Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sikap Rusia Menunggu Momen dan Situasi

Rusia belum mau menanggapi kabar bahwa Ukraina diundang dalam pertemuan G20. Tindakan negara-negara blok Barat berupaya memboikot Rusia adalah hal sumbang.

29 April 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Rusia belum memastikan sikap mereka setelah Ukraina mengkonfirmasi undangan Indonesia untuk hadir dalam pertemuan G20.

  • Pertemuan keuangan G20 pada pekan lalu di Washington bisa menjadi cermin.

  • Cina menegaskan tidak ada anggota G20 yang berhak menghapus keanggotaan negara mana pun.

JAKARTA – Rusia masih belum bersikap terhadap undangan Indonesia menghadiri pertemuan G20 di Bali pada November mendatang. Mereka juga belum mau menanggapi kabar undangan untuk Ukraina yang direncanakan hadir dalam pertemuan yang sama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, mengatakan kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan akbar itu masih melihat situasi dan kondisi mutakhir. Dia menyebutkan Putin biasanya hadir jika tak ada halangan. “Undangan Indonesia sudah pasti akan kami tanggapi,” kata Vorobieva kepada Tempo, pertengahan April lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kabar Indonesia mengundang Ukraina dalam pertemuan G20 pertama kali diumumkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky lewat akun Twitter-nya. Adapun hingga kemarin, Kementerian Luar Negeri maupun Istana Presiden belum mau mengkonfirmasi mengenai undangan itu.

Dalam unggahan di akun Twitter-nya pada Rabu siang waktu setempat, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan telah berbincang dengan Presiden Joko Widodo. Ia mengucapkan terima kasih atas dukungan Indonesia terhadap kedaulatan Ukraina. “Kami juga berbicara mengenai isu pangan,” kata Zelensky. “Saya mengucapkan apresiasi atas undangan menghadiri pertemuan G20.”

Indonesia berada dalam posisi yang sulit menjelang pertemuan kepala negara anggota G20 pada November mendatang. Dampak invasi Rusia di Ukraina pada Februari menyebabkan negara-negara blok Barat masih bersikap sinis terhadap Rusia. Padahal, KTT G20 ini menjadi pertemuan pertama pemimpin negara-negara besar setelah invasi itu.

Suasana Forum G20 Finance Ministers and Central Bank Governors di Jakarta Convention Center, Jakarta, 18 Februari 2022. Mast Irham/Pool via REUTERS

Negara-negara blok Barat berencana memboikot pertemuan dan bahkan hendak menendang Rusia dari keanggotaannya di G20. Kanada, Amerika Serikat, dan Australia pernah menyatakan sikapnya agar Rusia tak usah diundang dalam pertemuan G20, ataupun jika tidak, meminta Indonesia sebagai pemegang kepala tahunan atau presidensi G20 mengundang Ukraina. Adapun Indonesia sempat gamang terhadap berbagai tekanan yang muncul menjelang pertemuan besar itu.

Vorobieva mempertanyakan saran dari pemimpin Barat agar ikut mengundang Ukraina ke Konferensi Tingkat Tinggi G20. "Apa yang akan menjadi nilai tambah membawa Ukraina? Apakah itu akan membantu memecahkan masalah ekonomi global? Saya ragu," ujar dia.

Agenda prioritas G20, menurut Vorobieva, tidak ada kaitannya sama sekali dengan konflik geopolitik di Eropa timur. Dia mengatakan, jika saja Ukraina memang diundang ke KTT G20 di Bali, krisis yang ada tidak begitu saja akan selesai. "Itu tidak akan membuat isu dalam forum menjadi lebih penting, substantif. Sebaliknya, hanya akan menyimpang dari masalah yang benar-benar penting," ujarnya.

Rusia sebelumnya juga meminta Indonesia dan negara-negara G20 fokus membicarakan agenda prioritas selama pertemuan di Bali. Sebab, negara-negara blok Barat diketahui berupaya menjadikan forum itu untuk berfokus membicarakan dampak perang Ukraina terhadap perekonomian global. Forum yang sama juga akan dijadikan ajang untuk menekan Rusia sebagai hukuman diplomatik menginvasi Ukraina.

Adapun negara-negara yang cenderung bersekutu dengan Rusia menyebutkan bahwa tindakan negara-negara blok Barat berupaya memboikot Rusia adalah hal sumbang. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin, mengatakan tidak ada anggota G20 yang berhak menghapus keanggotaan negara mana pun. “Rusia adalah anggota penting G20,” kata dia dalam sebuah konferensi pers, beberapa waktu lalu.

Pertemuan keuangan G20 pada pekan lalu di Washington, DC, Amerika Serikat, disebut bisa menjadi cermin pertemuan akbar di Bali. Dalam pertemuan itu, delegasi Rusia hadir secara virtual, sedangkan delegasi Ukraina yang diundang sebagai tamu hadir secara fisik. Menariknya, delegasi negara-negara blok Barat melakukan walk out dari sejumlah pertemuan ketika Rusia menyampaikan paparannya.

Sejumlah negara itu adalah Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, Jerman, Prancis, Italia, Jepang, dan Korea Selatan. Adapun delegasi Indonesia, yang dipimpin Menteri Keuangan Sri Mulyani, bergeming. Delegasi Cina, Brasil, Afrika Selatan, Arab Saudi, dan India juga tetap duduk di tempat.

Staf Khusus Program Prioritas Kementerian Luar Negeri, Dian Triansyah Djani, mengatakan belum dapat mengkonfirmasi adanya undangan Indonesia untuk Ukraina. Menurut Dian, komunikasi antara Jokowi dan Zelensky benar terjadi beberapa waktu lalu untuk membicarakan sejumlah hal, dari dukungan Indonesia agar perang segera berakhir hingga pertemuan G20. “Hasil pembicaraan di antara kedua kepala negara tentunya akan disampaikan langsung oleh pihak Istana,” kata dia.

INDRI MAULIDAR
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus