Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
BAYANGKAN: sehelai kartu Lebaran ada di meja K.H. A.R. Fakhruddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah. Pengirimnya: K.H. A. Siddiq, Rais 'Aam Nahdatul Ulama. Dan di meja kerja Kiai Siddiq, di Jember, juga terdapat kartu Idul Fitri dari rekannya yang di Yogya itu. Isi kedua kartu itu ternyata hampir sama: seuntai doa, dalam tulisan Arab disusul ucapan yang, kalau diganti dengan ungkapan remaja, berbunyi: "Kapan ketemu lagi?"Â
Mungkin kartu-kartu semacam itu ada, mungkin juga tidak. Tradisi pengiriman kartu Lebaran sendiri belum diriset: apakah sudah masuk ke kalangan para kiai yang selama berabad-abad selalu lebih suka berkunjung langsung (dan menginap di rumah yang dikunjungi, kalau perlu) sebagai cara silaturahmi atau mengirimkan salam. Tapi sejak santernya pembicaraan tentang langkah awal pendekatan antara NU dan Muhammadiyah, orang memang boleh mengangan-angankan kelanjutannya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Syu'bah Asa Laporan Musthafa Helmy & Bambang Harymurti