Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sejak Kapan Komunitas Yahudi Ada di Indonesia?

Kedatangan Yahudi ke Indonesia pun memiliki sejarah panjang. Berikut perkembangan komunitas Yahudi di Indonesia.

15 Oktober 2023 | 09.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Di Indonesia, dengan penduduk muslim terbesar, adalah rumah bagi beberapa identitas agama dari berbagai dunia, salah satunya Yahudi. Ternyata kedatangan orang Yahudi sudah sejak berabad-abad lalu di Tanah Air. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Profesor Rotem Kowner dari Universitas Haifa, Israel mengungkap bahwa orang Yahudi pertama yang menetap di Indonesia adalah saudagar dari Fustat, Mesir. “Ia meninggal di pelabuhan Barus, barat daya Sumatera pada 1290,” katanya pada 9 Agustus 2011. Kowner sejak 2003 sudah meneliti sejarah komunitas Yahudi di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kowner juga yakin orang-orang Yahudi yang memeluk agama Nasrani juga ikut dalam rombongan kapal Portugis yang mendarat di Nusantara pada awal abad ke-16. Setelah itu, kedatangan orang-orang Yahudi ke Indonesia terus berlangsung seiring berdirinya VOC pada 1602 hingga pada abad abad ke-20. 

Pada 1921, penyandang dana Zionis, Israel Cohen berkunjung ke Jawa. Ia menyebut bahwa saat itu terdapat sekitar 2.000 Yahudi yang menetap di Pulau Jawa.Pada tahun 1920-an, komunitas Yahudi mulai terlihat ketika munculnya Association for Jewish Interests in the Dutch East Indies dan World Zionist Conference (WZC) di kota-kota seperti Batavia, Bandung, Malang, Medan, Padang, Semarang, dan Yogyakarta. WZC, yang bermarkas di London, didirikan pada tahun 1920 dan berperan sebagai organisasi pengumpul dana untuk mendukung gerakan Zionis.

Komunitas Yahudi di Indonesia terdiri dari tiga kelompok. Pertama, terdapat orang-orang Yahudi yang memiliki kewarganegaraan Belanda dan bekerja dalam berbagai bidang seperti penjaga toko, anggota militer, pendidik, dan dokter atas permintaan pemerintah kolonial.

Kelompok kedua adalah Yahudi Bagdadi yang berasal dari negara-negara seperti Irak, Yaman, dan wilayah Timur Tengah lainnya. Mereka sebagian besar tinggal di Surabaya dan berkecimpung dalam kegiatan bisnis ekspor-impor, perdagangan tradisional, serta kerajinan kayu dan batu.

Sementara itu, kelompok ketiga adalah Yahudi pengungsi yang melarikan diri dari kejaran Nazi dan berasal dari negara-negara seperti Jerman, Austria, dan wilayah Eropa Timur lainnya.

Komunitas Yahudi Indonesia Saat Ini

Komunitas Yahudi di Indonesia yang paling besar saat ini bernama United Indonesian Jewish Community (UIJC). Komunitas ini berdiri pada 2009, tetapi baru diresmikan pada Oktober 2010. UIJC dipimpin oleh Benjamin Verbruggen.  Verbruggen adalah anak dari bapak beragama Islam dan ibu Yahudi. 

Verbruggen menjelaskan tujuan dibentuknya komunitas tersebut. UIJC bertujuan untuk merangkul semua keturunan Yahudi dari berbagai aliran untuk kembali ke akar yang sebenarnya. Dilansir dari iainsalatiga.ac.id, Verbruggen memperkirakan ada lebih dari 5.000 orang Yahudi di Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah, yakni Surabaya, Jakarta, Ambon, Manado, dan Papua. 

Menurut Verbruggen, ada komunitas Yahudi yang lebih dulu lahir ketimbang UIJC. Namun, komunitas itu hanya berbasis wilayah saja. Ia mencontohkan komunitas Yahudi yang ada di Manado. Komunitas tersebut adalah turunan Yahudi Sephardic.

Mereka adalah turunan keempat, kelima, bahkan keenam. Nama-nama keturunan tersebut biasanya sudah diubah ke nama lokal. Selain itu, ada juga komunitas Yahudi di Tondano, Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Rabi Yaakov Baruch. Verbruggen pun mengatakan bahwa komunitas Yahudi di Indonesia hampir tersebar di seluruh Indonesia.

Komunitas Yahudi di Indonesia tidak terlalu mengekspos diri karena agama yang diakui secara politis hanyalah Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Dilansir dari tabletmag.com, Verbruggen mengatakan bahwa orang Yahudi tetap bisa mengisi kolom agama dalam KTP, tetapi nama Yahudi diganti dengan aliran kepercayaan. 

Selain itu, alasan lainnya yang dikemukakan Verbruggen adalah walaupun keberadaan orang Yahudi di Indonesia semakin terlihat, prasangka dan stereotip masih tetap ada. Ketidaksetujuan ini terutama berasal dari masyarakat Muslim Indonesia, yang sebagian besar dibesarkan dengan pandangan bahwa orang Yahudi adalah lawan agama mereka.


ANANDA RIDHO SULISTYA  | BAIT HATFUSOT | INSIDE INDONESIA | JERUSALEM POST| NEW YORK TIMES | FAISAL ASSEGAF

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus