Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suara musik mengalun lembut merayapi lounge satu hotel berbintang di kawasan Senayan. Ruangan begitu romantis dalam balutan cahaya temaram. Segenap pengunjung terlena olah alunan vokal duo penyanyi Filipina. Di salah satu sudut, seorang pria mesra mendekap tubuh perempuan muda berbusana ketat. Tempo mengenali pria itu sebagai angota Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat. Dan, perempuan molek itu bukanlah istrinya—yang juga dikenal oleh wartawan majalah ini.
Para koleganya berbisik, anggota Dewan yang mewakili wilayah pemilihan Indonesia Timur itu memang ”penggemar” wanita. Kejadian pada akhir tahun lalu itu seperti menggarisbawahi pernyataan Maria Eva—yang terlibat affair dengan anggota parlemen Yahya Zaini— bahwa banyak anggota DPR punya wanita idaman lain (WIL). Maria mengungkapkan itu dalam wawancara dengan stasiun televisi. Namun Ali Mochtar Ngabalin, anggota Fraksi Bulan Bintang, membantah tudingan tersebut. ”Jangan sampai orang mengira kelakuan anggota parlemen semuanya seperti itu,” kata dia.
Mungkin tak banyak yang berkelakuan miring. Tetapi kegemaran sebagian anggota parlemen pada WIL seperti warisan turun-temurun. Di masa pemerintahan Megawati Soekarnoputeri, Tempo memergoki kejadian lebih seru. Saat itu wartawan majalah ini hendak mewawancarai seorang anggota DPR dari PDI Perjuangan. Di tengah impitan tenggat, telepon seluler Pak Politisi malah dimatikan. Dari informasi anggota Dewan lain, diketahui bahwa sumber tengah berada di sebuah hotel bintang lima di Jakarta Pusat. ”Ke sana saja. Lalu telepon dia dari lobi,” kata dia menyarankan.
Ketika dikontak dari lobi, si narasumber memang tengah check-in di sana. ”Ya sudah, naik saja,” ujar dia. Ketika sampai di kamar, Pak Wakil Rakyat ternyata sedang bersama seorang wanita cantik. Dalam seketika Tempo mengenali perempuan yang tengah mendekam di ranjang itu bukan istrinya. Ketika wawancara dengan anggota Dewan itu berlangsung, si wanita bangkit menuju toilet. Ups, dia hanya berbaju ”seadanya”. Wajar bila stabilitas wawancara sedikit oleng oleh pemandangan itu.
Memiliki WIL ternyata bukan monopoli anggota parlemen dari partai yang berkuasa. Kali ini kejadiannya melibatkan wakil rakyat dari partai berlambang matahari. Saat itu Tempo hendak mewawancarai dia di sebuah hotel di Kalibata. Ternyata di sana sang sumber tengah adu mulut dengan seorang wanita bayaran plus ”maminya”.
Rupanya, sang ”mami” memasang tarif kelewat tinggi untuk jasa anak buahnya—sampai Rp 7 juta. Wakil rakyat yang terhormat itu menggeleng-geleng. Ia mendebat keras, seperti ketika tengah bersidang di parlemen. Urusan ini kelar setelah satpam hotel turun tangan. Si germo akhirnya rela menerima bayaran ala kadarnya setelah diancam akan diserahkan ke polisi.
Kader nakal juga terselip di Partai Persatuan Pembangunan. Sumber Tempo di partai itu bercerita bahwa rekannya pernah nyaris celaka gara-gara ajakan mesumnya kepada perempuan yang ia kira nakal (juga). Ceritanya, di hotel mewah di kawasan Senayan, wakil kita ini tergiur penampilan seorang perempuan. Dia langsung menggandeng tangannya mengajak kencan.
Wanita terhormat ini tentu saja menjerit. Sang suami, seorang perwira TNI, yang berdiri tak jauh dari sana, naik pitam. ”Kurang ajar, kubunuh kau!” teriak dia seraya menarik pistol. Tak banyak cingcong, anggota parlemen yang (seharusnya) terhormat pun langsung ngacir. ”Aku nggak tahu ada lelakinya,” sumber Tempo menirukan keluhannya.
Hm, masih untung, ya Pak?
ARK
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo