Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MAKASSAR -- Industri furniture berbahan baku rotan semakin tertekan oleh kehadiran furniture yang terbuat dari bahan plastik yang lebih akrab disebut rotan sintetis. Selain bisa dibentuk menjadi berbagai macam kerajinan, harga produk furniture dari rotan sintetis lebih terjangkau.
Pemilik Amaris Furniture, Stephen K., mengatakan pada 2010, omzetnya naik hingga 50 persen menjadi Rp 900 juta untuk penjualan furniture dari rotan sintetis. "Permintaan lebih banyak dari restoran dan kafe yang saat ini banyak menggunakan kursi dari bahan tersebut," ujarnya, Rabu lalu.
Selain furniture, Amaris menyediakan produk lain dari rotan sintetis, seperti lampu hias, tudung saji, kursi goyang, keranjang, hingga pembatas ruangan. Bila harga perabot berkisar Rp 4-7 juta, pernak-pernik anyaman itu dibanderol Rp 175-700 ribu.
Hal senada disampaikan oleh Siti Rahmadani, pemilik De Luna Claire, yang juga menjual perabot dari rotan sintetis. "Sentuhan desain sangat dibutuhkan untuk mendapat nilai tambah yang tinggi," ujarnya.
De Luna membanderol kursinya dengan harga Rp 500-800 ribu per unit, sedangkan sofa panjang Rp 1,5-2 juta per unit. Untuk kursi santai yang biasanya diletakkan di pinggir kolam renang, harganya berkisar Rp 4-5 juta. Harga itu biasanya bergantung pada desain, tipe anyaman, dan materi rotan sintetis yang dipakai.
Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, ekspor furniture rotan Sulawesi Selatan pada 2007-2010 cenderung turun. Jika pada 2007 nilainya US$ 319 juta, pada 2010 turun menjadi US$ 138 juta. "Tren yang berlaku dalam bisnis ini hanya menuntut kualitas super dengan harga kompetitif," kata Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia M. Hatta Sinatra saat di hubungi Tempo, Rabu lalu.
Hariandy Saputera, petugas pemasaran perusahaan yang memasarkan produk dari rotan, mengatakan permintaan atas rotan turun hingga 30 persen dibanding tahun lalu. "Industri rotan nasional tertekan, antara lain, akibat tren furniture plastik atau sintetis yang mulai mendunia," ujarnya.
Ia memprediksi, ekspor furniture rotan dari Sulawesi Selatan juga turun karena salah satu negara pembelinya, Jepang, baru mengalami musibah gempa bumi dan tsunami. ANDI NINNONG BUCHAR
Data Kementerian Perindustrian
Ekspor Furniture Rotan 2007-2010 | |
Tahun | Nilai |
2007 | US$ 319 juta |
2008 | US$ 239 juta |
2009 | US$ 167 juta |
2010 | US$138 juta |
Bahan: Kementerian Perindustrian |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo