 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Situasi ini memungkinkan adanya koalisi PDIP-Gerindra. Sementara itu, PKB memiliki kecenderungan bergabung ke Golkar," kata Dedi, Senin, 16 Mei 2022.
Dedi memperkirakan tokoh pertama yang mungkin terusung dari koalisi PDIP dan Gerindra adalah pasangan Prabowo Subianto dan Puan Maharani. Kemungkinan lain, Puan berpasangan dengan kader Gerindra selain Prabowo, atau Prabowo dengan kader PDIP selain Puan.
Tokoh kedua berasal dari koalisi Partai Golkar, PPP, dan PAN. Koalisi ini bisa saja mengusung Airlangga yang berpasangan dengan figur di luar partai politik. Kemungkinan lainnya, Airlangga berpasangan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar ketika partai ini bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu.
Selanjutnya, poros NasDem, Demokrat, dan PKS ada kemungkinan akan mengusung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan berpidato setelah pertemuan dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto di Rumah Heritage Jakarta, 12 Mei 2022. TEMPO/Muhammad Syauqi Amrullah
Kamis lalu, Golkar, PAN, dan PPP membentuk Koalisi Indonesia Bersatu di Rumah Heritage, Jakarta Selatan. Sekretaris Jenderal PAN, Eddy Soeparno, mengatakan koalisi ini dibentuk agar masyarakat tak lagi terbelah saat pemilihan presiden 2024, seperti kondisi dua kali pemilihan presiden terdahulu. "Agar tak melulu berantem masalah cebong dan kampret," kata Eddy.
Ia mengatakan Koalisi Indonesia Bersatu masih membuka ruang bagi partai lain yang ingin bergabung. Syaratnya, partai tersebut harus menjauhi politik identitas. "Syaratnya, persepsi yang sama ingin menghadirkan politik gagasan, menjauhi politik identitas, kebersamaan rajut persatuan," kata dia.
Menurut Eddy, saat ini koalisi belum membahas nama calon presiden dan wakil presiden. Urusan tersebut akan menjadi pembicaraan ketiga ketua umum partai dalam Koalisi Indonesia Bersatu.
Manajer Program Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad, juga memprediksi ada kemungkinan tiga poros koalisi dalam pemilihan presiden 2024 setelah terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu. Selain koalisi ini, Saidiman memperkirakan PDIP dan Gerindra bakal berkoalisi terlihat dari komunikasi elite kedua partai yang cukup intens.
Lalu, Demokrat dan PKS berpeluang berkoalisi karena posisinya sama-sama berada di luar pemerintahan. Adapun NasDem dan PKB bisa saja menggenapi ketiga poros tersebut.
Saidiman juga memetakan kemungkinan figur yang bakal diusung sebagai calon presiden oleh setiap poros koalisi tersebut. PDIP dan Gerindra ada kemungkinan akan mengusung Prabowo. Jika begitu, Koalisi Indonesia Bersatu bisa menarik Gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDIP, Ganjar Pranowo, sebagai calon presiden. "Koalisi partai non-pemerintah bisa mengusung Anies Baswedan," katanya.
Sependapat dengan Saidiman, Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, memprediksi kemunculan Koalisi Indonesia Bersatu akan mendorong beberapa partai lain membentuk koalisi. Ia menyebutkan ada peluang NasDem, Demokrat, dan PKS membentuk poros koalisi sendiri. "Atau poros lain yang diinisiasi PDIP dan Gerindra," kata Arya.
Menurut Arya, ada kemungkinan poros koalisi tersebut akan mengusung nama-nama dengan elektabilitas tinggi. Karena itu, figur yang akan diusung sebagai calon presiden tidak akan jauh dari tiga nama dengan elektabilitas tertinggi sesuai dengan hasil survei, yaitu Prabowo, Ganjar, dan Anies.
"Kalau mengacu pada elektabilitas, ada kemungkinan tiga nama itu yang diusung, kecuali ada parpol yang nekat mengusung calon yang enggak punya elektabilitas,” ujar Arya.
Wakil Ketua Umum DPP PKB, Jazilul Fawaid, mengatakan pembentukan Koalisi Indonesia Bersatu membuka peluang adanya tiga pasangan calon dalam pemilihan presiden 2024. Namun PKB belum menentukan sikap untuk bergabung dalam suatu koalisi, meski Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sudah berkomunikasi dengan Airlangga dan elite partai lainnya.
“Gus Muhaimin sudah berkomunikasi dengan Pak Airlangga dan dengan parpol lain. Tapi, untuk tiga parpol yang berkumpul, PKB belum memastikan sikapnya, apakah bareng-bareng atau nanti membangun koalisi yang lain,” kata Jazilul.
Sekretaris Jenderal NasDem, Johnny Gerard Plate, mengatakan partainya tak ingin buru-buru memutuskan bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu ataupun membangun koalisi sendiri. Hingga saat ini, NasDem masih menunggu adanya calon presiden definitif sebelum memutuskan bergabung dengan koalisi tertentu.
“Persyaratan utama koalisi adalah adanya calon presiden yang definitif, maka tentu masih sangat cair dan dinamis,” kata dia.
Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, mengatakan posisi Demokrat masih sangat cair. Demokrat masih mempelajari keinginan masyarakat lebih dulu. “Apakah menginginkan perubahan atau keberlanjutan,” katanya.
Adapun juru bicara PKS, Pipin Sopian, mengatakan partainya butuh pertimbangan matang dan komunikasi intensif sebelum memutuskan bergabung dengan suatu koalisi dalam menghadapi pemilihan presiden 2024. Ia menyebutkan dua pertimbangan PKS dalam membangun koalisi, yaitu kesamaan visi-misi dan sosok calon presiden yang akan diusung. “Jadi, kami ingin nanti koalisi ini tidak hanya kesamaan visi, tapi juga sosok capresnya yang berpeluang menang,” kata Pipin.
MAYA AYU PUSPITASARI | JULNIS FIRMANSYAH | DEWI NURITA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo