Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, SURABAYA- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta bantuan dukungan kepada para pemuda Ansor untuk memenangkan Puti Guntur Soekarno dan teman duetnya, Saifullah Yusuf pada Pilkada 2018 di Jawa Timur. Risma menaruh harapan besar pada duet Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno yang diusung PDIP dan PKB itu, terutama di bidang pendidikan Sekolah Menengah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Mari kita bersama-sama membantu mbak Puti, rek. Kalau mbak Puti jadi, aku iso ngewangi SMA/SMK," kata Risma dalam sambutan Rakercab I 2018 PC Ansor Kota Surabaya yang digelar di Hotel Sheraton, Jalan Embong Malang, Minggu, 11 Februari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Surabaya, menurut Risma, tak memiliki kewenangan mengelola SMA dan SMK karena sesuai Pasal 15 Ayat 1 dan Ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, kewenangan pengelolaan SMA dan SMK berada pada pemerintah provinsi.
Sejumlah warga Surabaya sempat mengakukan permohonan uji materi lantaran selama ini pemkot Surabaya telah berhasil menggratiskan biaya pendidikan, sehingga menginginkan pengelolaan tetap berada di tangan pemkot atau pemkab. Namun, MK menolak permohonan tersebut. Pengelolaan SMA/SMK tetap menjadi kewenangan pemerintah provinsi.
Akibat penolakan permohonan tersebut, Pemkot Surabaya tak lagi berwenang mengatur pendidikan sekolah menengah. Risma pun merasa tak lagi mampu mengatasi persoalan putus sekolah yang dialami warganya. "Kalau sekarang aku gak iso bantu yang SMA/SMK. Banyak yang putus sekolah."
Meski nadanya bercanda, Risma tampak serius mengungkapkan keresahannya mengenai masalah putus sekolah. "Itu warga yang putus sekolah tak delok nek gak wong PDIP, wong NU. Opo arep diterusno? Mosok gak sekolah rek? (Itu warga yang putus sekolah aku lihat kalau nggak orang PDIP, orang NU. Apa mau diteruskan? Masak nggak sekolah, rek?)," kata Risma.
Menurutnya, putus sekolah memicu munculnya persoalan lain yakni kriminalitas. "Akhire opo nek wes putus sekolah? Dadi jambret. Ojok sampe itu terjadi. (Akhirnya apa kalau sudah putus sekolah? Jadi pencopet. Jangan sampai itu terjadi)," kata dia.
Risma lalu menutup sambutannya agar membantu Puti Guntur Soekarno. "Oke, bantu itu ya mbak Puti. Terima kasih."
Dalam rakercab kali ino, Risma hadir karena ia menjadi salah satu pembina PC Ansor Kota Surabaya. Perempuan 55 tahun itu juga masih keturunan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama di Kabupaten Madiun, serta pejuang syuhada dalam peristiwa 10 November 1945.
ARTIKA RACHMI FARMITA