Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BERAK darah (koksidiosis) adalah musuh kedua bagi ayam ras -- pedaging maupun petelor -- sesudah penyakit tetelo. Para peternak biasa memberikan obat sulfa kepada ayam-ayamnya yang terserang koksidiosis. Namun, Batan (Badan Tenaga Atom Nasional) menawarkan cara baru menangkal penyakit itu, dengan radiovaksin. Vaksin baru itu resmi diserahkan Rabu pekan lalu oleh Direktur Jenderal Batan Djali Ahimsa kepada Direktur Jenderal Peternakan Suhadji. Penyakit koksidiosis itu muncul akibat amukan kuman Etmeria tenella. Kuman ini sangat menular. Bila kuman ini mulai menyerbu, 40-50 persen penghuni kandang ayam bisa binasa. Sasarannya adalah ayam umur 2 minggu sampai 4 bulan. Radiovaksin itu menggunakan kuman yang dilemahkan, yang ditembak dengan sinar gamma dari Cobalt-60. Dari berbagai percobaan, intensitas radiasi setinggi 125 kGy terbukti paling cocok. Kuman yang teler itu kemudian dibiakkan dengan menginokulasikannya pada anak ayam umur 10 hari. Sembilan hari kemudian, kuman vaksin itu bisa dipanen dari usus ayam itu. Kuman Eimena tenella yang siap dijadikan vaksin itu: tak memiliki kemampuan berbiak. Namun, mereka masih mampu memproduksi antigen, yang dalam tubuh ayam justru merangsang pembentukan antibodi penangkal koksidiosis. Sekali vaksinasi cukup melindungi anak ayam sampai umur 6 bulan. Di atas umur itu, ayam tak lagi rawan ancaman koksidiosis. Dibandingkan pemberian obat sulfa, radiovaksin inilebih murah dan praktis. Pengobatan dengan sulfa atas ayam yang telanjur mengidap koksidiosis harus dilakukan setiap hari, selama paling tidak seminggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo