Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Wisatawan yang merencanakan berlibur ke Yogyakarta pada akhir November ini jangan lewatkan satu gelaran seru berikut. Selama sepekan, 27 November - 3 Desember 2023 bakal berlangsung perhelatan Pekan Budaya Difabel (PBD) 2023 yang dipusatkan di tempat wisata Rumah Domes Sengir Desa Sumberharjo Prambanan Sleman, Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Perhelatan ini digelar untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional yang jatuh setiap 3 Desember. Bakal tersaji sederet acara menarik, seperti mural rumah domes, melukis bersama seniman kenamaan Nasirun, workshop bahasa isyarat, pengenalan disabilitas, pengolahan sampah ala disabilitas dan moekti therapi seni rupa, juga pentas seni inklusi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ada pula pasar inklusi, pameran karya (lukisan dan sastra audio), hingga pemutaran film.
"Seluruh acara diisi kelompok seni inklusi, komunitas difabel dan komunitas masyarakat setempat," kata Ketua Panitia Pekan Budaya Difabel 2023 Broto Wijayanto pada Selasa, 14 November 2023.
Perhelatan yang mengangkat tema besar Obah Mamah Mingset Greget itu berupaya menjadi ruang menyebarkan nilai-nilai penting dalam masyarakat inklusi.
Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat Tradisi Lembaga Budaya dan Seni Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta Yuliani Eni Lestari Rahayu mengatakan festival ini semacam Jambore Difabel.
"Tahun ini memasuki gelaran ke 5, sejak digelar pertama tahun 2019 lalu," kata Eni.
Eni mengatakan event itu pada 2020 hingga 2021 tetap dilaksanakan secara terbatas di Kota Yogyakarta meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19.
Gelaran 2023 ini baru bergeser ke desa wisata Rumah Domes Sengir Sumberharjo Prambanan Sleman.
"Lokasi event sengaja di kawasan Rumah Domes Prambanan Sleman sekaligus untuk daya pikat wisata Desa Sumberharjo," papar Eni.
Festival ini dibuat bersama-sama dan dapat dinikmati bersama-sama pula. Artinya karya seni dan budaya hasil yang kreativitas difabel tidak hanya sekedar diberi apresiasi lalu memicu rasa belas kasihan. Namun lebih ke penghargaan.
"Event ini menjadi ajang interaksi difabel dan masyarakat umum, sehingga kita tahu bagaimana cara menghargai difabel, bahwa semua setara," kata dia.
PRIBADI WICAKSONO