Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Soal Peluang Khofifah-Emil Dardak Lawan Kotak Kosong di Pilgub Jatim

Elektabilitas Khofifah-Emil Dardak terbilang tinggi di Pilgub Jatim. Namun, apakah duet Khofifah-Emil bakal melawan kotak kosong?

17 Juni 2024 | 11.02 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Adi Prayitno memprediksi Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak tidak akan menjadi pasangan tunggal yang melawan kotak kosong di pemilihan gubernur Jawa Timur atau Pilgub Jatim 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia memperkirakan Tri Rismaharini alias Risma dan Marzuki Mustamar maju di Pilgub Jatim. Adi mengungkap potensi dua nama itu dapat menjadi penantang petahana Khofifah-Emil Dardak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya kira Risma dan Marzuki bisa berduet yang relatif serius untuk bisa menandingi Khofifah dan Emil," kata Adi, Sabtu, 15 Juni 2024, seperti dikutip dari Tempo.

Adapun Risma merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sekaligus mantan wali kota Surabaya yang kini menjabat sebagai Menteri Sosial. Sementara Marzuki merupakan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang juga mantan Ketua PWNU Jawa Timur yang mendapatkan sinyal dukungan dari Partai Kebangsaan Bangsa atau PKB.

Adi menjelaskan, jika nanti Risma dan Marzuki memilih untuk berpasangan sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur, maka keduanya memiliki tantangan yang cukup berat.

"Risma dan Marzuki harus kerja keras mengingat elektabilitas mereka dibanding Khofifah-Emil masih terpaut agak jauh," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pakar Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad H. Wibowo menilai, Khofifah tidak akan menjadi calon tunggal dan melawan kotak kosong di Pilgub Jatim.

"Provinsi sebesar Jatim tak mungkin lawan kotak kosong. PDIP dan PKB mulai terlihat menggodok nama untuk dimajukan menantang Khofifah," ucapnya.

"Rasanya sih Mbak Fifah tidak akan menjadi calon tunggal," kata Dradjad, Jumat, 14 Juni 2024, seperti dikutip dari Tempo.

Dradjad mengatakan, Khofifah tetap memiliki pesaing meski memperoleh dukungan yang besar di Jawa Timur. Dia memprediksi setidaknya ada dua nama yang berpotensi menjadi pesaing Khofifah, yakni Risma dan Marzuki Mustamar.

"Ada Kyai Marzuki dan Mbak Risma. Bisa berpasangan, bisa juga maju sendiri-sendiri," tutur Drajad.

Senada Adi dan Drajad, Direktur Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI) Baihaqi Siraj, dengan sisa waktu lima setengah bulan, masih terbuka bagi tokoh lain untuk menandingi Khofifah-Emil. Syaratnya, kata dia, calon penantang itu harus punya popularitas yang tinggi dulu.

Dari hasil survei ARCI pada bulan lalu, kata dia, tokoh yang mempunyai popularitas paling tinggi sebagai pesaing Khofifah-Emil adalah Marzuki dan Risma. Sigi ARCI menunjukkan popularitas Marzuki Mustamar di atas 70 persen.

“Kalau kedua tokoh ini bisa menyatu, bukan tidak mungkin dapat bersaing dengan inkumben,” kata Baihaqi saat dihubungi Senin, 10 Juni 2024.

Menurut dia, popularitas tinggi Marzuki dan Risma merupakan modal penting. Kendati secara elektabilitas masih agak jauh di bawah Khofifah, namun dengan waktu tersisa masih bisa digenjot.

“Kalau tingkat popularitasnya sudah tinggi, membangun elektabilitasnya relatif mudah. Apalagi masih banyak calon pemilih yang berpotensi mengalihkan calon yang dicoblos, yakni 46 persen,” ujar Baihaqi.

Bagi Baihaqi, dengan kondisi riil politik di Jawa Timur seperti ini, yang paling realistis PKB berkoalisi dengan PDIP. Jika dua partai tersebut menyatu, kata dia, bukan tidak mungkin mampu mengalahkan Khofifah-Emil.

Dosen senior Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Airlangga yang juga peneliti pilkada Aribowo menilai, figur Risma masih berpeluang bersaing dengan Khofifah. Bila digarap betul, ujar Aribowo, terbuka peluang Risma bisa mengungguli Khofifah. Aribowo lebih melihat Risma sebagai penantang potensial Khofifah dibandingkan Marzuki.

Hasil survei optica.id, media online yang dikelola Aribowo, menunjukkan terbukanya peluang mantan Wali Kota Surabaya tersebut. Hanya saja Aribowo ragu apakah PDIP mau mencalonkan Risma tanpa dukungan logistik dari pihak lain. Sebab, menurutnya, biaya pemilihan gubernur mencapai ratusan miliar.

Menurut Aribowo, sejak PDIP pecah kongsi dengan Presiden Joko Widodo, mencari ‘bohir’ untuk pendanaan pilkada lebih sulit.

“Apalagi Risma kan sudah bilang bahwa dia tak punya uang. Apakah PDIP bisa mencukupi kebutuhan tersebut? Bohirnya siapa?” kata Aribowo.

Aribowo berujar, saat PDIP masih mesra dengan Jokowi, persoalan logistik pilkada relatif mudah dicari. Namun ketika situasinya berbalik seperti sekarang ini, PDIP harus cermat berhitung.

“Dalam pilkada serentak seperti ini, PDIP tentu butuh logistik yang sangat banyak karena bukan hanya Jatim, mereka juga ingin menang di Jakarta, Jateng, Sumut. Belum lagi untuk pilkada kabupaten/kota yang diincar untuk dimenangkan,” kata Aribowo.

Sementara itu, Emil tak menjawab detail saat ditanya peluang melawan kotak kosong di Pilgub Jatim. Dia hanya mengatakan bahwa pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan berbagai elemen masyarakat.

“Saat ini kami fokus menjalin silaturrahmi dengan berbagai elemen masyarakat karena kami mulai mendapat aspirasi-aspirasi. Kalau untuk konstelasi-kontestasi, kami serahkan ke para pimpinan partai,” kata Emil kepada Tempo, Senin, 17 Juni 2024.

Sebagai informasi, pasangan Khofifah-Emil Dardak telah resmi diusung oleh PAN, Golkar, Gerindra, Demokrat, dan PSI. Sementara itu, Wakil Sekjen PKB Syaiful Huda melontarkan peluang mengusung Marzuki dan Risma di Pilgub Jatim 2024. PKB juga mengaku telah berkomunikasi dengan PDIP di tingkat wilayah.

SAVERO ARISTIA WIENANTO | HANA SEPTIANA | KUKUH S. WIBOWO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus