Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog dari Q Consulting, Rena Masri menganjurkan para orang tua mengajak anak mereka untuk menyaksikan acara dan pertandingan di Asian Para Games 2018. Perhelatan ini bisa menjadi sarana pengenalan bagi anak untuk mengetahui individu dengan kebutuhan yang lebih beragam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Anak-anak jadi tahu ada orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik, namun tetap mampu dan mau berusaha menjadi yang terbaik," kata Rena Masri kepada Tempo, Senin 8 Oktober 2018. Memang butuh pendekatan yang berbeda sesuai dengan usia anak untuk mengajarkan kepada mereka mengenai komunitas difabel.
Bagi anak berusia dini, tentu orang tua mesti memberikan penjelasan dengan bahasa sederhana sehingga anak mudah mengerti. Untuk anak yang sudah beranjak dewasa, orang tua dapat memberikan pemahaman yang lebih detail tentang kondisi disabilitas tertentu. Dengan mengetahui ada individu lain yang berkebutuhan khusus, Rena Masri melanjutkan, dapat menambah rasa syukur dan membantu anak berempati.
Pelari Indonesia Karisma Evi Tiarani dipeluk keluarganya setelah finis pertama dalam final nomor 100 meter putri T42/T63 Asian Para Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu, 10 Oktober 2018. ANTARA
Rena Masri menambahkan, orang tua tak perlu merasa tidak tega ketika melihat orang dengan disabilitas karena anggapan seperti itu justru melemahkan teman difabel. Dia menjelaskan, para atlet itu harus dihargai karena mereka bisa bangkit meski memiliki keterbatasan fisik.
Semangat para atlet disabilitas bisa membuat semua orang belajar untuk berbuat yang terbaik. Masyarakat juga sebaiknya memiliki pemahaman yang objektif tentang teman disabilitas, bukan hanya karena kasihan.
Artikel lainnya: Sebab Asian Para Games 2018 Sepi Penonton