Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Protokol Kesehatan Kendur di Sekolah

Pemerintah mesti meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19 dosis kedua dan ketiga untuk anak sekolah seiring dengan penularan subvarian Omicron. Perlu ada kebijakan siswa bebas Covid-19 saat masuk sekolah setelah masa libur berakhir.

28 Juni 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • IDAI mendapat laporan ihwal adanya peningkatan penularan Covid-19 pada anak seiring dengan lonjakan jumlah kasus akibat subvarian Omicron.

  • Berdasarkan pantauan P2G, banyak sekolah mulai abai mengawasi protokol kesehatan selama proses belajar-mengajar.

  • Pemerintah mesti meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19 dosis kedua dan ketiga bagi anak.

JAKARTA – Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan lembaganya mendapat laporan ihwal adanya peningkatan penularan Covid-19 pada anak, seiring dengan lonjakan jumlah kasus akibat subvarian Omicron dalam dua pekan terakhir. Saat ini, IDAI masih mendata penularan pada anak secara keseluruhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kondisi itu membuat IDAI meminta pemerintah kembali meningkatkan pelacakan kontak fisik, pengetesan, dan isolasi untuk mencegah penularan Covid-19 di komunitas. Pemerintah juga perlu mempercepat vaksinasi Covid-19 dosis kedua dan ketiga atau booster untuk anak. Realisasi vaksinasi dosis kedua terhadap anak 6-11 tahun hingga saat ini baru 65 persen dan dosis ketiga 0,01 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Piprim menuturkan vaksinasi lengkap bagi anak sangat penting karena sekolah sudah menerapkan pembelajaran tatap muka secara penuh. Di samping itu, orang tua siswa mesti proaktif menjaga anaknya yang memiliki komorbiditas dan obesitas. "Mereka sangat rentan jika terinfeksi," kata dia, Senin, 27 Juni 2022.

Menurut Piprim, terjadi peningkatan jumlah anak yang mengalami obesitas selama masa pandemi Covid-19. Penyebabnya adalah anak kurang beraktivitas selama belajar di rumah dan orang tua abai menjaga pola makan anaknya.

IDAI mengingatkan masyarakat agar tetap mematuhi protokol kesehatan karena wabah belum berakhir. Laju penularan virus corona masih fluktuatif. Lonjakan penularan virus saat ini juga berpotensi memicu gelombang keempat pandemi Covid-19 di Indonesia.

"Maka, kami imbau tetap waspada. Kami juga menyusun rekomendasi untuk mengantisipasi lonjakan jumlah kasus saat ini," kata Piprim.

Siswa saat mengikuti pembelajaran tatap muka di SDN Ciracas 09 Pagi, Jakarta, 22 Maret 2022. TEMPO/Subekti

Koordinator Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim, menguatkan pendapat Piprim tersebut. Satriwan mengatakan kenaikan angka kasus saat ini menjadi alarm bagi pemerintah. Pemerintah mesti mewaspadai karena anak sekolah merupakan kelompok rawan terjangkit virus. Mereka telah belajar penuh di sekolah sejak tahun lalu.

Ia menyebutkan, berdasarkan pantauan P2G, banyak sekolah mulai abai mengawasi protokol kesehatan selama proses belajar-mengajar. "Kami temukan hampir di semua daerah protokol kendur, termasuk guru," kata Satriwan. "Mungkin mereka menganggap sudah keluar dari pandemi serta merasa sudah divaksin dan di-booster."

Satriwan pun mengingatkan pemerintah agar mengevaluasi kebijakan di bidang pendidikan. Jika rasio penularan sudah di atas 5 persen, kata dia, sebaiknya pemerintah kembali menerapkan sistem belajar hibrida, yaitu sistem belajar campuran antara sekolah tatap muka dan pembelajaran jarak jauh. "Sekolah tetap dibuka, tapi kapasitas maksimal 50 persen," ujarnya.

Satriwan juga mengimbau orang tua agar mengarahkan anaknya tetap mematuhi protokol kesehatan di sekolah. Selain itu, orang tua mesti menunda berwisata selama masa libur sekolah saat ini. "Kalau memang mau berlibur, cari referensi tempat yang dianggap aman dan ruang terbuka," ucapnya.

Di samping itu, P2G menyarankan agar ada aturan baru saat mulai masuk sekolah setelah liburan. Misalnya siswa lebih dulu menjalani tes Covid-19 secara mandiri untuk memastikan mereka tidak menularkan virus saat di sekolah. "Karena dari data yang kami lihat, angkanya meningkat akhir-akhir ini," kata Satriwan.

Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, memprediksi kenaikan kasus pasti terjadi akibat subvarian Omicron, yaitu BA.4 dan BA.5. Namun ia memperkirakan lonjakan jumlah kasus akibat subvarian baru tersebut tak akan separah gelombang pertama hingga ketiga karena penduduk Indonesia sudah divaksin dan mempunyai obat. "Tapi tetap tidak boleh abai karena, meski sudah divaksin, bisa tetap tembus juga," ujar Dicky.

Dia menyarankan pemerintah mengevaluasi perkembangan data epidemiologi dalam beberapa pekan ke depan. Jika terjadi peningkatan angka penularan, kata Dicky, pemerintah bisa menyesuaikan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di setiap daerah. "Model rem darurat sudah tidak ideal karena ongkos politik dan ekonominya sangat tinggi," ucapnya.

Menurut Dicky, pemerintah bisa mengkaji ulang pemberian izin keramaian jika terjadi lonjakan jumlah kasus. Setiap kegiatan yang mengundang keramaian tetap bisa berjalan asalkan panitia dan pengunjung sudah disuntik booster atau bebas Covid-19 yang dibuktikan dengan hasil tes.

Kebijakan ini, Dicky melanjutkan, dapat meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga yang masih rendah. Realisasi suntikan booster hingga saat ini baru 24 persen dari target 208 juta jiwa. "Pemerintah saat ini sudah tidak bisa mengetatkan lagi, tapi vaksinasi harus ditingkatkan," kata Dicky.

Ia mengatakan saat ini tingkat penularan Covid-19, termasuk dengan adanya subvarian Omicron, sangat bergantung pada sikap masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan. "Sebab, dukungan pemerintah sudah terbatas."

IMAM HAMDI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus