Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MUNGKIN Pramoetadi, ketua Penerimaan Mahasisha Baru, benar. Titik rawan kebocoran ada di percetakan. Tahun lalu, kebocoran tes masuk Proyek Perintis III di Universitas Sebelas Maret, Solo, juga bersumber di percetakan. Dan kini, adalah dua karyawan percetakan Universitas Airlangga, Surabaya, pemegang peran kebocoran. Sebenarnya, pihak percetakan sudah berusaha banyak. Misalnya, selama 50 hari sampai dengan tes penerimaan mahasiswa baru usai, 24 Mei, semua karyawan percetakan yang terlibat dengan pencetakan soal-soal dikarantinakan, tak boleh berhubungan dengan orang luar. Hanya seorang, yakin sopir direktur percetakan itu, yang tiap hari keluar masuk percetakan. Soalnya, dia ditugasi mengantar dan mengambil kembali rantang makanan. Sopir berusia 30 tahun itulah dalangnya. Sekitar pertengahan April, sesudah proses pencetakan berlangsung sebulan, gagasan memiliki jawaban soal-soal muncul di kepalanya. Dan karena ia tak boleh mendekat ke ruangan mesin cetak, ia memanfaatkan tukang sapu disitu. Si tukang sapu, berumur 24 tahun. bapak satu anak, ternyata bersedia bekerja sama dengan imbalan Rp 150.000. Cara operasi persekongkolan ini sederhana, sebenarnya. Sopir itu menyuruh tukang sapu memasukkan lembar jawaban soal yang dibuang karena diapkir ke dalam rantang yang berisi sisa-sisa makanan. Agar si sopir tahu, "rantang termahal" itu harap diangkat-angkat tiga kali. Operasi pun berjalan mulus. Satpam yang mau memeriksa rantang diejek oleh si sopir, kok rakus amat, sisa makanan dilihat-lihat. Dari sopir itulah jawaban soal tes itu sampai ke tangan pegawai PT Semen Gresik. Dari Gresik sampai ke Solo. Di Solo, lembar selundupan yang sudah diperbanyak dengan fotokopi sampai ke tangan seorang mahasiswa UNS, yang lantas melaporkannya ke rektor UNS. Pembantu Rektor I UNS keesokan harinya, 17 Mei langsung terbang ke Jakarta menemui Pramoetadi. Dicek, ternyata itu jawaban soal yang benar, artinya ada kebocoran. Tapi bukan soal-soal untuk Solo, melainkan untuk Malang, Yogya, Bandung, dan Bogor yang dicetak di Surabaya. Khawatir bocoran sudah meluas, soal untuk empat kota itu diganti. Baru sesudah tes pinal kapan dilakukan. Tanggal 5 Juni tukang sapu dan sopir itu ditahan, untuk diusut lebih lanjut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo