Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

SMRC: Pemilih Indonesia Cenderung Nasionalis dan Tolak Pasar Bebas

Secara nasional, SMRC menyebut pemilih Indonesia cenderung memilih partai ideologi politik nasionalis ketimbang Islam.

22 April 2022 | 14.02 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru tentang Pemilu 2024, salah satunya yang berhubungan dengan posisi ideologi pemilih dan partai politik. Secara nasional, SMRC menyebut pemilih Indonesia cenderung memilih partai ideologi politik nasionalis ketimbang Islam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Itu yang menjelaskan kenapa partai nasionalis itu lebih laku, karena sesuai dengan sentimen mereka (pemilih) sendiri," kata Saiful Mujani, peneliti politik dan pendiri SMRC, Kamis, 21 April 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Survei ini juga meminta pandangan penilaian pemilih terhadap partai politik yang ada di Tanah Air dalam dua kelompok yaitu nasionalis dan Islam. PDI Perjuangan dinilai jadi partai yang paling nasional dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) jadi partai paling Islam.

Selain itu, survei juga menemukan tiga partai yang dianggap pemilih masuk dalam kategori paling Islam yaitu PKS, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). "Ini mengejutkan," kata Saiful.

Ia mengaku baru mengetahui pandangan pemilih ini. Artinya, kata Saiful, pemilih Indonesia kini sudah cukup punya pengetahuan yang akurat tentang partai politik, meskipun sikapnya cenderung mayoritas nasionalis.

Di sisi lain, partai nasionalis lainnya selain PDI Perjuangam menurut pemilih yaitu Gerindra, Golkar, NasDem, dan Demokrat. Partai Amanat Nasional (PAN) masih dinilai partai nasionalis, tapi sangat dekat ke garis pemisah ke partai Islam.

Meski ada perbedaan ideologi, kesamaan pemilih ada pada kewenangan negara dalam perekonomian. Mayoritas pemilih menilai partai politik cenderung pro negara terhadap ekonomi, ketimbang pro pasar.

Pemilih pun juga sepakat kalau ekonomi diatur pemerintah. Sehingga, survei SMRC ini menemukan kalau pemilih Indonesia tidak ada yang pro pasar bebas. "Pemilih itu cenderung pro negara, ekonomi komando, tak ada nasionalis pasar bebas, Islam pasar bebas juga tak ada," kata dia.

Survei SMRC ini dilakukan pada 1.220 responden dengan metode stratified multistage random kepada warga yang punya hak pilih. Margin of error sekitar 3,12 persen dan tingkat kepercayaannya 95 persen. Wawancara tatap muka dilakukan pada 13 sampai 20 Maret 2022.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus