Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Presiden Jokowi menawarkan diri membawa pesan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sebelum menemui Zelenskyy, Presiden Jokowi mengajak Ibu Negara Iriana Jokowi dan rombongan meninjau kawasan di Kota Irpin, Ukraina, yang hancur akibat perang Ukraina-Rusia.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bersama pemimpin Eropa dan Turki sempat melakukan pendekatan ke kedua negara tapi gagal.
JAKARTA – Presiden Joko Widodo bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Istana Maryinsky, Kyiv, Ukraina, Rabu, 22 Juni 2022. Dalam upaya Indonesia mewujudkan perdamaian antara Ukraina dan Rusia, Presiden Jokowi menawarkan diri untuk membawa pesan Zelenskyy kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dalam kaitan ini, saya menawarkan diri membawa pesan dari Presiden Zelenskyy untuk Presiden Putin yang akan saya kunjungi segera," ujar Presiden Jokowi dalam konferensi pers bersama Zelenskyy. Dalam pertemuan tersebut, Jokowi menegaskan posisi Indonesia ihwal pentingnya penghormatan terhadap kedaulatan integritas wilayah. Bukan hanya simpati yang diberikan, tapi juga pentingnya perdamaian dan semangat menciptakan perdamaian agar tidak pernah luntur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (kiri) dan Presiden Joko Widodo di Istana Maryinsky, Kyiv, Ukraina, 29 Juni 2022. ANTARA/Setpres/Agus Suparto
Peneliti Bidang Politik Internasional Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nanto Sriyanto, mengatakan lawatan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia memang tak serta-merta dapat mengakhiri perang di antara kedua negara. Menurut Nanto, invasi yang telah berlangsung lama membutuhkan langkah-langkah keputusan yang panjang. "Presiden Jokowi bisa mengambil dengan tahap awal, yakni memulai menurunkan tensi konflik," kata dia, kemarin.
Nanto melihat Indonesia memang berupaya bermain cantik di ruang diplomasi yang ada, yakni membawa pesan kemanusiaan dan misi perdamaian. Untuk mencapai tahap itu, Indonesia memulainya dengan menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan, terutama bagi korban perang, serta mendukung jaminan keamanan pangan global yang selama ini terkena dampak konflik Rusia-Ukraina. Menurut Nanto, stabilitas pangan global saat ini sangat terkena dampak akibat krisis kemanusiaan di Rusia dan Ukraina.
Kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina merupakan bagian dari diplomasi politik Indonesia dalam mewujudkan upaya perdamaian antara Ukraina dan Rusia. Setelah pertemuan ini, secara terpisah, Jokowi juga mengagendakan lawatan ke Rusia untuk menemui Putin. Jokowi mengemban dua misi utama, yakni isu krisis kemanusiaan dan krisis pangan, yang merupakan dampak dari konflik dua negara tersebut. Indonesia juga bakal membantu Ukraina dan Rusia dalam penyelesaian konflik dengan menciptakan gencatan senjata.
Presiden Jokowi juga menegaskan, kedatangannya ke Ukraina merupakan manifestasi kepedulian Indonesia terhadap situasi perang di Ukraina dan dampak perang bagi kemanusiaan. Dengan kemampuan yang ada, Jokowi menyebutkan, rakyat dan pemerintah Indonesia bakal berupaya memberi kontribusi bantuan obat-obatan dan komitmen rekonstruksi rumah sakit di sekitar Kyiv yang hancur akibat perang.
Sebelum Presiden Jokowi, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres bersama pemimpin Eropa dan Turki melakukan pendekatan ke Rusia serta Ukraina untuk tujuan perdamaian. Namun upaya itu gagal. Presiden Jokowi disebut membawa pesan netral untuk tujuan kemanusiaan demi terwujudnya gencatan senjata di antara kedua negara.
Beberapa jam sebelum menemui Zelenskyy, Jokowi mengajak Ibu Negara Iriana Jokowi dan rombongan meninjau kompleks apartemen Lipky di Kota Irpin, Ukraina. Apartemen beserta rumah warga di tempat itu hancur akibat perang Rusia-Ukraina yang terus berkecamuk. Mereka juga mengunjungi rumah sakit setempat untuk menjenguk para korban perang. Iriana kemudian menyerahkan bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan kepada Pusat Ilmiah dan Bedah Endokrin, Transplantasi Organ dan Jaringan Endokrin, Ukraina.
Pemerintah Indonesia juga memberi bantuan rekonstruksi untuk rumah sakit yang rusak serta beberapa bantuan lain melalui Palang Merah Ukraina. Jokowi berharap tak ada lagi kota-kota di Ukraina yang rusak akibat perang. Termasuk mendukung upaya PBB membuka dan memberi jaminan keamanan bagi kelancaran ekspor pangan Ukraina melalui pelabuhan laut. Dalam pertemuan dengan Zelenskyy, Jokowi juga mengundang Ukraina berpartisipasi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan diselenggarakan di Bali pada November mendatang.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengapresiasi kedatangan Jokowi ke negaranya. Menurut Zelenskyy, Jokowi merupakan pemimpin di negara Asia yang pertama datang ke Ukraina sejak invasi melanda negaranya. Namun ia tak menyampaikan jawaban ihwal tawaran pengiriman pesan kepada Putin dari Jokowi. "Saya juga mengundang kalangan usaha Indonesia untuk berpartisipasi dalam rekonstruksi Ukraina pascaperang," ucap Zelenskyy.
Nanto Sriyanto mengatakan, jika Jokowi berhasil membawa pesan ihwal jaminan keamanan pangan global, Indonesia dapat memiliki kredibilitas sebagai penyambung lidah negara berkembang yang selama ini menjerit karena negara-negara lain menghentikan pasokan bahan pangan akibat konflik. Kedatangan Jokowi ke Rusia dan Ukraina juga dinilai sebagai upaya untuk mensukseskan agenda KTT G20 yang akan digelar di Bali pada November 2022. Hal itu juga penting dilakukan untuk menghindari susupan agenda dalam G20 mendatang.
Guru besar hukum internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, sebelumnya juga menyebutkan Presiden Jokowi tak perlu mengupayakan perdamaian dengan tujuan menyelesaikan akar persoalan dalam agenda kunjungan ke Ukraina dan Rusia tersebut. Indonesia cukup mengupayakan gencatan senjata dan mengakhiri tragedi kemanusiaan. "Kemungkinan berhasilnya misi untuk menciptakan gencatan senjata sangat besar," tutur Hikmahanto.
AVIT HIDAYAT | EGI ADYATAMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo