Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAYAWIJAYA - Bupati Jayawijaya, Papua, John Richard Banua, mengatakan kondisi keamanan di daerahnya sudah mulai pulih. Ia meminta warga untuk mulai beraktivitas, termasuk anak-anak untuk kembali belajar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Untuk pendidikan, kami sudah rapat dengan kepala sekolah dan guru, meminta sekolah harus dibuka hari Senin (7 Oktober 2019). Aktivitas pendidikan harus jalan," katanya dalam konferensi pers di Papua, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
John mengatakan sudah membahas persiapan pembukaan kembali sekolah di seluruh Jayawijaya. Salah satunya dengan memastikan bakal ada cukup tenaga pengajar atau guru yang siap memulai aktivitas pada pekan depan. Saat ini sudah ada sekitar 50 guru yang bakal turun mengajar.
"Kami akan coba lihat dulu. Kan kami belum pastikan muridnya ada atau enggak. Tapi sekolah harus buka dulu," ujar John. Jika nanti ternyata tenaga pengajar kurang, John menyatakan akan meminta bantuan kepada Tentara Nasional Indonesia atau kepolisian.
Kerusuhan di Wamena pada 23 September lalu menyebabkan 33 orang meninggal dan lebih dari 70 orang terluka. Ribuan orang mengungsi dan memilih keluar dari Jayawijaya, termasuk sejumlah guru, karena merasa keamanan mereka terancam. Apalagi sempat beredar kabar bahwa kerusuhan disebabkan amuk anak sekolah yang marah karena ada guru yang melontarkan ujaran rasial kepada siswanya.
Belakangan diketahui bahwa informasi tersebut tidak benar. Pemerintah menyatakan kerusuhan di Wamena bukanlah konflik etnis. Penyerangan dan pembakaran dilakukan kelompok perusuh bersenjata yang sengaja menciptakan kesan adanya konflik etnis di Wamena.
Kondisi keamanan yang belum sepenuhnya pulih tidak menyurutkan keinginan Yusi Osmaneli, guru kesenian di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wamena, untuk kembali ke Jayawijaya dan mengajar lagi. "Insya Allah saya berencana untuk kembali ke sana. Jika tidak ada aral melintang, berangkatnya tanggal 20 bulan ini," kata Yusi Osmaneli, 28 tahun, di rumahnya di Nagari Lakitan Selatan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, kemarin.
Saat kerusuhan terjadi, Yusi sempat mengungsi dan pulang kampung. Namun rasa tanggung jawab dan kecintaannya kepada para siswanya mendorong alumnus Universitas Negeri Padang itu berjuang menghapus trauma hingga memutuskan kembali ke Wamena. Selain itu, Yusi yakin bahwa pelaku kerusuhan bukan warga setempat. "Selama ini kami hidup rukun dan berdampingan, makanya saya berani untuk kembali ke Wamena," ucapnya.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan pemerintah berkomitmen mempercepat pemulihan kondisi Jayawijaya. Selain memberikan bantuan bahan pokok kepada para pengungsi di sana, pemerintah akan memperbaiki tempat tinggal warga yang rusak akibat kerusuhan. Perbaikan tempat tinggal warga akan ditangani Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
"Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono meminta izin Presiden melalui Sekretaris Kabinet untuk melakukan itu," kata Pramono di kantor Sekretariat Kabinet, Jakarta, kemarin.
Sebanyak 1.380 paket bantuan Presiden untuk pengungsi dikirim ke Wamena, kemarin. Paket tersebut terdiri atas beras, minyak goreng, gula, dan bahan makanan lain.
Pramono mengatakan Presiden berharap warga tidak meninggalkan Wamena. Aparat keamanan akan menjamin keamanan dan sedang memburu para pelaku. Ia mengatakan kerusuhan di Wamena bukan konflik sosial antar-etnis, melainkan dilakukan kelompok kriminal bersenjata yang ingin mengacaukan Papua untuk mendapatkan perhatian internasional.
"Presiden sudah menginstruksikan kepada Panglima TNI dan Kapolri untuk dikejar dan ambil tindakan tegas," ucap Pramono. WAYAN AGUS (WAMENA) | HALIDA BUNGA FISANDRA (MAGANG) | ANTARA | AGUNG SEDAYU
Sekolah di Jayawijaya Akan Aktif Pekan Depan
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo