Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Proyek Kereta Api Surabaya akan Aktifkan Rel Mati untuk Hubungkan Kawasan Industri Jatim

Sebagian besar dari nilai proyek kereta api SRRL fase 1 akan menggunakan dana pinjaman (loan) nol persen dari bank Jerman.

30 Maret 2023 | 09.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan mengaktifkan kembali rel kereta api lama yang tidak terpakai untuk kereta api listrik di Surabaya atau Surabaya Regional Railways Lines (SRRL).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur, Nyono, mengatakan akan ada dua fase pembangunan SRRL. Fase pertama akan selesai pada 2026. Fase ini terdiri dari stasiun Pasar Turi-Gubeng-Wonokromo-Sidoarjo dengan panjang rute 27 kilometer. Kemudian fase dua Surabaya-Pasuruan hingga ke Stasiun Babat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Stasiun Babat akan menjadi stasiun hub karena digunakan untuk stasiun ke arah Jakarta atau luar kota Surabaya. Dari stasiun hub Babat akan diteruskan ke arah Tuban untuk menghubungkan kilang Rusia, Rosneft.

“Ini mengaktifkan 50 km jalan kereta api. Yang 50 persen revitalisasi, yang 50 persen bangun baru. Ini untuk menghubungkan 25 ribu pekerja Rosneft,” kata Nyono kepada Tempo, Rabu, 29 Maret 2023.

Tidak berhenti di Tuban, jalur rel dari hub Babat akan terus sampai ke Lamongan dengan mengaktifkan kembali jalur rel mati dari Babat, Jombang, hingga Madiun. Jalur ini akan menghubungkan kawasan industri di Mojokerto, Jombang, dan Madiun. 

Nyono mengatakan sebagian besar dari nilai proyek SRRL fase 1 akan menggunakan dana pinjaman (loan) nol persen dari bank Jerman tersebut sebesar USD 250 juta atau Rp 3,6 triliun dari total proyek USD 338 juta atau setara Rp 4,9 triliun. Hanya USD 88 juta atau Rp 1,3 triliun yang menggunakan anggaran negara. 

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Keuangan, akan menggelontorkan USD 88 juta dengan rincian USD 35 juta untuk pembebasan lahan dan kompensasi permukiman kembali. Kemudian USD 28 juta untuk kontijensi, USD 10,4 juta untuk pajak dan bea masuk, dan USD 14,6 juta untuk biaya pendanaan.

“KfW nanti membangun SRRL. Nanti itu akan upgrade memanfaatkan rel milik kereta api sebelahnya semacam double-track,” kata Nyono.

Eka Yudha Saputra

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus